NovelToon NovelToon
Sebatas Ibu Pengganti

Sebatas Ibu Pengganti

Status: tamat
Genre:Tamat / nikahmuda / Ibu Pengganti / Nikah Kontrak / Cinta Seiring Waktu
Popularitas:8.3M
Nilai: 4.8
Nama Author: embunpagi

Binar di wajah cantik Adhisty pudar ketika ia mendapati bahwa suaminya yang baru beberapa jam yang lalu sah menjadi suaminya ternyata memiliki istri lain selain dirinya.

Yang lebih menyakitkan lagi, pernikahan tersebut di lakukan hanya karena untuk menjadikannya sebagai ibu pengganti yang akan mengandung dan melahirkan anak untuk Zayn, suaminya, dan juga madunya Salwa, karena Salwa tidak bisa mengandung dan melahirkan anak untuk Zayn.

Dalam kurun waktu satu tahun, Adhisty harus bisa mmeberikan keturunan untuk Zayn. Dan saat itu ia harus merelakan anaknya dan pergi dari hidup Zayn sesuai dengan surat perjanjian yang sudah di tanda tangani oleh ayah Adhisty tanpa sepengetahuan Adhisty.

Adhisty merasa terjebak, ia bahkan rela memutuskan kekasihnya hanya demi menuruti keinginan orang tuanya untuk menikah dengan pria pilihan mereka. Karena menurutnya pria pilihan orang tuanya pasti yang terbaik.

Tapi, nyatanya? Ia hanya di jadikan alat sebagai ibu pengganti.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon embunpagi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 5

Arka menggelengkan kepala tanda tak ingin percaya dengan apa yang Adhisty katakan, "Katakan ini tidak benar, Dhisty. Bagaimana bisa..."

"Memang ini kenyataannya mas. Aku memutuskan hubungan dengan mas Arka waktu itu karena aku akan menikah. Maaf kalau aku sudah menyakiti perasaan mas Arka. Semoga mas Arka dapat penggantiku yang kebih baik lagi, yang bisa membuat orang tua mas Arka senang dan bangga. Permisi!" Adhisty menghentikan angkot yang kebetulan lewat di depannya, ia langsung masuk ke dalam angkot tersebut.

Jika tadi Adhisty bisa menahan air matanya, kini air matanya langsung luruh begitu angkot melaju. Beruntung, tak ada penumpang lain di dalam angkot tersebut sehingga Adhisty tak terlalu merasa malu.

"Maafkan Dhisty, mas Arka. Dhisty udah jahat sama mas Arka," batin Adhisty pilu.

Tiga tahun menjalin hubungan sebagai kekasih, tentu tidak mudah untuk Adhisty lupa begitu saja. Apalagi kini ia tahu alasan orang tuanya menikahkannya dengan Zayn. Berdalih ingin berbakti pada kedua orang tuanya, ia justru malah terjebak dalam penderitaan ini.

"Bukannya ayah tidak setuju kamu menjalin hubungan dengan Arka. Dia anaknya sangat baik, ayah suka. Tapi, ayah tidak mau kamu menderita nantinya karena sikap ibunya yang tidak menyukai kamu, Dhisty. Kita tidak sepadan dengan mereka," Adhisty teringat ucapan sang ayah kala itu. Air matanya kembali menetes. Nyatanya, kini ia menderita juga meski tak bersama Arka. Bahkan bisa di bilang lebih parah, di nikahi hanya untuk menghasilkan anak.

.

.

.

Tak ingin terus larut dalam kesedihan karena nasibnya, Adhisty mulai kembali bekerja. Ia ingin mencari hiburan untuk menjaga kewarasannya. Setidaknya dengan bekerja, ia akan sedikit lupa dengan masalahnya.

Ia juga tak ingin bergantung terus ada Zayn, Adhisty tak ingin lebih banyak lagi berhutang pada pria itu.

Sore itu, Adhisty minta angkot berhenti di depan sebuah tempat karaoke, tempatnya bekerja part time sebelum-sebelumnya.

"Kemana aja kamu? Seminggu lebih ngilang gitu aja nggak ada kabar, masih niat kerja nggak sih?" omel Manajer tempat karaoke tersebut.

"Maaf, Pak. Kemarin-kemarin ada masalah keluarga yang sangat penting yang tidak memungkinkan untuk masuk kerja," jelas Adhisty.

"Alasana aja kamu, emang pekerjaan ini nggak penting buat kamu? Udah gak butuh pekerjaan ini? Kalau nggak penting, nggak usah kerja lagi kamu!"

