Di usianya yang sudah sangat matang ini, Khalif Elyas Hermawan belum juga menemukan pasangan yang cocok untuk dijadikan pendamping hidup. Orang tuanya sudah lelah menjodohkan Khalif dengan anak rekan bisnis mereka, tapi tetap saja Khalif menolak dengan alasan tidak ada yang cocok.
Mahreen Shafana Almahyra gadis cantik berumur 25 tahun, tidak dapat menolak permintaan sang bibi untuk menikah dengan seorang laki-laki yang tidak ia kenal sama sekali.
Ya, gadis yang akrab di sapa Alma itu tinggal bersama paman dan bibinya, karena sejak umur 15 tahun, kedua orang tuanya sudah meninggal.
Bagaimana kisah Khalif dan Salma? Ikuti terus kisahnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon fana01, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 17
Hiks hiks hiks
"Aku tidak minum, aku kesana hanya menemani temanku saja, dan aku sama sekali tidak minum" ucap Zalfa dengan suatu yang masih bergetar.
Alex yang melihat Zalfa menangis, tidak tega. Alex hendak memeluk Zalfa, tapi Zalfa mundur kebelakang.
"Jangan terlalu memberikan perhatianmu padaku, dan jangan terlalu posesif padaku, itu akan membuatku salah paham" ucap Zalfa pelan tapi masih bisa di dengar oleh Alex.
"Apa maksudmu?"
Zalfa mengangkat wajahnya menatap Alex dengan pandangan sendunya.
"Aku menyukaimu"
Deg
Alex tau kalau Zalfa mempunyai perasaan padanya, tapi dia tidak menyangka kalau Zalfa akan mengungkapkan perasaan itu padanya. Dia terdiam kaku.
"Aku menyukai kakak seperti perempuan yang menyukai lawan jenisnya" Zalfa masih menatap Alex.
"Zalfa kamu tau kalau kita adalah saudara"
"Ya aku tau, tapi aku tidak bisa membohongi perasaanku lagi"
"Zalfa, kamu tau kalau aku sedang dekat dengan perempuan lain, mama sudah menjodohkanku dengan anak teman bisnisnya. Dan kamu tau kalau aku hanya menganggapmu seperti adik kandung sendiri.
Alex tau perkataannya akan melukai hati Zalfa, lebih baik jujur daripada memberi harapan palsu yang tidak mungkin terjadi. Dari kecil Zalfa paling dekat dengannya, bisa dibilang dia lebih dekat dengan Zalfa dari pada Chaterine adik kandungnya sendiri. dia jelas tau perasaannya untuk Zalfa hanya sebatas kakak adik saja. Zalfa membuang pandangannga ke luar jendela kamar, dia sendiri sadar dan sangat tau. Bahwa cintanya bertepuk sebelah tangan, walaupun begitu dia tetap ingin menyatakan perasaannya. Air mata terus mengalir tanpa bisa di bendung. perlahan dia merebahkan tubuhnya ke atas ranjang, tubuh dan hatinya terasa hancur di saat bersamaan.
"Pergilah aku ingin sendiri" usir Zalfa, kemudian menyelimuti seluruh badannya dengan selimut. Alex melihat tubuh Zalfa bergetar di dalam selimut, dia tau bahwa Zalfa sedang menangis.
"Baiklah kakak pulang" Alex melangkahkan kakinya keluar dari kamar Zalfa. Sedangkan Zalfa tangisnya sudah pecah setelah Alex keluar. Dia mengeluarkan semua rasa sakit di hatinya. Sudah tidak ada harapan lagi, memang benar kata orang cinta pertama sealalunya tidak pernah berakhir bahagia. Butuh waktu lama bagi Zalfa untuk menghilangkan perasaan yang sudah lama terpatri di hatinya.
Di bawah Alex menyandarkan tubuhnya di atas sofa, kepalanya mendongak ke atas dengan mata yang tertutup, hari ini sangat melelahkan baginya.
pembantu di rumah sudah biasa melihat Alex, karena Alex sering mengantar jemput Zalfa Baim itu ke kampus ataupun ke tempat lain.
"Permisi den Alex, apa mau di buatkan minuman?" tanya pembantu dirumah.
"Tidak usah bi, bentar lagi kami pulang. Oh ya bi, kalau ada apa-apa dengan Zalfa tolong hubungi saya" pesan Alex.
"Baik den" jawab pembantu itu kemudian dia meninggalkan Alex dan Rey.
"Gimana dengan Zalfa" tanya Rey.
"Lagi istirahat, ayo balek" ajak Alex berlalu yang diikuti Rey dari belakang.
*****
"Mas nanti makan siangnya mau dimasakin apa?" tanya Alma sambil merapikan pakaian Khalif.
