PERJUANGAN HIDUP SEORANG JANDA
Adalah sebuah kisah seorang wanita muda yang berjuang banting tulang siang malam demi kelangsungan hidup bersama sang anak setelah berpisah dari mantan suaminya.
Di tengah perjuangn hidup yang berat, dia juga sedang berjuang menghadapi ego mantan suaminya yang telah mengabaikan hak-hak sang anak yang telah di kabulkan oleh pengadilan ketika di sidang perceraian mereka. Hingga akhirnya hadirlah seorang lelaki tulus, yang berjuang mendapatkan hatinya.
Novel ini di tulis oleh saya sendiri hanya berdasarkan pandangan saya pribadi, bukan berdasarkan kisah nyata.
Mohon dukungannya ya untuk Author agar bisa terus berkarya.. 🙏🙏
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Alina S. Luly, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
KEKECEWAAN RAYAN
“Berkunjungnya jangan malam hari.. Gak enak sama tetangga.. Kalau bisa siang aja saat saya gak ada di rumah.. Saya gak mau ada fitnah..” Jelas Ayana tersenyum
Melihat Ayana tersenyum, Rayan pun refleks ikut tersenyum. Hatinya memuji Cantik
“ Makanya kalau gak mau ada fitnah, ayo kita menikah..” Ucap Rayan menggoda
Ayana yang salah tingkah tidak berniat menanggapi. Di alihkannya pandangannya ke arah lain, membuat Rayan tersenyum gemas.
“ Ya udah saya pamit.. Salamin buat ibu sama Yuki.. Assalamualaikum..” pamit Rayan berlalu menuju mobilnya dan pergi dari rumah Ayana
Ayana masih diam mematung di depan pintu meski mobil Rayan sudah tidak terlihat lagi disana.
Ayana bingung kenapa Rayan yang baru beberapa kali bertemu dengannya dengan begitu yakin mau melamarnya.
Apa mungkin karena kasihan pada Yuki atau karena ada unsur lain. Begitu bentuk kebingungan Ayana
***
Seminggu sudah Ayana dan Rayan tak pernah bertemu. Ayana sering menghindar dari Rayan.
Bahkan Rayan pernah menunggu Ayana pulang kerja bersama Yuki di teras depan pun masih tetap tidak bisa ketemu.
Sampai pada akhirnya tepat di hari ke sepuluh, demi untuk menunjukan keseriusannya, Rayan mendatangi restoran tempat Ayana bekerja.
Tapi Ayana tetap saja menghindar untuk bertemu dengan berbagai banyak alasan.
Ayana belum siap untuk membuka hatinya kembali setelah sebelumnya cintanya pada Tristan di patahkan oleh keadaan.
Dan kini penghianatan oleh suaminya yang selama ini begitu di kenal baik olehnya
Rayan berdiri bersandar pada mobilnya menunggu Ayana pulang dari reatoran tempatnya bekerja.
Sudah sejam lebih Rayan berada disana, namun Ayana belum juga nampak di matanya
"Dia pasti menghindariku lagi.." Gumam Rayan menatap ke arah restoran yang sudah mulai tutup
Dengan perasaan kecewa, Rayan pergi meninggalkan reatoran
"Ayana.." Rayan sedikit berteriak memanggil Ayana dari seberang jalan saat melihat Ayana naik kendaraan umum
Namun Ayana pura pura tidak mendengar membuat Rayan membanting setir mengejar kendaraan umum yang di tumpangi Ayana
Tidak berselang lama, Rayan berhasil menghadang kendaraan umum tersebut.
