Kinara Wirasti seorang wanita berusia 55 tahun, bertemu dengan kekasihnya di masa lalu yang bernama Anggara Tirta pria seumuran dengannya. Ternyata Anggara adalah mertua dari anaknya. Bagaimana kisah cinta mereka? Akankah bersatu di usia senja?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Senja, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 22 Membuat Panik
Anggara keluar dari kedai, ia menemui seorang penjual bunga. Ia sudah memesan tadi, setangkai bunga mawar berwarna putih yang melambangkan cintanya untuk Kinara. Ia menyembunyikan bunga itu di balik punggungnya, lalu berjalan ke meja dimana Kinara menunggunya.
"Sayang, ini untukmu," ucap Anggara tersenyum.
Kinara merasa sangat terharu, Anggara tidak pernah melewatkan apa yang disukainya. "Terima kasih, Mas."
Kinara menerima bunga itu, lalu menciumnya. Bau wangi bunga alami, membuatnya candu.
"Ini sudah larut malam, ayo kembali ke vila," kata Anggara melihat jam yang melingkar di pergelangan tangannya.
Kinara mengangguk tanda setuju, "Iya, Mas."
Mereka berjalan sambil bergandengan tangan, bak anak muda yang merasakan jatuh cinta. Walaupun banyak orang memperhatikan, mereka sudah tidak malu-malu lagi.
Sampai di vila, Anggara membukakan pintu lebih dulu. Ia juga membantu Kinara duduk, padahal masih mampu sendiri.
"Mas, kamu yakin kita tidur berdua?" tanya Kinara memecah keheningan.
"Tidak, Sayang. Aku akan menjagamu di luar," balas Anggara.
"Di luar dingin, Mas. Aku tidak mau kamu sakit," ucap Kinara, baginya tidak adil kalau dirinya yang tidur di dalam kamar.
Keputusan Anggara tidur di luar kamar membuat mereka berdua berdebat, hingga akhirnya mereka tidur satu ranjang.
***
Di tempat lain, pagi ini Angel menyiapkan makanan untuk sarapan bersama suami dan mertuanya. Ia mengerjakan pekerjaan rumah sendiri, tidak ada yang membantunya.
"Angel, mana teh hangat ku?" tanya Miranda.
"Saya sudah buatkan susu hangat, Bu," jawab Angel, sambil memotong roti yang baru saja dikeluarkan dari oven.
"Aku tidak terbiasa minum susu! Cepat buatkan!" kata Miranda.
"Bikin sendiri, Bu! Aku lagi sibuk!" Angel menolak keras, bahkan terkesan tidak sopan.
"Sudah berani kamu melawanku!" Miranda berkacak pinggang menatap menantunya.
"Ibu, tahu kalau aku lagi sibuk kan? Hanya soal minuman bisa bikin sendiri, kenapa harus nyuruh!" Angel tidak mau kalah dengan mertuanya.
Suasana rumah di pagi hari yang biasa hening, kini harus diawali dengan perdebatan antara menantu dan mertua. Keduanya sama-sama egois, tidak ada yang mau mengalah.
Mendengar keributan, membuat Niko segera beranjak dari tempat tidur. Ia berjalan menuju ke arah sumber suara yang mengenakan di seluruh ruangan.
"Ada apa? Pagi-pagi sudah ribut! Gak enak didengar tetangga," ucap Niko, menatap tajam ibu dan istrinya secara bergantian.
"Ibu yang mulai, Nik!" Angel tetap melanjutkan menyiapkan sarapan di meja makan.
"Enak aja nyalahin orang tua!" sahut Miranda.
"Cukup!" bentak Niko.
Niko berusaha bersikap bijaksana, ia tidak membela ibunya maupun istrinya. Ia justru mengajak keduanya untuk segera sarapan, lalu kembali ke aktivitas masing-masing.
Sarapan berjalan lancar, tanpa ada keributan. Hanya ada suara sendok dan garpu yang saling beradu. Namun, ketika selesai sarapan keributan kembali terjadi. Miranda meminta Angel untuk membereskan meja sendiri, dan mencuci bajunya.
"Lebih baik Ibu pulang saja!" Angel mengusir Miranda.
"Kurang ajar kamu, berani mengusir ku! Ini rumah anakku, sadar diri dong! Dasar miskin!" Miranda tidak bisa menahan amarahnya lagi.
"Bu, sudah! Cukup!" Niko akhirnya membuka suaranya.
"Didik istri kamu!" Miranda meninggalkan meja makan, merasa kesal dengan menantunya.
Setelah Miranda pergi, Niko mendekati Angel. Ia memeluk istrinya mencoba untuk menenangkan. Niko tidak akan menyalahkan keduanya, tetapi meminta mereka untuk tidak mengulang keributan seperti ini.
Niko membantu Angel membereskan meja makan, lalu mencuci gelas, sendok, piring yang kotor.
