Dijual sang paman dan di beli oleh mafia kejam.
Yura Milea seorang gadis belasan tahun harus rela mengandung benih pewaris untuk seorang mafia kejam.
Leonard Sebastian Johson, pria kejam itu membutuhkan seorang wanita untuk mengandung benih darinya sesuai permintaan Daddynya yang menderita penyakit akut.
Meski Yura bukanlah type ideal baginya pernikahan itu pun harus di laksanakan.
Bagaimana nasib Yura ketika di rahimnya tumbuh benih sang pewaris, sedangkan ia begitu membenci Leonard Sebastian yang selalu menghina dan merendahkannya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Meylani Putri Putti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Nelangsa
❌ Mengandung Adegan 21+, yang belum cukup umur di skip aja ya. dukungan jangan lupa🙏🥰😄❌
Leon menghampiri tempat yang sudah ia dan Madam Vi janjikan.
Mereka sudah janjian untuk bertemu di sebuah hotel bintang lima.
Setelah memarkirkan mobilnya, Leon langsung mendapatkan sambutan ketika ia baru memasuki lobby hotel.
" Selamat malam Tuan, " ucap Madam Vi sambil tersenyum lebar ketika Leon berada di hadapannya.
Karena Leon orang yang tak suka berbasa-basi ia tak menjawab ucapan tersebut.
" Mari saya antar, saya sudah pesan kamar eksklusif untuk anda. " ucap Madam Vi seraya mempersilahkan Leon untuk masuk ke dalam hotel.
Mereka berdua berjalan beriringan.
" Ehm, Tuan. Karena gadis ini baru pertama kali terjun ke dunia ini, saya harap anda bisa memakluminya jika dirinya kurang responsif . Tapi anda tenang saja, saya sudah gunakan obat agar ia bisa melakukan tugasnya dengan baik," tutur Madam Vi.
Leon hanya menyimak penuturan dari madam Vi tersebut, tanpa merespon apapun.
Setelah keluar dari lift mereka pun berjalan melewati koridor menuju sebuah kamar.
Madam Vi berhenti di sebuah kamar.
Ia membuka pintu kamar tersebut sambil tersenyum ke arah Leon.
" Silahkan nikmati malam indah anda tuan. Rasakan lah sensasi seperti malam pengantin baru," ucap Madam Vi.
Leon masuk ke kamar tersebut. Namun entah kenapa perasaan jadi gelisah. Padahal sebelumnya ia begitu ingin menuntaskan hasratnya yang hampir dua bulan tak tersalurkan dengan baik.
Leon menutup pintu tersebut.
Leon memasuki kamar hotel dan mendapati seorang gadis dengan menggunakan pakaian mininya duduk di salah satu sisi tempat tidur.
wanita muda itu sedikit kaget ketika melihat kedatangan Leon.
Leon duduk di sofa yang langsung menghadap ke tempat tidur.
Gadis itu tersenyum ke arah Leon.
" Siapa namamu ?"tanya Leon sambil menuang air dari botol minuman yang ada di meja sofa.
" Amel Tuan," jawab gadis itu dengan wajah yang tersipu.
Dari penampilan gadis itu cukup cantik.
Leon meneguk minumannya sambil melihat ke arah Amel yang terus saja tersenyum sambil menundukkan wajahnya.
Amel mengenakan tanktop berwarna hitam dan rok mini berbahan navy, bagian dadanya tak terlalu besar, mungkin karena usianya yang juga tergolong masih remaja.
" Berapa umurmu?" tanya Leon sambil meneguk minumannya.
" Tujuh belas tahun Tuan," jawab Amel.
" Masih sekolah?"tanya Leon lagi.
Amel tersenyum sambil mengangguk.
Leon menggelengkan kepalanya.
Amel kemudian berjalan menghampiri Leon. Kemudian mendaratkan bokongnya di samping Leon.
Leon menatap aneh ke arah gadis itu.
Amel meletakkan tangan ke paha Leon. Kemudian meraba-rabanya.
Glek ..
Leon kembali meneguk air dalam gelasnya.
" Tuan, anda bersedia membayar mahalkan untuk apa yang saya lakukan?" tanya Amel dengan senyuman manis mencoba untuk menggoda Leon.
Leon menyandarkan tubuhnya pada sandaran sofa. Ia mengamati gerak-gerik Amel yang seperti sudah di latih oleh Madam Vi sebelumnya.
Tanpa basa-basi Amel kemudian membuka resleting celana Leon.
