Kyra terlahir sempurna meski dia tidak memiliki kehidupan yang sempurna.
Tumbuh menjadi gadis biasa membuatnya jauh bertalenta dari saudari-saudari tirinya yang penuh prestasi.
Kyra tumbuh sebagai gadis pemalu, pendiam serta lugu, tidak modis bahkan tidak mempunyai prestasi apa-apa.
Namun suatu hari takdir berkata lain dan mengubahnya menjdi berbeda, Kyra yang polos dan lugu berubah tiba-tiba menjadi gadis dewasa yang sempurna berkat adanya sebuah sistem misterius yang diperolehnya secara tak terduga.
Mampukah Kyra mencapai tujuan hidupnya oleh bantuan sistem misterius yang dia dapatkan itu ?
Mari kita saksikan setiap episodenya ya 🤝
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Reny Rizky Aryati, SE., isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 25 Sesuatu Yang Berharga
Terlihat sifat asli dari Ikram ketika dia menerima uang dalam jumlah banyak dari putrinya, Kyra.
Ikram yang tamak serta arogan kembali bersemangat saat dia menerima uang, tanpa menghiraukan bagaimana perasaan Kyra saat ini.
Sebelumnya Ikram selalu merendahkan putri tunggalnya itu bahkan seringkali dia menghina Kyra tanpa sebab ataupun peduli betapa hal itu sangat menyakiti hati putri kandungnya itu.
Seakan-akan hinaan serta cacian maki itu termaafkan dan hilang dari pikiran Kyra.
Kyra tersenyum sekilas ketika melihat kepergian ayahnya kembali ke ruangan kerjanya yang ada di rumah ini.
Tatapan Kyra terlihat berubah murung dan sangat sedih.
"Kau baik-baik saja, Kyra", kata Saeed agak cemas dengan perubahan raut wajah Kyra.
"Yah, aku baik-baik saja, hanya aku kecewa dengan sikap ayah yang tidak pernah berubah dan gila ketenaran", sahut Kyra.
Kyra menunduk sedih lalu mendesah pelan.
"Tabiat tidak pernah bisa berubah meski orang itu berusaha mengubahnya, pasti akan kembali lagi pada kebiasaannya yang dulu, hanya niat dan tekat kuat yang bisa mengubah ayahmu, Kyra", kata Saeed.
"Kuharap begitu, Saeed dan aku ingin keluargaku bahagia, terlepas dari peran ibu tiri dalam hubunganku dan ayah, aku ingin ayahku bersamaku", sahut Kyra.
"Mungkin sudah suratan takdirnya demikian, kita tidak tahu masa depan dengan pasti, hanya bisa memprediksi sesuatu di masa depan tanpa bisa menentukan masa depan itu sendiri", kata Saeed.
"Aku hanya ingin ibuku dan mencarinya sekarang ini", sahut Kyra.
"Kita pasti akan menemukannya suatu hari nanti, Kyra", kata Saeed.
"Aku berharap begitu, Saeed", sahut Kyra.
"Percayalah, Kyra !" kata Saeed.
Saeed berusaha menghibur hati Kyra yang lara oleh carut marut kehidupan keluarganya yang berantakan.
"Kita pergi sekarang, Kyra", tanya Saeed.
"Ya, kita pulang sekarang, hari sudah malam dan tiba saatnya kita beristirahat, bukankah besok kakek itu akan kembali ke toko", sahut Kyra.
"Ya, benar, kakek itu berjanji akan datang besok tapi kita tidak tahu waktunya, dia akan datang", kata Saeed.
"Kalau begitu, kita pergi sekarang saja, tidak enak jika dilihat tetangga pulang malam", sahut Kyra.
"Kau jadi tinggal di rumah ini lagi atau kau akan tetap tinggal di rumah barumu, Kyra'', kata Saeed.
"Mungkin aku akan sering-sering kemari, sekalian membersihkan kamarku yang dulu di rumah ini, jika aku pulang sewaktu-waktu ke rumah ini lagi, aku bisa langsung beristirahat di kamarku", sahut Kyra.
"Yah, terserah padamu saja, mana yang tepat untukmu dan terbaik bagimu, Kyra", kata Saeed.