"Maaf, pak. Bukannya begitu, tapi..."

"Ah sudahlah! Untung kamu tuh cantik, jadi primadona para pengunjung di sini. Meskipun kamu sok jual mahal nggak mau mereka bayar lebih kalau mau di sentuh. Padahal lumayan kalau mau pasang tarif pelayanan lebih. Sok nggak butuh duit kamu, tuh!" ucap sang Manajer.

Adhisty hanya diam, meski ia butuh uang banyak. Tapi, melayani pelanggan karaoke dengan tanda kutip, ia tidak pernah mau.

"Cepat sana ganti baju kamu dan kamu layani para tamu di ruang VVIP. Dandan yang cantik! Biar mereka senang meskipun cuma lihatin kamu, soalnya cuma itu yang mau kamu jual. Ingat, beri yang terbaik, mereka adalah para bos besar, apalagi tuan muda dari keluarga Parvis. Kamu harus melayaninya dengan baik. Kalau bisa buat dia yang anti dengan tempat ini balik lagi, kamu aku kasih bonus!" ucap Manajer.

Adhisty mengangguk saja. Ia pergi ke ruang ganti untuk berganti dengan pakaian yang biasa ia kenakan saat bekerja. Tak lupa ia sedikit memoles wajahnya supaya terlihat lebih segar. Hanya tipis-tipis saja karena ia tak suka make up sebenarnya. Tapi, demi pekerjaan. Bagaimanapun, ia tetap bertanggung jawab untuk memberi uang kepada orang tuanya, meski mungkin mereka sudah di beri oleh Zayn atau Salwa. Tapi, Adhisty akan berusaha meminimalisir penggunaan uang itu.

Tiba-tiba, ia ingat ibunya yang sedang sakit, bahkan ia belum sempat menjenguk di rumah sakit lagi semenjak menikah. Kecewa masih ia rasakan, kalau saja mereka mau merundingkan masalah ini dengannya terlebih dahulu. Bukan dengan cara membohonginya seperti ini. Tapi, nasi sudah menjadi bubur, ia hanya bisa bertahan dan menikmati kesedihan ini sendiri.

Adhisty mengembuskan napasnya panjang sebelum akhirnya ia melangkahkan kakiknya menuju ke sebuah ruangan VVIP di tempat karaoke tersebut. Di tangannya ada nampan berisi beberapa botol minuman haram, dan snack sesuai pesanan. Dari merknya saja, Adhisty tahu itu minuman beralkohol yang Mahal, khusus diimpor dari luar negeri, "Pasti orang kaya semua," batin Adhisty.

Adhisty masuk ke ruangan tersebut. Tubuhnya langsung membeku saat melihat salah satu dari pengunjung tersebut adalah suaminya sendiri.

Zayn pun tak kalah terkejutnya melihat Adhisty masuk dengan pakaian yang lumayan ketat dan seksi tersebut.

Bedanya, Zayn bisa menutupi keterkejutannya tersebut. Lain dengan Adhisty yang langsung keringat dingin.

Beberapa detik tatapan mereka bertemu. Rasanya Adhisty di kuliti dengan tatapan suaminya itu. Pasti Zayn akan marah, apalagi kalau sampai temannya tahu jika dia istrinya.

Sesuai prediksi Adhisty, Zayn pura-pura tak mengenalinya. Itu membuatnya sedikt bisa bernapas lega. Walaupun Dhisty tahu, Zayn melakukannya hanya untuk nama baiknya sendiri.

Salah seorang rekan Zayn meminta Adhisty mendekat. Dengan perasaan canggung Adhisty berjalan mendekati mereka dan meletakkan apa yang ada di tangannya di atas meja.

Zayn hanya diam memperhatikan setiap gerakan yang di lakukan oleh istrinya. Mulai dari yang sedikit menunduk untuk menuangkan air beralkohol yang ia bawa tadi ke dalam gelas kecil hingga menyodorkannya pada salah satu rekan bisnis Zayn.

Sesekali Adhisty melirik ke arah Zayn yang duduk dengan rahang yang sudah mengeras. Apalagi saat menunduk, belahan dada Adhisty sempat terlihat, untung wanita itu dengan sigap menutupnya dengan tangan.

"Nona, kau cantik sekali, tak salah tuan Marko merekomendasikan tempat ini," puji salah satu rekan bisnis Zayn.

"Terima kasih pujiannya tuan," sahut Adhisty berusaha ramah karena pelanggan adalah raja.