Otomatis Leon tersentak kaget karena gerakan Amel yang tiba-tiba. Ia pun menepis tangan Amel.
" Yah Tuan, kok gak berdiri tegak ?" tanya Amel ketika mengamati bagian si Otong milik Leon.
Leon binggung menjawab pertanyaan dari Amel, karena memang tiba-tiba saja ia kembali kehilangan selera untuk bercinta.
" Tuan mau aku bantuin, biar adeknya berdiri?" tanya Amel sambil menempelkan tubuhnya dan menggesekkan bagian dadanya pada lengan Leon.
"Hah." Leon kaget, ia sendiri binggung kenapa tiba-tiba si Otong tak bereaksi.
" Gak usah, nanti kamu kewalahan menghadapinya," jawab Leon dengan senyum yang dipaksakan.
Amel semakin mendekatkan dirinya hingga menempel di tubuh Leon ia pun mulai membuka kancing kemeja pria yang ada di sampingnya, sambil mencium pipi Leon.
" Tuan ayo dong. Jangan kelamaan karena aku sudah gak tahan," bisik Amel.
Madam Vi sebelumnya memang sudah mempersiap dengan matang untuk kencan Leon malam ini. Untuk melancarkan aksinya ia sengaja memberikan Amel obat penambah gairah, karena ia yakin Amel tak akan sanggup meladeni Leon jika tanpa bantuan obat.
Mata Amel menjadi sayu ketika melihat dada bidang Leon dengan sedikit bulu halus yang semakin menampakkan kejantanannya.
Belum lagi wajah Leon yang memang sangat tampan .
Sementara Leon masih menatap Amel dengan wajah datarnya.
Amel yang sudah dikuasai hawa nafsu tersebut menempel tangannya pada pipi Leon, kemudian gadis itu langsung menyambar bibir sensual pria dengan lesung pipi tersebut.
Dengan penuh gairah Amel melahap bibir Leon yang masih bergeming.
Dunia seolah menjadi terbalik saat itu, Leon biasanya buas dalam percintaan kini seperti orang yang tak berpengalaman sama sekali, justru Amel yang tak berpengalaman terlihat begitu buas
Amel berdiri coba melakukan gerakan yang lebih eksotis , sementara Leon coba membalas pangutan bibir Amel. Leon berusaha membangkitkan hasratnya agar ia bisa melupakan wajah sang istri yang kini menari-nari di pelupuk mata.
Leon mencoba menikmati cumbuan gadis belasan tahun tersebut dengan memejamkan matanya.
Amel semakin liar, ia kini seperti berhasil menguasai panggungnya sendiri.
Ia juga berhasil membuat Leon tersandar dengan bertelanjang dada.
Tak hanya sampai di situ, tangannya mulai beraksi meraba pada bagian bawah tubuh Leon. Amel seperti pemain profesional, padahal baru kali ini ia menjalankan praktek tersebut.
Napas keduanya mulai memburu ketika Amel berhasil menyentuh senjata tempur milik Leon.
Amel membelalakkan matanya, karena merasakan betapa besar dan kerasnya benda tersebut.
Ia yang terlanjur terbuai hasrat kini menuntut Lebih.
Amel bangkit kemudian melepaskan pakaiannya, hingga tak ada satu helai benangpun yang menempel di tubuhnya.
Kemudian ia duduk di atas sofa dengan wajah yang sayu karena terbakar hasrat.
Amel menarik tangan Leon agar mendekapnya dan mereka bisa segera melakukan penyatuan.
Leon bangkit dengan senjata yang sudah berdiri tegak. Ia begitu yakin pertempurannya kali ini bisa membuatnya melupakan Yura.
Amel semakin gila, ia merentangkan kakinya untuk memudahkan senjata Leon menerobos bagian inti tubuhnya.
" Ayo Tuan lakukanlah," ucap Amel dengan tatapan sayu penuh damba.
Leon pun memulai aksinya, ketika kulit mereka bersentuhan, Leon kembali kesulitan memasukkan senjatanya.
Ketika hendak melakukan penyatuan dengan wanita yang bukan pasangan resminya itu, ia kembali teringat akan wajah Yura.
Wajah sang istri yang terlihat lugu dan polos.
Leon bergerak mundur, tiba-tiba saja ia kehilangan selera untuk bercinta.
Melihat Leon yang mundur,Amel merasa kecewa.
" Ada apa Tuan ?"tanya Amel.