Karena tidak mau nanti ada keributan antara supir dan Rayan, Ayana mengalah dan memilih turun dari kendaraan tersebut
"Ayana.." Rayan menghampir Ayana yang berdiri di bahu jalan
Hanya diam yang bisa Ayana lakukan
"Ayana.. Kamu kenapa sih terus menghindar dari aku..?" Tanya Rayan hampir frustasi
"Tolong dokter Rayan saya harus segera pulang. Nanti aja kita bahas.." Jawab Ayana menatap wajah Rayan datar
"Naik, biar aku antar pulang.." Ucap Rayan yang tidak mau ada penolakan lagi
"Aku..? Sejak kapan saya berubah menjadi aku..?" Gumam Ayana dalam hati saat mendengar Rayan menyebutnya dengan panggilan aku, bukan lagi saya seperti biasa
Ayana tak bisa lagi menolak karena Rayan pasti akan bertindak konyol lagi dengan menghadang kendaraan yang akan dia tumpangi. Dengan terpaksa Ayana menuruti Rayan
Selama perjalanan, keduanya hanya diam membisu. Suasana di dalam mobil begitu hening.
Tidak ada dari keduanya yang mau memulai obrolan. Terutama Rayan, hatinya masih merasa kecewa.
Hanya sesekali Rayan mengarahkan pandangannya melirk ke arah Ayana
Sepanjang jalan, Ayana merenung. Hidup memang terus berjalan. Tidak akan pernah berhenti walau sesaat meski luka pengkhiatan dan beban hidupnya begitu berat.
Dia mencoba memikirkan masa depannya dan sang anak. Jika dia membuka lembaran baru dalam hidup dengan menerima Rayan, setidaknya Tristan tidak akan berharap lagi padanya.
Terlebih Arman, dia pasti tidak akan semena mena lagi padanya jika dia memiliki seorang pelindung untuk keluarganya
Namun sedetik kemudian dia sadar diri siapa dia. Dia hanya wanita dari keluarga sederhana yang tak pantas bersuamikan orang berada.
Terlebih saat ini statusnya bertambah, mendapatkan gelar janda beranak satu. Begitulah cara Ayana menyadarkan dirinya.
Meski semua yang terjadi padanya adalah sebuah takdir. Bukan atas keinginannya
Tanpa terasa, mereka pun sampai di depan rumah Ayana.
"Terima kasih sudah mengantar saya pulang.." Ucap Ayana dengan tangan membuka pintu mobil hendak turun
"Ayana.. Saya harap kamu tidak menghindari aku lagi.. Jika kamu tidak bisa menerima aku, aku gak akan maksa kamu.. Setidaknya mari kita berteman baik.." Ucap Arman dengan mata berkaca kaca
Entah apa yang Rayan rasakan dalam dirinya hingga bisa se melow itu.
Apa karena terbawa oleh perasaan kecewa karena Ayana terang terangan menghindar darinya atau karena ada perasaan lain, entahlah
Ayana hanya diam tanpa mau menjawab. Dia bergegas turun dan masuk ke dalam rumahnya tanpa menghiraukan Rayan.
Rayan hanya bisa menelan salivanya kasar dan berlalu pergi meninggalkan rumah Ayana dengan kekecewaan
***
Dua hari sudah berlalu. Tepat hari ketiga, disaat hari sudah menjelang sore, Ayana tidak melanjutkan shift malam karena hari ini Yuki harus berobat lagi. Sejak pagi Yuki mengalami demam.
Susi menghampiri Ayana yang tengah berganti pakaian di ruang khusus karyawan.