"Ternyata benar yang aku dengar kalau di sini tersembunyi berlian yang cantik, rupanya kau orangnya, nona," timpal yang lainnya.

Adhisty melirik ke arah Zayn lagi. Pria itu masih sama, diam dan menatapnya tajam. Sorot matanya bahkan mampu membuat seluruh bulu kuduk Adhisty merinding.

"Nona, bisakah kau putarkan lagu yang bagus buat kami?"

Adhisty mengangguk dan melakukannya.

Pria berbadan sedikit gempal berdiri lalu mendekati Adhisty, "Nona, apa kau sudah memiliki kekasih?" tanyanya sembari mengusap lengan Adhisty.

Adhisty langsung menggidik dan langsung menjauhkan lengannya. Ia berusaha menghindari pria itu. Namun, pria itu tak menyerah, ia berusaha menyentuh pan tat Adhisty. Untung saja Adhisty berhasil menghindar, tapi justru ia berdiri di depan Zayn. Pria itu semakin tajam menatapnya.

"Maaf tuan, apa Anda ingin minum?" Adhisty bertanya pada suaminya layaknya pada pelanggan.

Zayn acuh, tak menyahut. Hanya saja, netranya terus menatap tajam Adhisty.

"Ke sini nona, tuan Zayn tidak minum. Tuangkan saja untukku!" panggil pria berbadan gempal tadi.

Adhisty mengangguk lalu berpindah ke depan pria itu.

"Katakan, berapa aku harus membayar jika ingin menyentuhmu, nona?" tanya pria itu.

"Maaf tuan, di sini saya hanya waitres. Tidak melayani yang lainnya," sahut Adhisty,.

Pria itu berdecak meremehkan, mana ada wanita baik-baik di tempat seperti itu, pikirnya.

"Ayolah, jangan jual mahal, nona. Berapapun kau minta, akan aku berikan asal kau mau menuaskanku malam ini, katakan berapa untuk bisa membawamu ke ranjang?"

"Maaf tuan, Anda salah kalau mengira saya seperti itu," Adhisty tetap berusaha ramah dan sopan meski hatinya merasa sakit. Ia sudah biasa menghadapi hal seperti itu sebelumnya. Pekerjaannya memang selalu memancing spekulasi negatif dari orang-orang.

Tapi, Zayn tidak bisa sesantai Adhisty, nyatanya ia sudah naik pitam sekarang. Ia marah melihat Adhisty yang terlihat seperti murahan. Di goda hanya diam saja tak melawan. Zayn benar-benar tak menyukainya.

Zayn bangkit dari duduknya, tanpa bicara apapun, ia menyeret paksa Adhisty untuk keluar dari sana.

"Lepas!" Adhisty menghentakkan tanganya yang di cekal kuat oleh Zayn, namun kekuatan Zayn jauh lebih besar. Zayn terus menarik Adhisty hingga ke mobil, "Masuk!" titahnya geram.

"Aku sedang bekerja, kau tidak bisa seenaknya mengajakku pulang. Lagian tas dan bajuku masih di dalam," ucap Adhisty.

Zayn tak peduli, ia paksa Adhisty masuk ke dalam mobil dan membawa gadis itu pulang ke rumah.

.

.

.

Sampai di rumah, Zayn kembali menarik tangan Adhisty dan menghempaskannya ke sofa yang ada di ruang tamu.

,"Apa kurang uang yang istriku berikan untukmu hingga kau menjual diri seperti tadi, hah?" Hardik Zayn.

"Aku tidak jual diri! Aku kerja di sana! Kau jangan asal bicara!" sahut Adhisty tak mau di salahkan.

"O ya? Lalu kenapa kau diam saja saat mereka menyentuhmu? Bukankah sudah aku peringatkan kau, selama kau masih tinggal di sini dengan status sebagai istriku, jangan bersikap murahan seperti *******!" bentak Zayn.

Adhisty menatap Zayn, ia usap air matanya lalu bangkit dari duduknya. Perkataan Zayn benar-benar melukai hatinya. Apakah ia serendah itu dimata pria tersebut?

"Ya, aku memng murahan, saking murahnya kau sampai membeliku! Aku memang tak ada harga dirinya di matamu. Tapi, apa bedanya dengan kalian yang memaksa untuk membeli rahimku dengan mengancam seluruh keluargaku? Apa itu bermoral? Aku di sini bekerja untuk mengandung anakmu dan hubungan kita hanya sebatas kerja sama tersebut! Jangan ikut campur urusanku di luar itu! Sekalipun aku menjual diri di luar sana! Kau tak berhak melarangku!" ucap Adhisty lantang.

