Guru killer, yang ada dibenak semua orang pasti seorang guru yang galak dan suka menghukum siswanya bukan?
Begitu pula yang dialami oleh Evangeline Dorius (18 tahun) yang sangat tidak menyukai seorang guru killer karena selalu menyulitkannya atau memberinya tugas yang banyak.
Namun, apa jadinya jika guru killer itu jatuh cinta kepada dirinya? Bagaimana reaksi Eva terhadap pernyataan cinta Pak Theo?
Ikuti kisahnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon NKS Iravati, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 20 - Mau Tau?
"Terimakasih Yoga, udah mau ngenterin kesini." Ucap Eva.
Yoga tersenyum. "Gak masalah kok, lo kan sahabat masa kecil gue." Sahutnya.
Deg!
Satu kalimat yang keluar dari mulut Yoga sukses membuat Eva terdiam mematung. Dengan wajah tanpa dosanya Yoga mengatakan hal yang sangat membuat hati Eva sakit, hancur, dan ah tidak dapat didefinisikan lagi.
"Va? Eva?!" Ucap Yoga menaikkan satu oktaf suaranya sambil tangannya dikibas-kibaskan tepat di depan wajah Eva.
Eva yang sedari tadi diam pun terkejut. "Eoh! Ya?"
"Aku pulang ya." Pamit yoga lalu menaiki motor sportnya dan tak lupa juga memakai helm.
Brummm….!!
Motor sport itu pun pergi melaju, meninggalkan Eva yang diam meratapi motor milik yoga menghilang dari pandangannya.
Puas memandangi kepergian Yoga dan padatnya jalan di ibukota, Eva pun akhirnya masuk ke toko roti untuk bekerja.
*
*
Disisi lain
Seorang pria dengan badan atletis yang senantiasa memajang wajah datarnya pergi ke sebuah ruangan kerja. Ruangan tersebut penuh dengan buku-buku.
Langkahnya pun terhenti ketika dia sudah sampai tepat di sebuah meja, dimana diatasnya terdapat sebuah laptop dan beberapa berkas laporan yang bertumpuk-tumpuk. Dia pun duduk di sebuah kursi hitam yang ada di meja tersebut.
Dengan santainya pria tersebut membuka map berwarna hijau yang berisi laporan penting. Dibaliknya terus halaman demi halaman membaca secara detail setiap tulisan yang tercetak.
Disela-sela dia membaca laporan tersebut, tangan kanannya mengambil ponsel pintarnya lalu menekan salah satu nomor untuk dihubungi.
📞 "Halo tuan? Ada yang bisa saya bantu?" Tanya seseorang di seberang sana.
"Halo Jo, pastikan apa yang aku perintahkan tadi siang padamu, mau kerjakan dengan benar. Aku tidak mau sampai ada kesalahan!" Perintah pria tersebut.
📞 "Tentu tuan, hanya tinggal beberapa langkah lagi sampai semuanya selesai." Sahut orang yang dipanggil Jo.
"Dan satu hal lagi, suruh salah satu bawahan kita mengawasi Evangeline. Awasi dia dari kejauhan! Aku tidak mau sampai dia terluka sedikitpun!" Tekannya lagi.
📞 "Baik tuan."
Setelah mendapat jawaban yang memuaskan dari orang bernama Jo, pria itu pun mematikan sambungan teleponnya. Lalu beranjak menuju sebuah kaca jendela yang masih ditutupi gorden berwarna abu-abu.
Dibukanya gorden itu sehingga sinar matahari sore dapat masuk ke dalam ruangan tersebut. "Dirimu bagaikan cahaya matahari sore yang akan tenggelam ke ufuk barat, dimana pancaran keindahan di wajahmu selalu membuatku tersenyum dan tak henti untuk menatapnya walau hilang dari pandangan. "Evangeline…" gumamnya.
*
*
*
Keesokan harinya.
Seperti biasa para siswa dan siswi yang datang dari berbagai tempat berdatangan masuk ke dalam sekolah melalui pintu gerbang. Tak terkecuali juga Eva.
Disaat dia berjalan setelah mengantar dagangannya ke kantin, bisik-bisik terdengar di telinganya (bukan bisik-bisik tetangga ya 🤭).
Eva pun berjalan menuju kelasnya menghiraukan semua orang yang sepertinya sedang membicarakan seseorang. Setelah berjalan dan menaiki tangga, Eva pun sampai di kelasnya, lalu menaruh tasnya dan duduk di bangkunya.
Tak lama Mitha dan Grace pun datang, bisa Eva lihat senyum sumringah terlihat di wajah Grace. "Ada apa nih, baru dateng kok udah senyam senyum kayak orang kesambet setan." Tanya Eva. Eva sendiri sudah tahu bila Grace menunjukkan senyum sumringah nya berarti ada berita heboh yang akan dia sampaikan.
"Ada deh, mau tau apa mau tau banget?" Goda Grace.
"Woi lu ditanya, eh malah nanya balik." Ujar Mitha sambil tangannya menabok bahu Grace.
Bersambung……
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...