Aira harus memilih di antara dua pilihan yang sangat berat. Di mana dia harus menikah dengan pria yang menjadi musuhnya, tapi sudah memiliki dirinya seutuhnya saat malam tidak dia sangka itu.
Atau dia harus menunggu sang calon suami yang terbaring koma saat akan menuju tempat pernikahan mereka. Kekasih yang sangat dia cintai, tapi ternyata memiliki masa lalu yang tidak dia sangka. Sang calon suami yang sudah memiliki anak dari hubungan terlarang dengan mantannya dulu.
"Kamu adalah milikku, Aira, kamu mau ataupun tidak mau. Walaupun kamu sangat membenciku, aku akan tetap menjadikan kamu milikku," ucap Addriano Pramana Smith dengan tegas.
Bagaimana kehidupan Aira jika Addriano bisa menjadikan Aira miliknya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rey, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tentang Isi Hati
Niana dan Aira yang sedang berada di kantin tampak dilihati oleh beberapa anak-anak lainnya di sana.
"Ai, sudah ya, kita dilihati anak-anak lainnya. Lagian berita tentang batalnya pernikahan kamu juga sudah tersebar di kampus ini," bisik Niana pelan.
Aira mengangkat kepalanya dan dia menghapus air matanya. Aira mencoba berusaha agar tidak terlihat berantakan. "Aku mau pulang saja, Na. Aku tidak mau kembali ke kelas lagi karena sekarang aku tidak bisa berpikir dengan baik," jelas Aira.
"Ya sudah kalau begitu kita pergi saja." Niana mengambil tas dan menggandeng tangan Aira beranjak dari sana. "Bagaimana kalau kita ke mall saja, kita jalan-jalan ke sana siapa tau suasana hati kamu akan sedikit agak tenang."
Aira menggelang. "Tidak mau, Na. Aku mau ke rumah sakit saja melihat Mas Dewa." Aira terdiam sejenak. "Jujur aku kangen sama dia, Na, kangen saat dia memeluk aku, kangen saat dia menggodaku. Semuanya, Na." Kembali air mata Aira menetes.
"Ya sudah aku akan menemani kamu ke rumah sakit kalau begitu." Niana memeluk lengan tangan Aira, mereka berjalan menuju gerbang utama kampus.
Di sana Aira dan Niana melihat ada Hany dan Noura. "Aira, kasihan sekali nasib yang menimpa kamu." Hany tersenyum mengejek.
"Begini akibatnya orang yang selalu sok ingin tampil manis dan baik di depan semua orang. Kekasih kamu yang baik itu yang akhirnya terkena hukuman dari kelakuan kamu yang suka cari muka," timpal Noura.
Seketika Niana yang mendengar ocehan dua gadis yang seperti nenek sihir itu marah." Maksud kamu apa, Ra?" tanya Niana geram.
"Apa kurang jelas maksud aku tadi, teman kamu itu kena karma karena sikap yang sukanya sok terlihat baik di depan semua orang, padahal dia munafik. Kasihan sekali akhirnya pernikahanannya batal."
Noura ini memang sangat tidak suka dengan Aira karena Aira dari zaman sekolah sampai kuliah selalu selangkah di depan Noura. Mulai jadi juara kelas, lomba, dan Aira memang banyak dibanggakan oleh guru dan bahkan dosen mereka, padahal kedua orang tua Noura lebih berpengaruh untuk dunia pendidikan karena menjadi donatur terbesar di sekolah dan kampus di mana mereka berdua belajar. Tidak hanya itu bahkan dulu di sekolah, pria yang disukai oleh Noura malah dekat dengan Aira.
"Dengar ya, Nenek sihir! Apa yang terjadi dengan pernikahan Aira dan mas Dewa itu murni karena takdir, tidak ada yang tau mas Dewa akan mengalami kecelakaan seperti ini, dan aku harap kamu jaga mulutmu itu," bentak Niana.
"Aku tidak pernah merasa cari muka dengan siapapun, Ra. Kamu sendiri yang selama ini merasa begitu."
"Jangan sok tidak tau, Ai. Aku masih memaafkan semua, tapi yang tidak aku maafkan, saat kamu juga berusaha menggoda Kak Addrian waktu acara bazzar itu. Kak Addrian itu kekasihku."
Niana dan Aira agak kaget saat nama Addrian dibawa-bawa. "Aku tidak kenal dengan pria bernama Addrian. Kamu salah orang."
Kasihan kamu, Ra, bisa saja di bohongi oleh playboy seperti kak Addrian itu. Dia itu tidak pernah mencintai siapapun kecuali dirinya sendiri." Niana tersenyum mengejek.
