Arvian Ken Sagara, seorang CEO tampan yang mengidap Gynophobia. Dimana, orang pengidapnya memiliki ketakutan tak rasional terhadap wanita. Setiap kali wanita yang mendekat padanya, Arvian menunjukkan sikap yang sangat berlebihan hingga membuat wanita yang mendekat padanya merasa sakit hati. Jika ada yang menyentuhnya, tubuh Arvian akan mengalami gatal-gatal. Bahkan, mual.
Namun, bagaimana jika dirinya terpaksa harus menikahi seorang janda yang di cerai oleh suaminya? demi mendapatkan hak asuh keponakannya dari keluarga adik iparnya. Apakah Gynophobia Arvian akan bereaksi saat di dekat wanita bernama Aluna Sagita janda tanpa anak itu?
"Sudah baik aku mau membantumu, dasar Mr. Gynophobia!" -Aluna Sagita.
"Onty tantik! Calangeee!!" ~Arega Geofrey Sagara.
"Jangan mendekati ku! Aku Alergi berada di dekat kalian para wanita!" ~Arvian ken Sagara.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon kenz....567, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Asal mula trauma Arvian
"Saat itu, Arvian memang menjalin kasih dengan wanita satu jurusan dengannya. Namanya Fanya, dia wanita yang sangat cantik dan juga terlihat lembut. Fanya punya satu orang sahabat, namanya Indri. Keduanya memang terlihat seperti sahabat pada umumnya, dan Arvian juga tak masalah dengan itu. Sampai akhirnya, Arvian merasa aneh karena setiap dia ingin mengajak Fanya berkencan berdua. Fanya selalu mengajak Indri bersamanya. Awalnya Arvian berpikir, keduanya sangat dekat hingga ingin selalu bersama-sama."
"Sampai suatu ketika, Fanya berkata jika dia tengah berada di apartemen bersama Indri. Saat itu Arvian tak berpikir macam-macam. Entah apa yang Arvian pikirkan saat itu, dia pergi ke apartemen Fanya. Saat itu ...,"
Arvian membawa sebuket bunga di tangannya dan juga plastik cemilan yang dirinya beli untuk Fanya. Dia pun menekan pin apartemen Fanya yang sudah dia ketahui sejak mereka menjalin hubungan. Dengan senyum lebarnya, Arvian membuka pintu itu dengan lebar.
Cklek!
"Eh, kenapa sepi sekali?" Gumam Arvian.
Arvian merasa aneh, dia melihat banyak bungkus makanan yang berserakan di meja. Bahkan, ruangan itu terlihat berantakan. Sejenak, Arvian menaruh barang bawaannya di sofa. Lalu, pria itu terdiam saat mendengar suara yang aneh berasal dari kamar Fanya. Penasaran, Arvian pun melangkah kan kakinya menuju kamar itu. Kebetulan, saat itu pintu kamar terbuka sedikit. Arvian mengintip dan melihat apa yang terjadi di malam itu.
"Fanya?! Indri?!" Pekik Arvian dalam hatinya. Dia melihat bagaimana kedua wanita itu melakukan hal yang tak seharusnya. Tanpa mengatakan apapun, Arvian bergegas pergi dari sana dengan perasaan yang sangat syok. Bahkan, sejak kejadian itu. Arvian takut ketika dia melihat wanita.
"Jadi, sejak saat itu dia merasa aneh dengan dirinya. Mulailah, dia takut melihat wanita. Bahkan, dia sampai mengurung dirinya di kamar karena ketakutannya. Sebelumnya, ayahku yang menangani keadaan Arvian. Sehingga, sedikit demi sedikit Arvian bisa keluar dari kesendiriannya. Yah, walaupun berakhir dia mengidap Gynophobia. Tapi setidaknya, pria itu tak lagi mengurung dirinya dari dunia luar." Terang Vion.
