SUN MATEK AJIKU SI JARAN GOYANG, TAK GOYANG ING TENGAH LATAR. UPET-UPETKU LAWE BENANG, PET SABETAKE GUNUNG GUGUR, PET SABETAKE LEMAH BANGKA, PET SABETAKE OMBAK GEDE SIREP, PET SABETAKE ATINE SI Wati BIN Sarno.... terdengar suara mantra dengan sangat sayup didalam sebuah rumah gubuk dikeheningan sebuah malam.
Adjie, seorang pemuda berusia 37 tahun yang terus melajang karena tidak menemukan satu wanita pun yang mau ia ajak menikah karena kemiskinannya merasa paling sial hidup di muka bumi.
Bahkan kerap kali ia mendapat bullyan dari teman sebaya bahkan para paruh baya karena ke jombloannya.
Dibalik itu semua, dalam diam ia menyimpan dendam pada setiap orang yang sudah merendahkannya dan akan membalaskannya pada suatu saat nanti.
Hingga suatu saat nasibnya berubah karena bertemu dengan seseorang yang memurunkan ajian Jaran Goyang dan membuat wanita mana saja yang ia kehendaki bertekuk lutut dan mengejarnya.
Bagaimana kelanjutan kisah Adjie yang berpetualang dengan banyak wanita...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Siti H, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Delapan
Sebagai wanita yang datang sendiri pada lelakinya, tentu saja Wati sangat begitu rendah.
Selama ini, Juragan Wahyu selalu mendapatkan jatah zinahnya jika sudah menyetorkan sejumlah uang dan itu tidak boleh kurang dari kesepakatan. Sementara dengan Adjie, ia datang mengemis dengan mengharapkan jika pria itu akan menggagahinya.
Setelah mendapatkan kepuasan yang ia cari, Wati terkapar lemah dilantai kamar mandi. Ia menatap sayu pada prianya yang saat ini sudah selesai mandi.
"Aku harus ke kebun, dan kamu pulanglah," usirnya dengan nada meremehkan.
"Aku tidak mau pulang. Aku ingin tetap disini bersamamu," rengekWati, tak mengindahkan ucapan pria itu yang jelas-jelas sudah tidak lagi menyukainya seperti dulu.
Adjie yang dulu memintanya dengan cara halal, kini seolah merasa bosan dengan sensasi yang diciptakan oleh Wati.
Pengaruh dari ajian yang dilakoninya membuat ia tak ingin puas dengan satu wanita, akan tetapi menginginkan wanita lainnya, dan yang lainnya lagi.
Pemuda itu mengambil sebatang rokok, lalu menyulutnya dengan pemantik api, dan memperhatikan sang wanita yang bangkit dengan sempoyongan dan membilas tubuhnya dengan guyuran air.
Entah mengapa ia sudah tidak lagi tertarik. Bukankah masa itu ia yang berambisi ingin mendapatkan sang janda bohay? Atau mungkin perasaannya telah mati karena hinaan kemarin.
"Pulanglah, aku tak ingin para tetangga memandang lain tentang hubungan kita," Adjie terus mendesak wanita tersebut.
"Tidak, aku tidak ingin pulang. Aku akan tetap terus berada disini," Wati tetap keukeh dengan pendiriannya.
Adjie mengangkat kedua bahunya. Ia keluar dari kamar mandi dan bergegas untuk ke kebun Juragan Wahyu dan ia ingin segera menyelesaikan pekerjaannya.
Tanah masih tampak basah karena tertimpa hujan semalaman. Ia menghirup aroma khas yang keluar dari tanah becek tersebut.
Tatapannya terlihat datar. Sepertinya ia sudah tidak lagi penasaran dengan rasa dari tubuh wanita.
Ia menggunakan sendal jepit sebagai alas kakinya. Lalu berjalan dengan membawa bekal mie instan goreng dan sebungkus kopi hitam panas yang baru saja ia seduh dan dimasukkan kedalam kantong bekas gula.
Langkahnya terlihat begitu ringan, dan ia bersiul dengan begitu riang.
Sebuah sepeda motor terdengar akan melintas dar8 arah belakang. Sepertinya ia mengenal.dengan siapa pemiliknya, karena sudah hafal akan suaranya.
Suara mesin terdengar semakin melaju, dan itu disengaja dilakukan untuk menciptakan semburan air bercampur tanah yang pastinya menyiprat pada siapa saja yang berada disisinya.
Suara semburan air yang diciptakan dari tekanan ban dan kecepatan motor berhasil membasahi wajah dan pakaian yang dikenakan oleh Adjie.
Pria itu memejamkan kedua matanya untuk menghindari cipratan air bercampur tanah merah masuk kedalam matanya.
Motor tersebut berhenti dan menoleh kearahnya. "Uuups, Sorry, Kang panglima lajang tua," celoteh seorang pemuda yang tak lain adalah Rama bersama calon istrinya. Sepertinya mereka akan ke kantor urusan Agama untuk melakukan pendidikan pra nikah.
Wanita muda itu tampak begitu cantik dengan balutan baju kurung yang dikenakannya.