Bukannya menjawab. Leon segera menghampiri pakaiannya kemudian memakai kembali pakaian tersebut dengan cepat.
Melihat Leon seperti itu, Amel segera menghampiri Leon.
" Tuan mau kemana? Bagaimana dengan kencan kita Tuan ?" tanya Amel. Ia terlihat begitu kecewa, karena hasratnya yang sudah menggebu-gebu untuk berhubungan dengan pria tampan tersebut.
Selesai mengenakan pakaian, Leon membuka dompetnya. Ia mengeluarkan selembar cek.
'" Ini bayaran mu," ucap Leon sambil meletakkan cek tersebut di atas meja sofa.
" Tapi Tuan, bagaimana dengan aku ?" tanya Amel dengan perasaan kecewa luar biasa.
Bukannya menjawab,Leon segera meninggalkan tempat tersebut.
Bruk … pintu kamar hotel tersebut di banting.
Leon juga kesal dan marah, kenapa setiap kali ia hendak melampiaskan hasratnya pada wanita lain, ia selalu terbayang akan wajah Yura. Terlebih lagi, ia jadi tak berselera ketika memulai permainannya.
Leon berjalan cepat melewati koridor hotel.
Madam Vi yang masih ada di tempat tersebut heran melihat Leon yang terlihat seperti orang yang marah. Ia ingin menanyakan kepada Leon apa yang terjadi.
Namun, saat itu dirinya juga sedang bertransaksi dengan pelanggan yang lain.
Leon tiba di depan parkir mobilnya.
Setelah masuk dalam mobil, ia pun membanting pintu mobil karena kesal.
" Sial ! Kenapa aku ini ?!" Bisa-bisanya aku seperti pecundang yang kehilangan kejantananku! " Leon memukul stir mobil hingga terdengar bunyi klakson panjang.
Ia pun langsung membawa mobilnya keluar dari hotel tersebut.
Sambil menyetir Leon meremas rambutnya. Ia benar-benar kesal, bahkan sampai saat ini si otong belum juga hidup kembali.
" Sial ! Pasti dia telah menggunakan ilmu mistis agar aku tak berselera terhadap gadis lain," dengus Leon.
Untuk menghilangkan kejengkelannya Leon pun memukul-mukul stir mobil.
Sesekali ia berteriak seperti orang gila di dalam mobil sambil meremas rambutnya.
Berbagai umpan dan cacian terlontar dari mulut Leon, ia seperti orang gila yang berteriak-teriak sendiri di dalam mobil. Leon benar-benar merasa tersiksa saat itu.
Tak puas meluapkan kemarahannya di dalam mobil. Leon kembali ke rumah dan mengamuk di dalam kamarnya.
Semua barang-barang di sekitarnya jadi sasaran empuk kemarahannya.
Brak prangk bulm, semua barang jadi pecah,berantakan dan berserakan dari tempat semestinya.
Kamar Leon berantakan seperti terjadi huru hara. Tapi itu belum membuatnya puas.
Dengan penuh amarah ia menuju kamar Yura, ia sudah bersumpah dalam dirinya untuk mencekik leher Yura.
Leon tiba di kamar sang istri yang memang hanya ia dan Yura yang bisa membukanya.
Leon menghidupkan lampu kamarnya. Namun Yura masih juga belum sadar atas kedatangan Leon.
Leon dengan tatapan nanarnya menghampiri Yura yang sedang tidur berbaring miring dengan selimut menutupi hingga lehernya.
Leon menatap Yura dengan beringas. Ia pun mendekati Yura dan bermaksud mencekik Yura.
Yura yang masih terlelap tersebut kemudian merubah posisinya menjadi terlentang.
Melihat wajah cantik dan polos sang istri, amarah Leon seketika mereda.
Ketika Yura berada di posisi terlentang, Bagian dadanya terlihat begitu menggemaskan. Meski bagian dada Yura tidaklah begitu besar.
Leon yang melihat Yura dengan posisi menantang tersebut kembali menelan salivanya, karena tiba-tiba saja si Otong kembali bangun, dan kali ini si Otong kembali tegak bahkan lebih tegak dan keras dari pada sebelumnya.
Leon kembali merana. Ia buru-buru kembali ke kamarnya dan langsung menuju kamar mandi.
" Sial ! Kenapa hanya melihatnya saja si Otong bisa hidup kembali!"
Gerutu Leon dengan berbagai umpan yang keluar dari mulutnya sambil kembali bermain solo.
Bersambung gengs.