"Mari kita pergi sekarang, Saeed !" lanjut Kyra.
"Kau tidak ingin melihat kondisi keluargamu, maksudku saudari-saudari tirimu dan ibu tirimu, Kyra", kata Saeed yang memperhatikan Kyra.
"Kurasa tidak perlu...", sahut Kyra.
"Kenapa ?" tanya Saeed tertegun diam.
"Keadaan mereka akan seperti itu sampai besok pagi, dan setelah lima belas menit berlalu, tubuh mereka bertiga akan dapat digerakkan seperti semula", sahut Kyra.
Kyra mengusapkan kedua telapak tangannya ke arah saputangan miliknya lalu membuangnya.
"Untuk apa melihat keadaan mereka bertiga lagi, akan percuma saja, karena khasiat dari mantra misterius itu bertahan lama dan bekerja hingga besok pagi menjelang", sambung Kyra.
Kyra beranjak berdiri dari kursi makannya lalu terdiam seraya menatap ke arah Saeed yang sedang memperhatikan dirinya.
"Tapi..., kupikir sedikit hiburan, cukup baik buat kita agar tidak terlalu tegang, kita lihat mereka sekalian berpamitan pulang", kata Kyra.
"Ide yang menarik", sahut Saeed.
Saeed tertawa renyah seraya bangkit berdiri dari kursi makan.
"Kau benar-benar telah berubah lain, Kyra", lanjut Saeed.
"Kita pergi sekarang", kata Kyra seraya menoleh ke arah Saeed yang berdiri agak jauh darinya.
"Mari kita pergi, Kyra !" sahut Saeed.
Kyra mengangguk cepat dengan sorot mata seriusnya saat membalas ajakan Saeed kepadanya, untuk pergi dari ruang makan.
Keduanya bergegas berjalan, meninggalkan meja makan yang telah habis tak tersisa hidangan makanannya, mereka melangkah beriringan keluar dari ruangan makan.
Tampak Kyra berjalan penuh percaya diri menuju kembali ke ruang tamu.
Disana masih terlihat saudari tirinya yang tergeletak di lantai ruangan tamu, ada Tabana yang masih membujur kaku tak bergerak dan hanya bisa menggerutu kesal dengan wajah terarah ke bawah, serta ada Ifaya yang masih merengek karena tangannya terkilir dan dia tidak bisa berdiri tegak secara normal.
Terakhir kondisi ibu tirinya yang masih dalam posisi berdiri tegak dengan kedua tangan mengarah lurus ke depan dan kaku, tidak bergerak dari tempatnya sedari tadi.
Kyra berjalan melintasi mereka tanpa menoleh ke arah mereka, sedangkan seulas senyuman tipis menghiasi sudut bibir milik Kyra yang merekah cantik ketika dia melangkah melewati ruangan tamu yang ada.
Terdengar erangan-erangan lemah dari Tabana, Ifaya dan ibu tirinya yang tidak berkutik itu ketika Kyra melangkah pergi, tanpa peduli disekitarnya.
"To-tolong, aku !" kata Tabana yang menelungkup diam di lantai ruang tamu.
"Auwh ! Auwh ! Auwh ! Sakit !" keluh Ifaya sambil memegangi pergelangan tangannya yang terkilir.
"Eijaz ! Eijaz ! Eijaz ! Tolong aku !" teriak ibu tiri dengan kedua mata mengerling cepat sedangkan tubuhnya kaku seperti patung.
Saeed tersenyum tipis seraya melirik tajam ke arah Ifaya, Tabana dan ibu tiri Kyra yang masih berada di posisi mereka masing-masing. Dan tiga-tiganya sedang mengerang kesakitan sambil berteriak minta tolong, tapi tak seorangpun datang atau memperdulikan mereka.
"Tolong ! Tolong, aku !" teriak Tabana yang wajahnya terbenam di lantai ruang tamu.
"Ibu..., tanganku sakit..., tolong, aku...", kata Ifaya dengan mimik wajah memelas.
"Eijaz ! Eijaz ! Eijaz ! Kemari kau, Eijaz !" teriak ibu tiri marah.