" Kau!... "Zayn hampir menampar Adhisty, tangannya sudah melayang di udara namun tak sampai menampar Adhisty.

"Ada apa ini? Kenapa kalian ribut?" tanya Salwa yang datang dari arah dapur tersebut. Ia keluar karena mendengar keributan di ruang tamu.

Tak ada yang menjawab. Terlihat jelas dua orang itu masih menahan kekesalan masing-masing.

"Adhisty, ada apa? Kenapa abang marah? Kamu buat ulah apa?" tanya Salwa.

Adhisty tak menjawab, ia hanya menatap Salwa sebentar lalu berlari ke kamarnya.

Sementara Zayn langsung menuju ke kamarnya dan Salwa. Salwa mengikuti Zayn.

"Jangan di pikirkan apa yang Adhisty katakan atau lakukan, bang. Selama itu tak berpengaruh pada rencana kita untuk memiliki anak. Maklum saja, dia Masih belum dewasa. Abang tidak perlu mengurusi dia, biar Salwa yang mengurusnya," ucap Salwa tanpa tahu duduk perkaranya.

Zayn masih diam, harusnya memang ia tak peduli, tapi nyatanya ia marah saat saat melihat Adhisty berpakain seksi di depan pria lain. Apalagi saat salah satu kliennya menggoda Adhisty di depan matanya.

Zayn yang tak pernah datang ke tempat karaoke seperti itu, awalnya hanya ingin menjamu kliennya. Kliennya minta ke tempat tersebut jadilah ia turuti. Tak tahunya malah ia bertemu Adhisty di sana. Membayangkan apa saja yang Adhisty lakukan saat bekerja membuat amarahnya kembali memuncak.

Salwa terus mencoba meredam amarah Zayn.

"Akan aku buatkan abang minum, biar lebih rileks," ucap Salwa.

Zayn menggeleng, "Tidak usah," ujarnya.

Salwa mengangguk, "Salwa kangen abang, sudah lama abang nggak nyentuh Salwa," ucap Salwa.

Zayn berusaha tersenyum, "Ini masih sore, Salwa," ucapnya.

"Memang kenapa kalau sore? Dulu kita melakukannya tak kenal waktu, abang nggak kangen sama Salwa? Nggak kasihan sama aku di anggurin lama?" balas Salwa merajuk.

"Baiklah," ucap Zayn datar.

Zayn membopong Salwa dari kursi rodanya lalu membaringkan Salwa di tempat tidur. Salwa langsung menarik tengkuk Zayn tak sabar ingin meneguk nikmatnya bibir pria tersebut. Meski sebenarnya sedang tidak mood dan lelah, Zayn berusaha membalasnya.

Zayn mulai tugasnya memberi nafkah batin pada Salwa, tapi bukan Salwa yang ia lihat wanita yang sekarang berada di bawahnya. Melainkan bayangan wajah Adhisty. Ia kembali teringat penyatuan pertamanya dengan Adhisty tempo hari yang begitu masuk ke dalam memorinya.

"Si al!" batin Zayn. Kenapa bisa ia malah membayangkan sedang melakukannya dengan Adhisty.

...----------------...

1
Rani Ri
Yeaa Allah seegoiss ini kah kamu shanum,,demi anak pun kamu gk mempan,,bikin gedegh
Magda lena
Luar biasa
Eka Novariani
hahaha... bocil...bocil...😂😂😂
Eka Novariani
jangan terlalu banyak berpikir Zayn... terus terang aja keadaan kamu dan galen sama Adisti
Ani Ani
memang kamu akannikah
Ani Ani
ada yang dirancayang
Ani Ani
bilik lain kan ada tak fikir bukan nya tidur satu bilik
Ani Ani
kenapa sama2 tak betul
Ani Ani
kembali kan balik hubungan kamu balik
Ani Ani
ayah pun denkit tak habis
Ani Ani
sama2 keras kepala
Ani Ani
APA yang terjadi
Ani Ani
kenapa APA masalah nya
Ani Ani
ada penacau
Ani Ani
jangan fikir lama2
Ani Ani
ITU yang bagus
Ani Ani
ada2 aja meraka semua
Ani Ani
APA lagi agak nya
Ani Ani
gaduh lagi
Ani Ani
senang nya akhir nya berbaik
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!