Siapa yang menyangka seorang Gus cucu dari pemimpin pesantren bisa melakukan kesalahan yang terbilang fatal.
Zayn tak sengaja meniduri seorang gadis yang merupakan teman adiknya. gadis yang kerap kali Zayn anggap sebagai musuhnya karna perilaku dan tindakan gadis itu.
Zayn terus memaksa akan bertanggung jawab meskipun gadis itu selalu menolaknya. rasa bersalahnya tak hilang begitu saja meski gadis itu tak mempersalahkan apa yang mereka lalu.
Lantas apakah mereka akan tetap diam atas dosa yang pernah mereka lakukan tanpa sengaja.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon indahnya halu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Baik Pak
"Jangan salah sangka. Aku di sini untuk mengambil obat sakit kepala. Aku tak sengaja melihatmu di sini." Zayn kembali menyangkal.
"Benarkah? Ko aku sangsi satau perkataanmu ."
"Terserah. Omong-omong kenapa kau tidak nyenyak tidur?" pantang bagi Zayn berhenti bertanya jika belum menjapat jawaban.
Alexa menyadari jija di ruang kesehatan itu bukan hanya ada mereka saja sehingga Alexa lebih memilih untuk menjawab pertanyaan Zayn dengan kiasan lain.
"Saya tidak bisa tidur karna ucapan bapak, jadi saya merasa terbebani akan prasangka bapak waktu itu. Maksud saya tugas yang bapak limpahkan terlalu berat untuk saya." Alexa menjawab santai, terserah jika Zayn tidak mengerti maksud dari ucapannya.
Zayn mengerti Alexa tidak mengatakan yang sebenarnya tapi ia juga tidak tau apa maksud dari ucapan Alexa, tapi jika Zayn bertanya lebih jauh takutnya ada seekor cicak putih yang akan mendengar kemudian menyebarkan omongan mereka.
Istilah cicak putih kerap kali di ibaratkan kepada seseorang yng mendengar atau menguping, kemidian menceritakan kembali apa yang orang itu dengar terhadap orang lain tanpa sepengetahuan orang pertama yang berbicara.
Zayn akhirnya lebih memilih menutup rapat kembali mulutnya.
Tok ... Tok ...
Seseorang mengetuk pintu meskipun pintu ruangan kesehatan itu terbuka sejak tadi.
"Pak, Zayn." terdengar suara seorang wanita. Menyadari namanya di panggil Zayn berdiri dan menyibak tirai yang menjadi pembatas.
Terlihat seorang wanita paruh baya, yang membawa satu porsi bubur ayam dengan segelas air putih di atas nampan. Rupanya yang datang adalah ibu kantin yang Zayn mintai tolong untuk mengantar makanan ke ruangan itu.
"Pak Zayn buburnya." Wanita itu berjalan mendekat ke arah Zayn, sebelum mengambil alih bubur itu Zayn mengambil selembar uang dengan nominal angka paling besar dan menyerahkan uang itu kepada wanita di hadapannya.
"Pak Zayn, saya tidak memiliki kembalian. Nanti saja ya." Wanita itu terlihat merogoh kantong di celemek berwarna coklat yang ia kenakan.
"Ambil saja Bu. Tidak papa. Terimakasih sudah bersedia mengantar." Zayn menyelipkan senyum tipis kepada orang itu.
"Sama-sama, saya permisi pak." ibu itu berlalu dari hadapan Zayn.
Zayn mengedarkan pandangan, ternyata di sana sudah tidak ada orang, kedua mahasiswi yang tadi ada di ruangan itu kini sudah tak terlihat.
Zayn menyibak tirai dan kembali berjalan ke arah Alexa, sengaja ia tidak menutup tirai itu agar tidak menimbulkan fitnah. Meskipun sebenarnya berdua dengan seorang wanita tidak di perbolehkan untuk bersama di satu ruangan yang sama.
"Masih pusing?" Zayn mendekat dan meletakkan bubur di atas nakas.
Alexa terlihat mendudukan tubuhnya dengan membiarkan selimut menutupi kaki jenjangnya. Ia tak ingin kembali memamerkan tubuhnya di hadapan pria yang pernah merasakan tubuhnya itu.
"Sudah mendingan."
"Apa yang terjadi? Sampai kau sakit seperti ini?" Zayn bertanya sembari mengambil bubur di hadapannya. Untuk memisahkan emping yang terdapat di atas bubur itu. Ia lupa mengatakan saat memesan bubur agar tidak memakai emping, Alexa tidak menyukai kerupuk yang berbahan dasar biji melinjo itu. Zayn mengetahui hal itu karna beberapa kali Zayn, Hanna dan Alexa pernah sarapan bersama.
"Entahlah. Mungkin aku ke lelahan atau asam lambungku naik. Setidaknya itu yang di katakan dokter tadi." Alexa memperhatikan tindakan sederhana Zayn yang tengah memilih emping dan memisahkannya di atas nampan.
"Lalu, kau mengatakan tadi jika tidurmu tak nyenyak, apa alasannya?"
Melihat tidak ada orang di sana akhirnya Alexa menjawab jujur. "Aku terlalu over dalam berpikir, terus terang saja aku terpengaruh saat kau mengatakan kemungkinan jika aku hamil. Jadi selama itu aku tidak tenang kak." ternyata bukan hanya Zayn yang di hantui rasa bersalah, Alexapun demikian bahkan wanita itu sampai drop karna terlalu lelah berpikir.
