Salwa Nanda Haris, anak sulung dari pasangan Haris dan Raisya. Salwa menolak perjodohannya dengan Tristan, pria yang berstatus duda anak satu.
Awalnya Salwa sangat menolak lamaran tersebut. Ia beralasan tak ingin dibanding-bandingkan dengan mantan istrinya. Padahal saat itu ia belum sama sekali tahu yang namanya Tristan.
Namun pernikahan mereka terpaksa dilakukan secara mendadak lantaran permintaan terakhir dari Papa Tristan yang merupakan sahabat karib dari Haris.
Sebagai seorang anak yang baik, akhirnya Salwa menyetujui pernikahan tersebut.
Hal itu tidak pernah terpikir dalam benak Salwa. Namun ia tidak menyangka, pernikahannya dengan Tristan tidak seburuk yang dia bayangkan. Akhirnya keduanya hidup bahagia.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bunda RH, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Cemburu
Di perjalanan pulang, Salwa diam tanpa kata. Tristan memperhatikannya dari kaca depan.
"Sayang..."
"Hem.."
"Ngantuk?"
Salwa menggelengkn kepala.
"Mau membeli sesuatu? Atau mungkin mau mampir kemana gitu?"
Salwa menggeleng lagi.
"Ada apa dengannya? perasaan tadi pas pamit pulang baik-baik saja!" Batin Tristan.
Flash back on
Saat acara ulang tahun berlangsung, Salwa ingin ke toilet. Tristan ingin mengantarnya, namun Salwa menolak.
Di saat Salwa sudah masuk ke kamar toilet, di luar ada dua orang wanita yang sedang ngobrol. Salwa mendengarkan mereka.
"Waktu itu hampir saja aku mau dilamar sama Tristan, eh ternyata gara-gara anaknya itu! Bocah itu malah menggagalkan semuanya. Padahal Tristan sudah jatuh cinta kepadaku!"
"Haha... berarti kamu belum beruntung, Ga! Kalau saja kamu berhasil menjadi istrinya, pasti saat ini kamu sudah bisa menikmati kehidupan yang mewah!"
"Aku bisa menarik perhatiannya lagi!"
"Oh my good! Aku ingin lihat itu!"
Ketika suara obrolan itu sudah tidak terdengar lagi, Salwa keluar dari kamar toilet. Ia kembali ke ruang acara.Namun saat Salwa kembali, ia melihat Tristan sedang ngobrol dengan seorang wanita muda berpakain modis yang tidak Salwa kenal. Ia masih memperhatikannya dari jauh. Nampak wanita tersebut sok akrab dengan suaminya.
"Lihatlah! Suamimu itu sosialita! Tidak pantas kamu bersanding dengannya! Penampilanmu nggak banget! Saya tidak yakin Tristan memilihmu! Gamungkin kalian dijodohkan?"
Saat Salwa menoleh, ternyata Rihana yang menyapanya.
"Terima kasih atas perhatiannya! Saya rasa tidak ada masalah dengan penampilan saya! Saya berpakaian sopan dan menutup aurat! Untuk cadar ini, saya memang sengaja memakainya karena hanya suami saya saja yang boleh melihatnya!"
"Huh! Kamu tahu? Tristan itu dikelilingi wanita-wanita cantik! Bahkan aku saja pernah dekat dengannya! Jadi kamu tidak usah bangga karena sudah menjadi istrinya! Mungkin, kamu bisa dihempaskan kapan pun!"
Salwa tidak ingin membalas ucapan Rihana. Ia pergi menemui suaminya. Wanita yang bersama suaminya sudah pergi.
"Kok lama? Sudah selesai buang hajatnya?"
"Sudah!" Jawab Salwa singkat.
Mereka pun berpamitan pulang kepada yang punya hajat.
Flash back off
-
Tristan membiarkan istrinya dengan pikirannya sendiri, ia pun fokus menyetir.
Sampai di rumah, Salwa masih bersikap dingin. Tristan bertanya-tanya dalam hatinya.
Menjelang tidur, Salwa pun berbaring mebelakangi suaminya.
"Dosa lho membelakangi suami!"
Mendengar bariton suaminya, Salwa pun berbalik menghadap suaminya dan langsung memejamkan mata.
"Sa-sayang, kamu sudah ngantuk?"
Salwa tidak menjawab dan tidak menunjukkan pergerakan.
Tiba-tiba Handphone Tristan berdering, ia segera mengangkatnya.
"Assalamu'alaikum."
"Wa'alaikum salam."
"Kak, sudah tidur?
"Iya ini mau tidur, dek! Kenapa?"
"Besok Kakak ke sini ya! Bawa Mbak Salwa dan Ira!"
"Ada apa, dek? Apa aku harus berangkat sekarang juga?"
"Tidak, tidak! Besok saja! Tidak apa-apa! Abi rindu kalian!"
"Kamu tidak menyembunyikan sesuatu, kan?"
"Tidak, Kak! Aku serius! Sekarang istirahat saja! Besok pagi segera berangkat ya?"
"Oke!"
Tristan pun langsung menghubungi Iyan untuk segera memboking jet pribadi milik rekan bisnisnya.
Salwa mendengar percakapan suaminya dengan adik iparnya. Ia pun merasa khawatir.
"Ada apa, Mas? Abi baik-baik saja, kan?"
"Kata Tita begitu! Abi cuma rindu dengan kita! Besok Shubuh tolong siap-siap untuk menyusul ke Singapur!"
"Iya, Mas!"
"Ehm! Kamu sudah mood bicara, Sayang?"