Vion menatap ke arah Aluna, dia terkekeh pelan saat melihat raut wajah pucat Aluna. Sepertinya, wanita itu sangat syok dengan ceritanya. Maka dari itu, Vion mengambilkan sebotol air minum dan memberikannya pada wanita yang berada di hadapannya. Dengan tangan gemetar, Aluna meminum air dari botol itu hingga kandas.
"Waw! Habis?! Apa kamu sekaget itu mendengar ceritaku?" Seru Vion dengan seringai di bibirnya.
"Ngeri banget! Benar kata orang tua, kalau jangan pacaran yah jangan pacaran! Kena kan batu nya." Gumam Aluna yang mana membuat Vion tertawa.
"Hei, tidak semuanya seperti itu." Seru Vion.
"Berjaga-jaga, takutnya dia mencari kekasih hanya menutupi k3d0k busuknya Itu. mengerikan sekali! Aku yang seorang wanita saja takut mendengarnya." Gumam Aluna.
Vion menggelengkan kepalanya pelan, dia menatap Aluna dengan tatakan lekat. Vion akui, jika Aluna adalah wanita yang cantik. Pantas saja Arvian tertarik pada wanita di hadapannya itu. Namun, di balik itu semua. Vion merasa senang. Setidaknya, ada satu wanita yang bisa Arvian dekati. Dia cukup kasihan melihat pria itu terus menj0mbl0.
"Mungkin, saat dia menghentikan kegiatan kalian. Dia teringat lagi saat memergoki kekasihnya itu. Menurut ku, cobalah lakukan pendekatan diri dengannya. Sampai, Arvian benar-benar percaya padamu dan melihatnya sebagai Aluna. Bukan wanita yang pernah membuat trauma besar dalam hidupnya." Ujar Vion sembari menatap Aluna yang terlihat gelisah.
"Aku rasa, dia berani menikahimu karena kamu seorang janda. Mungkin dia berpikir, jika kamu pastinya normal karena kamu sudah pernah menikah. Tapi, tenang saja. Arvian orang yang sangat tulus. Dia akan melakukan apapun demi orang yang dia sayangi. Setelah dia jatuh cinta padamu, pria itu pasti menjadi bu cin. Percaya padaku." Seru Vion dengan yakin.
"Bukan hanya Arvian yang harus sembuh dari masa lalunya, karena aku pun harus. Tak ada salahnya jika aku dan Arvian, saling mencintai." Batin Aluna.
.
.
.
Arvian telah pulang dari kantornya, dia berjalan memasuki rumahnya sembari menarik dasinya yang terasa menyesakkan lehernya. Baru saja dia akan melangkah menaiki tangga, matanya menangkap sosok bocah menggemaskan duduk di anak tangga sembari memeluk lututnya. Pipi gembul bocah itu terlihat basah, bahkan matanya memerah dan berair. Melihat itu, Arvian mengerutkan keningnya dalam.
"Ngapain kamu? Habis jatuh?" Tanya Arvian.
Arega, bocah itu hanya menatap sekilas omnya sebelum kembali merenung dan menangis. "Om tuh nda tau, cakitna dicini di dalam hatiku. Cakitna tuh cini melihat cayangku nda ada di lumah huaaa!!"
"Eh? Aluna enggak ada di rumah?!" Pekik Arvian dengan tatapan terkejut.
Arega mengangguk dengan mulutnya yang terbuka lebar, bocah menggemaskan itu mengusap pipinya yang basah karena air matanya. "Dali ciang ku tunggu dilina pulang, nda pulang-pulang. Cayangku cudah kabuuul hiks ... cali pangelan balu pacti cayangku ituuu hiks ... Telcikcana hatikuu hiks ...,"
"Jam catu jam dua jam tiga, kok nda pulang ... pulang. Jam empat jam lima jam enam, hali mulai c0le. Nda ada ku liat cayangku pulang hiks ...,"
Tanpa membalas drama Arega, Arvian bergegas berlari ke kamarnya. Dia mengecek keberadaan barang-barang Aluna, masih ada atau tidak? Jika tidak ada, Arvian yakin jika Aluna kembali ke rumah Mega. Namun, sesampainya di kamar. Barang-barang Aluna masih ada. Tandanya, wanita itu akan kembali pulang.