Sekilas Adjie dan cintya beradu pandang. Adjie tersenyum licik pada sang wanita, lalu entah apa yang sedang ada didalam benaknya, ia membacakan mantra tersebut untuk menguji ajiannya, sekaligus aksi balas dendam terhadap Rama.yang kerap membulinya.
"Eh, Panglatu (Sebutan panglima lajang tua), apa lu lirik-lirik calon bini ku-hah?! Kau fikir dia tertarik.pada pria tua hdan miskin sepertimu!" Rama terus saja membully Adjie dengan lidahnya yang tajam.
Adjie tak menggubris hinaan Rama padanya, akan tetapi ia akan membalas dengan cara yang lebih keji, dan itu ia anggap setimpal dengan apa yang sudah dilakukan oleh pemuda tersebut.
Pria itu tak menggubris pakaiannya yang basah dan juga kotor. Bahkan wajahnya terkena tanah berlumpur yang sama sekali tak membuatnya merasa insecure didepan wanita yang menjadi incarannya saat ini.
Ia berjalan melintasi sepasang kekasih yang saat ini sedang dimabuk asmara.
Akan tetapi tidak bagi Cintya. Ia baru saja merasakan sesuatu yang mendebarkan direlung hatinya. Dadanya bergemuruh saat menghirup aroma tubuh Adjie yang menurut Cintya begitu menggoda.
Rama sangat kesal dengan pandangan calon istrinya yang menatap Adjie dengan begitu dalam. Ia menarik gas motornya dan membuat Cintya hampir saja terjungkal ke belakang andai tidak berpegangan pinggangnya.
Pria itu melaju kencang dan kembali menciptakan cipratan air yang membuat tubuh Adjie basah dengan air kotor.
Cintya menoleh ke arah Adjie saat motor yang mereka tumpangi melewati pemuda berusia matang tersebut.
Deguban dijantungnya semakin memburu, ia tak tahu mengapa pesona pria dewasa lebih begitu memesonanya.
Ditambah lagi dengan kulit tubuh Adjie yang berwarna kecoklatan dan cenderung gelap, membuat Cintya semakin berfikiran kotor untuk dapat berduaan dengan sang pria.
Akalnya sudah tak.lagi berfungsi dan ia seolah tak begitu bersemangat untuk menyambut hari pernikahannya yang semakin dekat dan dijadwalkan sekitar dua hari ini. Oleh sebab itu, mereka diharuskan untuk saling menjaga sikap.
Hingga mereka berbelok ditikungan jalan, dan Adjie memasuki simpang empat dan hal itu membuat Cintya merasakan hampa dihatinya karena pria yang sudah menawan hatinya itu tak lagi dalam pandangannya.
Adjie bergegas berjalan menuju kebun singkong yang baru saja ia tanami beberapa hari ini.
Sembari bercocok tanam, ia tersenyum sendiri membayangkan betapa beruntungnya ia jika saja sampai mendapatkan Cintya. Selain berwajah cantik, tentu saja berusia muda, dan juga pera-wan tentunya.
Menikmati Wati yang sudah janda tak lagi membuatnya merasa penasaran. Ia ingin merasakan gadis seperti apa rasanya.
Adjie mempercepat menanam singkongnya dan dipastikan siang ini sudah selesai.
Saat sedang asyik menanam singkong, terdengar suara mesin motor milik juragan Wahyu yang berhenti didepan rumah Wati.
Adjie memastikan jika sang juragan memasuki rumah sang janda. Pria itu terlihat celingukan dan tak menemukan sang pujaan hatinya dirumah.
"Kemana si Wati? Kenapa rumahnya sunyi banget." pria beristri itu mencoba mengintip dari celah jendela.untuk melihat sang wanita.
Kedua matanya terus diedarkan pàda setiap ruangan, akan tetapi tak menemukan yang ia cari.
Wahyu terlihat gusar. Ia merasakan jika ada sesuatu yang tidak beres pada sang janda.
Ia memutuskan untuk pergi ke belakang dan bertanya pada Adjie jikalau saja ada melihat Wati ke kali untuk mencuci.
Pria yang sedang candu dengan Wati bergegas menuju kearah belakang rumah yang berdekatan alias sepadan dengan tanah milik Wati.
Langkah kakinya terlihat sangat cepat dan tak sabar untuk bertanya pada Adjie. Nafasnya tersengal. Tubuhnya yang sedikit membuncit memperlihatkan betapa banyak makanan dalam perutnya yang mirip gentong.
"Adjie, Adjie," panggilnya tak sabar.
Adjie menoleh ke arah orang yang memanggilnya barusan. "Eh, juragan Wahyu, sejak kapan tiba disini?" tanyanya dengan nada datar
"Ah, kamu Djie, kekk gak tau aja;" celetuknya dengan senyum yang genit.
baru x ni si Adjie garap sawah tp mlh dia yg ambruk sndri 🤣🤣
slma ini kn si Adjie sllu diam dan Nerima JK sllu di bully ,,,
tp skrg pas punya ilmu , akhirnya di pakai tuk Balas Dendam
g aji pangestu ataupun aji masaid kan? 🤭🏃♂️
🎤🎤🎤🎤
kursi pelaminan biru
dimalam pengantin
jadi saksi menghias diruang tamu
tapi bencanaaaaaaaas.... 🎼🕺🕺🕺🕺
korban uji nyali dari muji🤭