Salwa yang masih ingat dengan kekesalannya, malah memanyunkan bibirnya.
"Kenapa bibirnya? Mau dicium?"
Sontak Salwa menutup mulutnya dengan sebelah telapak tangannya.
"Sayang, sudah pernah aku bilang jangan memendam rasa sendirian! Aku mau kamu katakan apa yang mengganjal di hatimu! Aku ini bukan paranormal atau ahli psikis yang bisa menebak pikiran atau perasaanmu."
Salwa mencerna perkataan suaminya.
"Sebenarnya kamu kenapa, hem?"
Salwa hanya melainkan jarinya. Ia tidak bingung harus memulai dari mana.
"Mas..."
"Iya, kenapa? Katakan!"
"Siapa wanita tadi?"
"Wanita yang mana?"
"Yang bicara sama kamu waktu aku ke toilet! Pakai baju merah, yang seksi dan mempesona!" Ujar Salwa dengan kesal.
"Oh... Ega!"
"Mungkin!"
"Iya Ega! Dia anaknya Om Deri, temannya Ummi sama Abi!"
"Emang benar ya, kamu pernah punya hubungan khusus sama dia?"
"Kata siapa?"
"Jawab dulu!"
"Nggak ada tuh! Memang Ummi ngenalin aku sama dia, tapi Ira nggak suka! Aku sih yang paling utama Ira! Percuma kalau aku suka tapi Ira nggak suka! Lagian belum tentu juga dia bisa menerima Ira! Kebayakan wanita yang ingin dekat senganku itu pasti hanya menginginkan aku, bukan Ira! Dan lagian aku hanya menghargai Ummi!"
"Kalau Rihana?"
"Kenapa dengan Rihana?"
"Ada hubungan spesial nggak?"
"Sayang, sejak kepergian Nabila aku tidak pernah dekat dengan wanita! Kalau pun ada yang dikenalkan denganku ya sebatas kenal saja! Aku tidak tertarik dengan mereka!"
"Kenapa?"
"Ya nggak tahu! Mungkin Allah sedang menjaga hatiku untuk orang lain."
"Oh..."
"Kok cuma oh ! Kamu nggak ingin tahu orang lain itu siapa?"
"Siapa?"
"Bundanya Ira!"
"Gombal!"
Salwa merasa masih belum percaya.
Tristan menggenggam kedua tangan istrinya.
"Dengarkan aku! Jangan dengarkan kata orang lain! Mereka hanya ingin menghancurkan kepercayaanmu! Aku adalah seorang pebisnis wajar jika bertemu dengan banyak rekan wanita! Tapi percayalah, tidak ada dalam benakku untuk berkhianat! Tidak ada untungnya! Kalau aku mau, kenapa tidak dari dulu saja! Kamu seorang istri dari pengusaha, kamu harus punya mental baja! Jangan mudah percaya dengan hasutan orang! Mengerti?"
Salwa menatap mata suaminya, mencari kebohongan di sana. Namun tidak ia temukan. Salwa pun mengangguk yakin.
"Good girl!" Tristan menarik hidung istrinya.
"Au! Sakit, Mas!"
"Maaf, maaf! Habis gemes sih! Lain kali, jangan bersikap seperti tadi lagi ya! Lebih baik aku dengerin kamu ngomel daripada kamu diam! Serem, sepi kayak kuburan!"
"Tapi kamu harus berhati-hati, Mas! Terkadang sesuatu itu tercipta karena adanya kesempatan! Mereka bisa saja melakukan segala cara untuk menghancurkanmu atau bahkan kita! Aku akan berusaha menjaga kepercayaanmu."
"Ehm, kamu peduli sekali! Sayang, apa kamu sudah mencintaiku?"
Deg
Salwa menundukkan wajah dan menggigit bibirnya. Melihat hal tersebut, Tristan justru mengecup bibir Salwa.
"Maaasss..."
Salwa menggelitik perut suaminya. Tristan yang merasa geli tertawa terpingkal-pingkal sampai akhirnya Salwa tidak sadar kali ini dia sudah membangunkan anak macan yang sedang tidur. Salwa dengan tidak sengaja menyentuh benda keras milik suaminya. Sontak ia menarik tangannya. Namun Tristan menahan tangan Salwa.
"Tanggung jawab!"
"Apaan sih, Mas?"
Pipi Salwa memerah seperti kepiting rebus. Tristan semakin menggodanya.
Tanpa aba-aba Tristan membuka kancing kemeja piama Salwa satu persatu.Tristan pun membaca do'a.
"Allahumma jannibnas syaiton wajannibas syaitona ma rozaktanaa."
Tristan pun menuntaskan hajatnya bersama istrinya. Usai percintaan mereka, Salwa tidur dengan berbantal lengan suaminya.
"Mas, aku sudah menyerahkan seluruh jiwa dan ragaku kepadamu! Jangan kamu pertanyakan lagi perasaanku! Aku malu menjawab pertanyaanmu."
"Terkadang kita juga butuh pernyataan untuk meyakinkan hati. Tapi, terima kasih! Jawabanmu kali ini jauh lebih meyakinkan daripada kata aku juga mencintaimu." Tristan mengecup kening istrinya.
"Terima kasih kembali!"
Salwa memeluk erat tubuh Tristan. Mereka pun tertidur nyenyak.
Bersambung.....
...----------------...
Next ya kak
Bahasanya Sangat Sempura..
Ceritanya Suka Bgt...👍🏻😍😘
Bagus Baca Ceritanya Si Salwa...😘🤗