"Biar aku saja, Nik. Nanti kamu terlambat ke kantor." Angel meminta suaminya untuk berhenti membantu pekerjaannya.
"Tidak apa-apa, Sayang. Kalau kamu capek istirahat saja. Pekerjaan kantor sudah ada yang meng-handle." Niko tetap melanjutkan sampai selesai.
Angel tersenyum, merasa sangat beruntung mempunyai suami yang sangat perhatian. Walaupun tidak membelanya, ia percaya kalau Niko ada di pihaknya.
Niko merasa ada yang aneh dengan istrinya, karena tidak pergi ke rumah Kinara padahal mertuanya masih sakit.
"Sayang, kamu tidak ke rumah mamah?" tanya Niko penasaran.
"Enggak, Nik." Angel kembali teringat dengan hubungan Kinara dan Anggara.
"Kenapa?" Niko bertanya lagi.
"Mamah sudah mempunyai kekasih yang memperhatikannya. Jangan bahas lagi!" Wajah Angel berubah muram.
Sebagai seorang laki-laki, Niko tahu perasaan papahnya ketika mempunyai masalah dalam hubungan percintaannya. Ia berusaha memberikan pengertian ke Angel, agar memberikan restu untuk Anggara dan Kinara.
Niko sangat berharap, Angel tidak mempersulit hubungan mereka. Namun, istrinya sangat keras kepala. Bahkan menceritakan kejadian kemarin yang membuatnya memilih meninggalkan Kinara sendiri.
"Mamah masih sakit, Angel! Kalau terjadi apa-apa bagaimana?" Niko merasa panik.
"Biarkan saja! Ada Tante Tyas." Angel mengerucutkan bibirnya.
"Kenapa kamu keras kepala? Mamah orang paling berharga dalam hidupmu, sadar jadi orang!" Niko berkata keras.
"Kok kamu marah sama aku, Nik?" Angel tidak mau memahami orang tuanya.
Niko kemudian bergegas menuju ke rumah Kinara, ia ingin melihat kondisi mertuanya.
Di perjalanan menuju rumah Kinara, Niko berusaha menghubungi Anggara tetapi tidak bisa. Ia membanting ponselnya di jok mobil, lalu melajukan dengan kencang.
Niko mengetuk pintu rumah Kinara, tidak ada sahutan sama sekali. Ia mencoba membuka pintu, ternyata tidak di kunci.
"Mah ... Mamah ... !" panggil Niko.
Karena tidak ada sahutan, ia mencoba mencari ke seluruh ruangan. Tetapi, sama sekali tidak menemukan keberadaan Kinara. Bahkan ponsel Kinara masih berada di atas ranjang tidurnya.
Niko menjadi sangat panik, ia kembali menghubungi Anggara tetapi tidak ada jawaban.
"Apa mungkin mamah hilang?" tanya Niko dalam hati.
Tanpa menunggu lebih lama, Niko memberikan kabar kepada istrinya kalau Kinara menghilang. Kemudian pergi ke rumah Tyas, untuk menanyakan keberadaan Kinara.
Tyas tak kalah terkejut, mendengar kabar Kinara tidak ada di rumah. Kebetulan dirinya juga sangat sibuk, jadi tidak sempat untuk menengok Kinara lagi.
"Maafkan saya, Niko." Tyas merasa bersalah, tidak menjaga Kinara dengan baik. Tetapi, kewajibannya sebagai seorang istri tidak bisa ditinggalkan.
"Kenapa minta maaf, Tante? Ini semua bukan salah Anda." Niko berusaha tersenyum, menyembunyikan kepanikannya.
Mereka memutuskan untuk menunggu Kinara lebih dulu beberapa jam, mungkin saja pulang ke rumah. Walaupun mereka khawatir, tetapi tetap berusaha tenang.
Niko berjalan mondar-mandir, sambil mencoba menghubungi Anggara. Ia akan mengabarkan tentang hilangnya Kinara.
Selang berapa menit, Angel datang dengan wajah paniknya. "Nik, gimana mamah? Sudah ditemukan belum?"
"Kamu tenang dulu, Sayang. Kita tunggu sebentar, siapa tahu mamah pulang." Niko berusaha menenangkan Angel.
"Iya, Angel. Kamu jangan panik." Timpal Tyas.
Angel mendudukkan diri, walaupun pikirannya tidak tenang. Jantungnya berdegup kencang, takut terjadi sesuatu dengan Kinara.
Tak lama kemudian, terlihat mobil Anggara berhenti tepat di depan rumah Kinara.
"Mamah!" Angel menatap tidak percaya, melihat Kinara turun dari mobil Anggara.
Makin tua, makin jadi🤣
setuju kalian menikah saja
jamgan hiraukan angel
semoga segera dapat donor darah yg cocok dan bisa selamat
ayo semangat kejar kinara🥰
semoga kamu dapat restu anggara.. semangat