Misi balas dendam seorang Duda arogan plus gila, pada seorang gadis yang ada sangkut pautnya dengan target balas dendam nya.
Duda itu mengira dia sudah paling gila, namun ternyata gadis yang dinikahinya secara paksa lebih gila darinya.
"Aku sudah tahu kau lah yang sebenarnya menjebak ku tidur dengan mu! Lihat dan rasakan nanti, akibat kau berani menjebak seorang Denada...!" ancam gadis itu dengan wajah pongah, dia tidak terima menikah paksa dengan duda beranak dua, bahkan usia mereka terpaut jauh 15 tahun.
"Hei bocah! Kau kira aku takut dengan ancaman mu?! Aku...?! Seorang pebisnis yang bahkan tak kenal ampun pada pesaing-pesaing nya! Jangan mimpi kau bisa membalas perbuatan ku! Sekarang, aku adalah suamimu! Kau harus patuh padaku! Akan ku pastikan pernikahan kita adalah neraka bagimu...!" Arjuna seorang duda berusia 34 tahun menyeringai licik.
Karakter keduanya sama-sama kuat dan keras, siapakah yang berhasil menaklukan pasangan nya lebih dulu dalam jeratan cinta?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rere ernie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
20. Merencanakan Pembunuhan.
BRAKKK!
Juna menutup pintu Apartemen dengan keras, “Pergilah bocah cupu, teman mu baik-baik saja!“ teriaknya dari dalam agar terdengar oleh Gea yang berdiri diluar.
“Dena menelepon ku tadi, berarti terjadi sesuatu! Dia menangis di telepon!“
Kening Juna mengerut dalam, “Tunggu sebentar, biar Dena yang bicara langsung padamu!“
Apa benar istriku menangis? Kenapa? Dia bukan gadis cengeng, wajah nya pun terlihat biasa saja!
Perasaan Juna gelisah saat dia berjalan kembali ke kamar mandi, untuk menenangkan hatinya dia mengusap-usap dadanya.
“Mana makanan nya, Om?“ tanya Dena saat suaminya masuk ke kamar mandi.
“Belum datang... i-itu Gea, teman mu. Dia datang karena katanya kamu menelepon nya tadi dan... d-dia bilang ka-kamu menangis. Kamu benar-benar menangis, Baby?“
Dena terkekeh melihat wajah cemas sekaligus ketakutan Juna, gadis itu menggeleng, “Aku cuma ngerjain Gea, biar dia cepet datang kesini. Tadinya mau aku ajak beli perlengkapan apartemen, tapi kalo Om mau... Om boleh temenin kami.“
Juna menggeleng, “Om yang temani kamu beli perlengkapan nya, suruh teman mu pulang aja dan jelaskan jika kamu nggak nangis karena Om. Wajah teman mu udah kayak mau makan Om, mengerikan!“
“Hahaha! Gea emang kayak gitu. Ya udah, aku keluar dulu. Om mandi gih, bau acem keringet...“ Dena mengibaskan tangan di depan hidung dengan wajah jahil.
“Masa sih? Perasaan Om jarang berkeringat kalau di perusahaan?“ namun tak ayal Juna mengendus tubuhnya apalagi bagian ketiak.
“Hahaha, tapi bo'ong! Wekkkkk!!!" Dena tertawa seraya berlari keluar.
“Dasar istri nakaall! Begini nih kalau punya bini bocil! Astaga...!“ Juna terkekeh, dia mulai membuka kancing kemeja nya satu-persatu. Lantas menelepon asisten nya di perusahaan untuk membawa satu setelan yang biasanya tersedia di Perusahaan.
“Om makan dulu, yuk?“ Dena sudah selesai bicara dengan Gea dan menenteng satu paper bag berisi makanan.
“Makanan nya Dateng? Terus teman mu?“
“Aku usir, mhueee...“
“Om pengen makan kamu dulu, boleh?“ Juna memperlihatkan wajah bernaaffsunya, “Om laper banget, sayang__hfff!“
Tubuh Juna tersentak ke belakang saat Dena menubruknya dan langsung mencium bibirnya dengan bersemangat.
Keduanya pun larut dalam permainan, tangan Dena mengelus dada polos berbulu milik suaminya. Lalu tangan nya semakin turun ke bawah, dia mengusap-usap si Jo dari luar celana.
Juna melepaskan paguutaaan bibir mereka, nafasnya sudah memburu, “Istriku ini.. semakin naakal ya.“
“Kata Gea, untuk menyenangkan suami harus jadi istri naakaal biar suami nggak jajan diluar. Juga harus kasih service memuaskan, aku akan terus belajar untuk menyenangkan Om...“
“Ahhhh, hanya mendengar kamu mengatakan nya saja, pikiran Om udah kemana-mana...“
Tanpa menunggu lagi keduanya memulai pergulatan, tanpa terasa hampir dua jam mereka saling memuaskan dari atas wastafel berpindah ke dalam bathtub. Berendam air hangat dengan saling menggosok tubuh, Juna memeluk tubuh terpuaskan istrinya dari belakang.
Tubuh belakang Juna bersandar di kepala bathtub, sementara kepala Dena bersandar di dada suaminya. Sungguh momen yang sangat romantis bagi keduanya, Juna mengecup bahu polos istrinya. Momen itu hanya terganggu sebentar oleh kedatangan assisten Juna yang menelepon jika pakaian sudah diantar.