"Aku sangat lega akan hasil tes tadi pagi." lain halnya dengan Zayn yang kini memasang wajah masam.
"Makanlah." Zayn meletakan bubur hangat itu kepangkuan Alexa.
"Aku sudah sarapan."
"Makan. Tidak ada salahnya kau makan lagi." Zayn berujar tegas, matanya tertuju pada kantung putih di samping nampan yang berada di atas nakas. Alexa mulai menyendokan makanan kemulutnya.
"Kak Zayn itu obatku. Jika ingin mengambil obat sakit kepala di lemari temoat penyimpanan obat banyak." Alexa mengira Zayn akan mengambil obat miliknya, karna Zayn tadi mengatakan akan mengambil obat sakit kepala.
Zayn tidak merespon apa yang di katakan Alexa, ia mengeluarkan tiga jenis obat di pangkuannya. Zayn membaca nama obat itu kemudian menserchingnya melalui ponsel pintar miliknya.
"Hanya ini obat yang boleh kau minum." Zayn menyerahkan satu jenis obat yang merupakan vitamin ke sebelah Alexa, dua jenis obat lainnya ia masukan ke dalam saku kemeja serta saku celananya. Setelah Zayn cari tau, Dua obat itu tidak boleh di konsumsi orang hamil. Antibiotik juga paracetamol yang di berikan dokter itu dalam dosis tinggi, sehingga cukup berbahaya jika di konsumsi orang hamil.
Entah mengapa Zayn masih berpikir jika Alexa tengah mengandung benihnya, intal itu feeling atau hanya perasaan Zayn saja, tapi apa salahnya jika ia jaga-jaga supaya tidak terjadi hal yang tak di inginkan.
Tadi Zayn sempat membaca di artikel yang terdapat di ponselnya, kemungkinan kehamilan Alexa belum terditeksi. Semoga saja seperti itu. Astaghfirullah kesannya Zayn benar-benar ingin Alexa mengandung bayinya.
"Ko?" Alexa mengerutkan kening dengan alis yang saling bertautan. Zayn itu benar-benar aneh.
"Jangan membantah."
Alexa hanya memutar matanya malas. Ia kembali melahap bubur di tangannya sampai tuntas.
Zayn membantu Alexa meminum vitaminnya.
"Istirahatlah aku harus kembali ke kelas." Zayn mengusap rambut Alexa, ia refleks melakukannya.
"Hm, siapa juga yang menyuruh kak Zayn untuk tetap di sini." sewot Alexa.
"Kau pikir aku di sini untukmu? Aku di sini di mintai oleh dosen lain untuk melihat dan memastikan ke adaanmu." Pandai sekali Zayn berkelit dan bersilat lidah.
"Di minta dosen lainlah, mau ngambil obat sakit kepalalah. Entah alasan mana yang benar!" Alexa mengedikkan bahunya, terserah Zayn saja mau berkata yang mana.
Zayn tidak menanggapi dumelan Alexa, ia tetap berjalan menjauh dari sana. Sudah terlalu lama ia meninggalkan kelasnya.
"Sudah." Zayn tiba di kelasnya, membuat anak-anak yang semula berkerumun kini sudah memisahkan diri ke bangku mereka masing-masing, usut punya usut salah satu mahasiswi yang tadi ada di ruang kesehatan merupakan pelajar di kelas Zayn.
"Su-sudah Pak." mereka tampak gugup, tapi Zayn tidak terpengaruh oleh apa yang muridnya lakukan.
"Pak ko lama perginya?" Yunilah yang bertanya dengan tampang centilnya.
"Memangnya kenapa jika lama kangen kau?" Zayn berujar datar.
"Memang boleh Pak kangen sama Bapak? Beneran belum nemu pawang nih?" Yuni malah semakin menjadi menghoda Zayn, membuat Lula mengdengkus kesal. Astaga Yuni merasa berflower-flower saat Zayn menanggapi godaannya.
Zayn hanya menggeleng pelan menanggapi guyonan mahasiswinya.
"Yuni, kan saya tadi sudah bilang ada panggilan alam. Jangan ribut jika nilaimu tak ingin saya kurangi." Yuni memberenggut karna Zayn selalu menyangkut pautkan sikapnya dengan nilai.
"Panggilan alam atau panggilan hati Pak?" gadis bernama Salwa yang tadi berada di ruang kesehatan menyahuti.
Ini lagi, Zayn memijat pelipisnya saat mahasiswinya kembali meledeknya.
"Saya tidak menyukai hal pribadi di bahas di kelas saya. Jika tidak berniat belajar di kelas saya silahkan keluar." Zayn menggunakan jurus andalannya supaya muridnya tidak semena-mena ikut campur masalah pribadinya.
"Maaf pak." Salwa menunduk sopan. Ia bahkan menepuk mulutnya sendiri yang kelepasan berbicara.
Zayn membuka kuiz sesuai janjinya dan mengantongi beberapa nama murid yang mendapat nilai tambahan, tentu saja Lula termasuk di salah satu murud itu.
Kelas telah usai. Zayn segera mengemasi barang-barang juga laptopnya.
"Aksa jangan lupa jam pulang nanti temui saya di ruangan saya." Zayn kembali memperingati Aksa agar mahasiswanya itu tidak melupakan intruksinya.
"Baik Pak."