"Apa aja, mas nggak milih-milih soal makanan"
"Ok nanti biar minta tolong sama pak Le buat anterin ke kantornya mas"
"Kenapa nggak kamu aja yamg anterin?" tanya Alma, sudah tiga bulan usia pernikahan mereka tapi Alma belum pernah ke kantor Khalif. Dia selalu beralasan takut mengganggu pekerjaan Khalif, padahal dia yang takut dan tidak percaya diri jika langsung datang ke kantor Khalif. Khalif tau yang dipikiran Alma.
"Nanti seklian aja kamu ikut, makan siang bareng mas di kantor" putus Khalif. Di beranjak dari ruang makan dan berjalan ke luar rumah, Alma mengekor di belakang sambil membawa tas kerja Khalif. Dia mengantar Sampai depan rumah mereka.
"Baiklah, nanti Alma kabarin kalau mau berangkat ke kantor mas" ucap Alma mencium punggung tangan suaminya. Dan Khalif mencium sudut bibir Alma. Kalau biasanya pasangan lain kening istrinya yang di cium, lain dengan Khalif dia lebih suka mencium sudut bibir istrinya. Alma melotot melihat Khalif, kening Khilaf mengerut seolah bertanya kenapa?
"Mas ih, ini kita lagi di luar Lo, nggak baik cium-cium sembarangan" walaupun sudah halal tapi bermesraan di tempat terbuka Alma tidak suka. Apalagi jika ada tetangga yang melihat, bisa jadi bahan gunjingan nantinya. Karena kita tidak tau sifat manusia, yang kita kira itu gak biasa bisa jadi di mata orang itu salah.
Khalif hanya tersenyum dengan protesan Alma. Kemudian masuk kemobil.
Saat hendak masuk kedalam rumah, ada orang yang memanggilnya.
"Permisi mbak" sapa wanita itu.
Alma yang dipanggil menoleh, keningnya mengerut, baru pertama kali dia melihat wanita ini selama tinggal di komplek ini. Tapi Alma tetap bersikap ramah.
"Iya mbak" jawab Alma.
"Kenalkan nama saya Jesica, tetangga baru. Saya baru pindah kemaren" dia menyerahkan beberapa bungkus makanan pada Alma.
"Ah, iya mbak, saya Alma. Pantesan kemaren saya lihat ada mobil barang yang datang, ternyata ada tetangga baru rupanya" ujar Alma dengan ramah.
"Yang tadi suaminya ya mbak?" Alma yang merasa tidak nyaman dengan pertanyaan itu hanya tersenyum saja.
"Eh saya hanya sekedar bertanya saja mbak, nggak ada maksud lain" Jesica menyilangkan tangannya di depan dada membemuk huruf x.
"Kalau begitu saya pamit ya mbak, kapan-kapan saya undang mbak dan suami kerumah" ucap Jesica kemudian berlalu dari rumah Alma.
"Suaminya lumyann tampan, sesuai dengan tipeku" senyum penuh makna terbit dari bibirnya. Dia rasa pindah kekawasan ini cukup menyenangkan. Dengan bersenandung kecil dia masuk ke rumahnya.
*****
Pagi ini Zalfa bangun dengan kepala yang terasa berat, semalaman menangis membuat matanya bengkak. Rutinitasnya hari ini seperti biasa, yaitu kuliah. Ya dia masih mahasiswi yang baru semester lima. Dia turun dari ranjang dengan rasa malas, inginnya hari ini dia bermalas-malasan saja dirumah. Tapi pasti ada orang yang akan mengoceh padanya jika tidak masuk kuliah, siapa lagi kalau bukan Alex. Pria itu tau kegiatan sehari-harinya.
"haaaah" dia mendesah panjang lalu masuk ke kamar mandi.
Saat Zalfa turun kebawah, tepatnya ke meja makan. Sudah ada seseorang yang menunggunya di sana.
Alex yang mendengar suara langkah mendekati meja makan menoleh ke belakang.
"Hari ini aku yang antar ke kampus" ucap Alex.
"Tidak usah aku berangkat sama supir aja" tolak Zalfa.
"Tidak ada penolakan Zalfa, selesaikan sarapanmu kakak tunggu di depan" Alex berlalu begitu saja dari hadapan Zalfa.
Zalfa menggenggam erat sendok yang di tangannya dengan erat menahan kekesalannya. kenapa dia selalu memaksakan kehendaknya? Sewot Zalfa.
Seperti kemauan Alex, pagi ini dia di antar oleh Alex sampai kampus. Zalfa yang biasanya banyak cerita, hari ini hanya diam saja. Dia butuh menenangkan hati dan pikirannya.