Aira mengajak Niana berjalan pergi dari sana dia benar-benar tidak mau mempunyai urusan dengan nenek sihir saat ini. "Kita pergi saja, Na, tidak penting mengurusi mereka.
Wajah Noura dan Hany sangat kesal dengan ejekan Niana. "Aku benar-benar membenci dia!" ucapnya marah. "Suatu saat aku akan membuat dia benar-benar malu untuk menampakkan wajahnya pada dunia, dia sudah membuat Kak Addrian yang aku sukai berpaling dariku."
"Memangnya apa yang sudah Aira lakukan, Noura?" tanya Hany penasaran.
"Waktu itu aku sedang bersama dengan kak Addrian di sini, dan kami hampir saja berciuman, tapi tiba-tiba gadis yang memuakkan itu mengintip apa yang akan kami lakukan, dan kak Addrian malah pergi menyusulnya, meninggalkan aku sendiri, dan tidak hanya itu, aku melihat kak Addrian seolah terobsesi padanya."
"Dasar gadis tidak tau diri! Dia itukan sudah mempunyai tunangan."
"Dia benar-benar membuatku marah dan aku muak dengan gadis sok polos bernama Aira itu." Wajah Noura tampak benar-benar kesal.
"Diam-diam ternyata Aira itu gadis yang menghanyutkan, kita harus membuat perhitungan dengan gadis sok polos dan lugu itu." Hany tersenyum iblis.
***
Malam itu di rumah Addrian, Kenzo sedang mencari keberadaan kakaknya, yaitu Addrian, karena sejak beberapa minggu yang lalu dia tidak bisa dihubungi. Ponsel Addrian sepertinya mati atau memang tidak ada sinyal.
"Kakak ini di mana? Kenapa ponselnya susah sekali dihubungi?"
"Kenzo, kamu itu kenapa? Kenapa terlihat kebingungan begitu?" Wanita yang telah melahirkan Kenzo itu duduk di sebelah putranya.
"Aku sedang mencoba menghubungi Addrian, Bunda. Kenapa beberapa hari ini ponselnya tidak bisa dihubungi, ya?"
"Mungkin tidak ada sinyal di sana. Lagi pula untuk apa kamu menghubungi kakak kamu? Mau minta uang jajan sama kakak kamu?"
Kenzo meringi lucu pada Bundanya. "Salah satunya itu, Bunda."
"Ish! Kamu itu, bukannya tiap hari ayah selalu memberi kamu uang jajan? Kamu ke manakah uang jajan dari ayah?"
"Uang jajan dari ayah aku tabung, dan dari kak Addrian buat jajan dan bersenang-senang," jawabnya ngasal.
"Huft! Dasar anak nakal. Kamu itu jangan menyusahkan kakak kamu terus. Dia itu juga sedang menabung untuk membangun rumah Impiannya. Kalau kamu minta terus ke kakak kamu, bagaimana dia bisa menabung?"
"Apa benar kak Addrian sedang membangun rumah impiannya?"
"Tentu saja, dia selalu bercerita dengan bunda. Dia ingin membuat rumah impiannya sendiri dari hasil dia beritanding basket karena kelak dia juga tidak akan selamanya bisa bermain basket. Sebelum itu terjadi, dia akan membangun rumah yang nantinya bisa dia tinggal dengan keluarga kecilnya." Kenzo malah tertawa dengan gelinya, membuat bundanya melihatnya heran.
"Kenapa tertawa seperti itu? Memangnya ada yang lucu?"
"Tentu saja lucu. Memangnya si rajanya playboy itu bisa memikirkan memiliki keluarga kecil? Kak Addrian Itukan si petualang cinta. Apa dia bisa berubah?"
"Tentu saja bisa, kamu jangan bilang begitu. Kalau suatu saat Addrian menemukan gadis yang cocok dan bisa merubah dia, bunda yakin kakak kamu akan bisa berubah lebih baik. Dia pernah bilang sama bunda."
"Iya juga sih Bun. Apa jangan-jangan gadis yang bisa merubah kak Addrian Aira, ya?" celetuk Kenzo.
Wanita di sebelah Kenzo langsung melihat heran pada putranya. "Kenapa kamu jadi membawa nama Aira?"
"Bukannya aku tanpa alasan menyebut nama Aira, Bun. Soalnya kakak dan Aira itu jika bertemu seperti kucing dengan tikus, tapi si kucing Addrian kakak aku itu, malah seolah mengejarnya terus. Dia sampai bertanya padaku di mana alamat rumah Aira."