“Sus, aku balik dulu ya..? hari ini jadwal Yuki check up..” Pamit Ayana pada Susi sambil bersiap pergi
“Siaappp.. Salam ya buat Yuki cantik..” Jawab Susi dengan tingkah konyolnya yang mengangkat tangan gaya hormat. Ayana tersenyum mengangguk
“Ya sudah, duluan ya..? Pamit Ayana dengan tangan mengangkat tali tas selempangnya ke bahu
"Ayana, Salam ya buat teman kamu.." Ucap Susi menyengir menatap Ayana
Ayana yang tidak mengerti arah ucapan sahabatnya mengerutkan alisnya menatap wajah Susi
"Kemarin ada cowo tampan datang nyari kamu.. Katanya sih dia teman kamu.. Namanya Tristan.." Ucap Susi menjelaskan
Flashback On
Susi yang baru saja selesai mengantarkan pesanan ke meja pengunjung, di cegat oleh salah seorang cowok tampan
'Mbak maaf.. Mbak kenal karyawan disini yang bernama Ayana gak..?" Tanya Trsitan dengan kening terangkat menatap wajah Susi
"Maaf, mas siapanya ya..?" Tanya balik Susi protek
"Mmm saya temannya.. Kami udah lama temanan.." Jawab Tristan santai
"Kenal, tapi Ayana gak masuk.." Ucap Susi berbohong
Bukan maksud Susi membohongi Tristan. Dia hanya tidak mau sahabatnya kenak marah oleh manejer jika menerima tamu pribadi di jam kerja. Terlebih saat ini restoran lagi ramai pengunjung
"Oh gitu.. Ya udah, makasih ya infonya.." Tristan tersenyum ramah
"Namanya siapa mas biar nanti saya sampaikan jika besok dia masuk kerja.." Susi terpesona menatap wajah tampan Tristan sampai nanya namanya dengan alibi menyampaikan salamnya pada Ayana
"Oh iya, saya Tristan.. Tolong sampein ya ke Ayana saya datang kesini tapi gak ketemu.." Jawab Tristan tersenyum simpul
"Iya baik.. Nanti saya sampaikan.. Permisi.." Jawan Susi berlalu pergi
Susi tersenyum saat berbalik membelakangi Tristan. Hatinya cukup senang hari ini.
Di antara teman teman kerja mereka, Hanya Susi karyawan yang humoris dan paling centil.
Hingga tak aneh jika dia bersikap demikian jika ada yang bening lewat dari penglihatannya.
Flashback Off
"Mau..? Nanti aku salamin.." Jawab Ayana tersenyum geli menatap Susi
"Kalau bisa mah.." Jawab Susi tetawa
"Sudah ah, aku berangkat dulu.. Assalamualaikum..” Pamit Ayana berlalu
“Waalaikumsalam.. Hati-hati.. Salam buat dokter yang kemarin ya..” Teriak Susi menggoda Ayana yang semakin menjauh dari hadapannya
Ayana pura-pura tidak mendengar. Namun Ayana tersenyum dengan godaan sahabatnya itu tanpa Susi tahu.
Susi memang sudah tahu banyak soal Rayan yang mendekati Ayana dari cerita Ayana. Persahabatan di antara mereka begitu sudah cukup terbuka satu sama lain.
Di halte, Ayana sedikit gelisah menunggu angkutan umum yang sejak tadi belum juga muncul di hadapannya.
Di tambah cuaca yang gerimis, membuat Ayana sedikit kedinginan
Sesekali Ayana mengusap usapkan telapak tangan ke lengannya untuk sekedar menghangatkan tubuhnya dari kedinginan.
Teenn teennnn..
Perhatian Ayana teralihkan ke arah mobil yang tepat berada di depannya.
Namum karena tidak mengenali mobil tersebut, Ayana kembali celingak celinguk mencari keberadaan angkutan umum dari ujung jalan
Teennn teennnn..
Kembali suara klakson mobil berbunyi nyaring. Ayana kembali mengalihkan perhatiannya ke arah mobil tersebut.
Ayana menarik nafas pelan melihat Rayan di balik kemudi saat kaca mobil di turunkan.
“ Ayo naik Ayana.. Sebentar lagi mau magrib, cuaca juga lagi gerimis..” Ajak Rayan sedikit mengeraskan suaranya agar di dengar oleh Ayana
Ayana hanya diam membisu tanpa niat beranjak dari duduknya. Dia bahkan mengalihkan pandangannya kembali ke arah jalanan. Membuat Rayan menundukkan kepalanya
"Ternyata tak mudah mencintai kamu.. Butuh perjuangan lebih keras lagi.." Monolong Rayan dalam hati
BERSAMBUNG..
TERIMA KASIH SUDAH MAMPIR..
MOHON DUKUNGANNYA TERUS YA GUYS..😇🙏💞💞