“Sayang, jangan panggil Om terus. Nggak enak tau kedengaran nya.“
“Panggil apa dong?“
“Babe,“ tangan Juna mulai naakal lagi, memijit-mijit dada Dena yang berukuran mini namun padat untuk memancing gairah istrinya kembali.
“Hhhh... itu kan panggilan untuk sandiwara kita.“ Nafas Dena mulai tidak beraturan, dia menikmati permainan tangan nakal suaminya.
“Gapapa, yang penting hati kita kan udah tau kalau semuanya bukan sandiwara lagi... “ kini Juna mulai menggigiti bahu putih milik Dena, bibirnya terus naik ke arah belakang cuping telinga Istrinya lalu memainkan lidah disana membuat gadis itu mengeraang.
“Om mau lagi... ahhh...“
“Panggil Babe...“
“Babe...“
“Main sekali lagi ya!“
Terjadilah pergumulan untuk kedua kalinya.
Setelah selesai, keduanya akhirnya berencana makan diluar sekaligus membeli perlengkapan apartemen karena makanan yang dipesan Dena sudah dingin.
Asisten Juna di perusahaan pun sudah datang sejak tadi dan menggantungkan pakaian di luar pintu.
Setelah sama-sama siap, Dengan menggandeng manja lengan suaminya keduanya pun keluar Apartemen dan menuju mobil.
.
.
Di restoran, Renata dan Devan sudah siap untuk makan malam. Tiba-tiba mata Renata menyipit melihat kedatangan Juna dan Dena yang berjalan ke ruangan private.
Sial! Mereka malah terlihat semakin mesra! Bukankah Amrita bilang rencana kami berhasil dan keduanya akan berpisah?!
“Ada apa, kamu melihat seseorang yang kamu kenal?“ Devan ikut melihat ke arah yang pandang Renata, namun Juna dan Dena sudah masuk ke dalam ruangan.
“Oh nggak, sepertinya hanya mirip. Ayo makan dan kita pulang.“ Renata mengelus tangan Devan.
Devan hanya bergumam tak jelas, keduanya kembali melanjutkan makan.
Sepulang dari restoran, Devan masuk ke ruang kerja untuk memeriksa pekerjaan. Sementara Renata segera menelepon Amrita dengan wajah kesal.
"Halo?“
Terdengar suara Amrita dari seberang sambungan.
“Kamu bohong ya, Rita! Kamu bilang Juna dan gadis ingusan itu akan pisah, tapi buktinya mereka berdua malah terlihat semakin mesra saat tadi datang ke restoran!“
“Benarkah?“
"Apa rencana mu gagal?“
“Aku tidak tahu! Setelah gadis itu diusir pergi dari rumah Vincent, aku ada panggilan operasi darurat di rumah sakit. Aku baru aja menyelesaikan operasi nya setengah jam lalu, jadi aku belum berbagi kabar lagi dengan Tante Elise. Sekarang... aku akan pergi ke rumah Vincent dan mencaritahu kenapa Vincent masih bersama gadis itu dan bukannya di rumah bersama Ibu dan anak-anak nya.“
"Oke, aku tunggu kabar darimu!“
Tutttt...
“Kabar apa dan dari siapa?“
Tiba-tiba Devan sudah berdiri di belakang Renata, wanita itu tersentak terkejut.
“A-a... itu hanya teman ku yang katanya akan menikah, jadi aku bilang menunggu kabar darinya lagi.“
Devan melirik ke arah Cctv, sudah lama dia tidak memeriksa Cctv di sekitaran rumah dan juga di dalam kamar. Namun anehnya, terkadang rekaman Cctv akan hilang di beberapa bagian dan Renata hanya mengatakan mungkin saja Cctv itu rusak.
Apa iya aku bodoh selama ini? Bahkan rekaman Cctv saja aku tidak tahu mana yang benar dan mana yang salah!
Devan kembali menatap wajah istrinya, menelisik Renata. Apa benar tentang keburukan wanita itu yang sering diungkapkan adiknya bahkan Juna pun seolah mengatakan jika Renata telah mengkhianati nya di belakangnya?
Aku sudah menyewa detektif untuk memeriksa mu, jangan sampai semua ucapan adikku dan Arjuna terbukti! Jika terbukti, aku tidak akan pernah memaafkan mu! Tapi... bagaimana dengan anakku dalam kandungan nya? Sudahlah, mungkin saja kebenaran nya tidak seperti yang aku duga dan Renata benar-benar wanita baik seperti yang selama ini dia perlihatkan padaku.
“Mas, kok malah ngelamun?“
"Hm, jangan tidur malam-malam. Aku masih ada pekerjaan,“ biasanya Devan akan mengecup kening Renata, namun entah kenapa hari itu sejak dia pulang rasanya enggan untuk berinteraksi lebih lembut dengan istrinya itu.
Renata menatap penuh selidik dengan kelakuan aneh suaminya, “Apa Mas Devan mencurigai sesuatu? Apa hubunganku dengan Rendi sudah terendus? Gawat! Jika iya, aku harus membuat rencana dengan Rendi. Apa perlu aku merencanakan pembunuhan saja, setelah semua warisan Mas Devan jatuh ke tanganku dengan menggunakan anakku ini?“
Dengan rencana-rencana buruk bersarang dalam otaknya, Renata gegas menghubungi Rendi.
___
Maaf ya adegan ngono² nya gk terlalu dijabarkan, takutnya susah di review dan nggak lolos wkwk 🫣🤭
Entar cek aja, hari ini double up atau cuma 1 bab.... jangan lupa tekan tombol Like 🙏🤗
happy ending buat semua nyaa