"Dia pergi tanpa Izin dariku. Apa karena semalam? Dia marah karena kecewa denganku?" Gumam Arvian.
Arvian segera keluar dari kamarnya, dia berniat untuk keluar rumah mencari Aluna. Namun, saat dirina menuruni tangga. Matanya menangkap Arega yang tengah di gendong seorang wanita yang tak asing baginya. Bahkan, ponakannya itu sudah bermanja ria di gendongan wanita tersebut.
"Cayangku dali mana? Lama kali pulangnaaa. Lega cendilian, nda ada onty kecayangan di lumah." Rengek Arega.
"Maaf sayang, Aunty ada urusan di luar." Ujar wanita itu yang tak lain adalah Aluna. Dia mengusap pipi Arega yang basah sehabis menangis tadi.
"Dari mana kamu?" Aluna terkejut, dia menatap Arvian yang entah kapan berdiri di hadapannya. Rahang pria itu mengeras, tatapannya terlihat sangat tajam.
"Maaf, tadi aku chek up rutin di rumah sakit." Ujar Aluna dengan khawatir.
Arvian menyipitkan matanya, "Apa kamu sakit?" Selidik Arvian.
Aluna mengeleng, "Tidak, aku hanya memeriksa keadaan rahimku. Belakangan ini datang bulan ku tidak teratur, ya begitu." Alasan Aluna. Dia tidak berbohong. Memang, setelah dari Vion. Wanita itu langsung pergi ke dokter kandungan untuk melalukan cek kesehatan rahimnya.
Arvian mengangguk percaya, dia menghela nafas lega. Pria itu pikir, Aluna merajuk padanya. Tak menyangka jika wanita itu memeriksa kesehatannya. "Ya sudah, istirahatlah. Lain kali, izin dulu denganku. Sudah punya suami, jangan merasa kamu masih single." Ujar Arvian dengan menyindir istrinya itu.
Aluna mengangguk sembari tersenyum. Melihat itu, Arvian mengerutkan keningnya dalam. Raut wajah Aluna terlihat ramah dan lembut. Tak seperti biasanya yang selalu memandangnya dengan raut wajah cemberut kesal. Arvian curiga, akan ada drama baru yang akan wanita itu lakukan.
"Tidak mungkin, kan aku sayang kamu." Ujar Aluna dengan tersenyum lebar yang mana membuat Arvian tersedak lud4hnya sendiri.
"Istirahat lah, aku ke kamar dulu." Pamit Arvian dan bergegas pergi dari sana.
Aluna terkekeh pelan, wanita itu merasa lucu dengan sikap Arvian tadi. Tanpa Aluna sadari, jika bocah di gendongannya tengah menatap tajam dirinya dengan alisnya yang menukik tajam.
"Arega, lihat. Om mu ... eh, Kenapa kamu pasang muka begitu?" Kaget Aluna saat melihat raut wajah Arega.
"Kok onty bilang cayang ke om cinga itu?!" Tanya Arega dengan kesal.
"Kan dia suami Aunty, jelas sayang dong." Ujar Aluna dengan tatapan bingungnya.
Arega mencebikkan bibirnya ke bawah, matanya memerah berkaca-kaca. Terlihat hidungnya kembang-kempis di sertai dengan nafasnya yang terdengar memburu.
"Lega nda catu-catuna telnyata hiks ... cayangna onty ada dua hiks ... kemalin bilangna nda boleh dua hiks ... halus catu cayangna hiks ... ini onty malah dua cayangna onty hiks ... nda boleeehh ... hiks."
"Kenapa sekarang jadi Arega yang tantrum. Kayak merasa punya bayi kembar aku." Batin Aluna dengan raut wajah meringis pelan.
___
Jangan lupa dukungannya🥰🥰