Sama halnya dengan Kyra yang juga tidak memperdulikan kondisi ketiga perempuan itu, Saeed berlalu pergi dengan hanya melewati mereka bertiga, sikapnya acuh tak acuh terhadap ketiga orang yang ada di ruangan tamu.
Tap... ! Tap... ! Tap... !
Langkah kaki keduanya terdengar berderap cepat, saat mereka melangkah keluar dari ruangan tamu menuju ke halaman luar rumah.
Saeed bergegas cepat menuju ke mobilnya yang sejak tadi terparkir di luar rumah keluarga Ikram.
Terlihat Kyra ikut melangkah masuk ke dalam mobil seiring Saeed masuk.
Mobil hitam bergerak cepat, meninggalkan area rumah Ikram.
...***...
Keesokan harinya...
Kyra telah bersiap-siap hendak berangkat ke toko seperti biasanya.
"Pagi ini, kakek tua itu akan datang ke toko baru, tapi Saeed masih belum memikirkan rencananya, untuk membantu kakek itu", kata Kyra.
Kyra bergegas mempersiapkan keperluannya untuk pergi ke toko barunya yang belum dia beri nama.
Tidak ada waktu bagi Kyra, memilih-milih nama untuk nama toko barunya.
"Apa Saeed sudah tiba di toko, sebaiknya aku sarapan pagi dengannya sebelum toko buka !?" kata Kyra.
Kyra melirik ke arah jam ditangannya lalu bergegas pergi sembari meraih tas dari atas meja.
Tampak Kyra berjalan tergesa-gesa menuju keluar rumahnya, ternyata mobil milik Saeed telah terparkir di depan rumah.
"Saeed...", sapanya saat dia melihat laki-laki tampan itu sedang berdiri bersandar didepan mobil miliknya.
Saeed membalas sapaan Kyra dengan tatapan teduhnya yang sungguh menawan hati.
"Selamat pagi, Kyra !" sapanya.
Wajah Saeed yang teduh dan menenangkan bila dipandang oleh mata, terlihat sangat tampan dibawah siraman sinar cahaya matahari yang menghangatkan tubuh.
Dua alisnya yang tebal menghiasi wajahnya yang menawan, bagaikan purnama itu sangat meneduhkan hati Kyra, ketika memandangnya lama.
"Selamat pagi, Saeed ! Rupanya kau sudah datang !" kata Kyra.
Kyra berjalan menuruni anak-anak tangga rumahnya ke arah Saeed yang berdiri di depan mobilnya.
"Sudah lama menunggu diluar sini atau baru datang, tapi kenapa tidak langsung masuk saja atau membunyikan bel rumah, Saeed", sambung Kyra.
"Aku sengaja ingin memberi kejutan di pagi hari untukmu, Kyra", sahut Saeed.
"Kejutan !!!" kata Kyra. ''Kau berhasil mengejutkanku di pagi hari, Saeed !"
Saeed tertawa pelan saat Kyra menggodanya.
"Oh, iya, apa kau sudah memikirkan cara membantu kakek itu ? Dan apa rencanamu sekarang untuknya ?" tanya Kyra.
"Ada, aku sudah mempersiapkan rencana itu tapi sepertinya akan sangat merepotkan untuk kakek itu", sahut Saeed.
"Hmmm..., yah..., baiklah..., terserah padamu saja, aku hanya mengikuti perintahmu...", kata Kyra.
"Tapi kau adalah pemainnya dalam rencana ini, mungkin kau akan kembali bermain sistem misterius dan membahayakan jiwamu, Kyra", sahut Saeed.
"Bukankah aku sudah terbiasa menghadapi situasi berbahaya setiap mengerjakan tugas-tugas unik dari sistem misterius", kata Kyra.
"Mmm..., kau serius dengan yang kau katakan itu, Kyra", sahut Saeed.
"Ya, tentu saja, aku sangat serius bahkan aku telah siap untuk tugas selanjutnya jika itu ada", kata Kyra.
"Mari kita pergi sekarang, Kyra !" ajak Saeed kemudian.
"Ya, Saeed...", sahut Kyra dengan anggukkan kepala cepat.
selamat akhirnya bisa juga, nih thor...
semangat ya... 👍💪