Gandari adalah gadis desa yang menjadi sebatangkara karena ibunya telah meninggal dunia, namun ia dinikahkan dengan Prama~ seorang anak juragan tanah didesa Waringin. padahal keduanya masih sangat muda pada saat itu..
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon reni ambar, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bulan dan Bintang
Bagja kaget, tiba tiba mereka sudah sampai dihutan setelah melewati goa yang begitu gelap dan pengap. Ia melihat sekelilingnya dengan awas, namun memang tak ada pergerakan apapun disana
"Nyi, kenapa kita berada disini?" tanya Bagja penasaran
"Kita sudah sampai, kang!" jawab Gandari
"Tapi kita dimana, Nyi? Ini benar-benar aneh!! Baru saja kita masuk ke dalam goa yang gelap itu, lalu tiba tiba kita sampai dihutan dan entah dimana.. Apa nyai yakin ini tidak berbahaya?" tanya Bagja memastikan dengan raut wajah yang hawatir
Gandari pun tersenyum dan menggelengkan kepalanya seraya meyakinkan Bagja
"Kita sudah sampai didesa Pucung. Aku sudah mencoba melewati goa itu sendiri beberapa hari yang lalu, tak ada yang terjadi, kang!! Sekarang ayo, kita harus pergi ke desa itu!" ajak Gandari
Deg! Bagja mematung seakan teringat sesuatu
"De-desa pucung?" gumannya pelan
"Kang, ayo!!" teriak Gandari membuyarkan lamunan Bagja
"eh.. I-iya, Nyi!!" Bagja segera menyusul langkah Gandari
Kini mereka sudah sampai dirumah tua tempat Nyai Darsih membuka praktinya dulu, namun langkah Gandari terhenti kala melihat Ki Wastra-orang yang ia sembuhkan kakinya beberapa hari yang lalu tampak duduk didepan rumah itu, padahal malam sangat dingin..
"Sampurasun, Ki!!" sapa Gandari yang melihat Ki Wastra sudah setengah mengantuk dengan posisi duduk menekuk kakinya
Ki Wastra langsung kaget dan bangun seketika mendengar suara seorang wanita yang amat sangat ia tunggu itu
"Ra-rampes!! Nya-nyai.." seru Ki Wastra gugup dan langsung membungkukkan badannya
"Kenapa aki berada disini malam-malam? Bukannya harusnya aki tidur dirumah?" tanya Gandari ramah
"Nyai.. Setelah nyai menyembuhkan kaki saya beberapa hari yang lalu, saya terus menunggu nyai disini untuk mengucapkan terima kasih. Sebab saat itu nyai langsung pergi begitu saja.. Maaf, saya memang tidak mempunyai apapun, tapi saya masih mempunyai ini untuk membalas kebaikan Nyai!!" ucap Ki Wastra sembari memberikan satu buah emas batangan pada Gandari yang dibalut dengan kain berwarna merah
Bagja yang melihat itu tentu kaget melihat emas batangan yang begitu mengkilau itu.. Ia yakin dengan emas batang itu akan membuat Gandari mampu pergi kekota menyusul Prama tanpa meminta uang pada Juragan Darsa
"Tidak perlu, Ki!! Saya tulus membantu aki, saya yakin aki sangat ingin bisa berjalan seperti yang lainnya, bukan? jadi simpan saja emas itu untuk keluarga aki!!" ujar Gandari kembali memberikan emas itu pada Ki Wastra
Bagja tentu heran sekaligus takjub melihat ketulusan Gandari, sebab jarang sekali ada orang setulus wanita itu. Apalagi tabib atau dukun lain pasti ingin dibayar mahal jika mampu menyembuhkan seseorang dengan cepat
"Nyai, saya mohon terimalah ini!! Saya sudah tidak mempunyai keluarga lagi, mereka semua meninggalkan saya ketika saya lumpuh.. Makanya saya menjadi pengemis yang tak mempunyai rumah untuk disinggahi, saya hanya ingin Nyai menerima hadiah dari saya sebagai bentuk terima kasih saya karena sudah memberi saya kesempatan untuk memulai hidup baru!!" jelas Ki Wastra membujuk Gandari
Gandari pun menghela nafas berat dan menatap dalam pada Ki Wastra
"Daripada emas ini, saya ingin aki melakukan sesuatu untuk saya. Apa aki bisa?" Tanya Gandari memastikan
Ki Wastra pun tersenyum sumringah karena Gandari menyuruhnya melakukan sesuatu
"Apapun!! Saya akan melakukan apapun untuk Nyai!!" jawab Ki Wastra antusias
"Carilah orang orang yang ingin sembuh dari sakitnya! Saya tidak meminta bayaran apapun, saya akan ada disini sampai matahari mulai terbit. Apa aki bisa?" tanya Gandari memastikan
"Bisa, Nyi!! Bisa.. Tunggu sebentar!!" Ki Wastra dengan semangat langsung berlari kerumah warga, lalu beberapa saat kemudian warga mulai berdatangan untuk minta diobati
Bagja yang terus berada disamping Gandari mulai resah melihat warga yang terus berdatangan bahkan tak sedikit dari mereka yang hanya penasaran dengan kemunculan Gandari
"Nyai, apa ini tak apa mengingat banyaknya warga yang datang?" bisik Bagja hawatir
Gandari pun tersenyum dengan tangannya yang sibuk mengobati para warga
"Aku tau ini akan terjadi, kang!! Makanya aku memintamu untuk menemaniku. Sebab kita tidak tau kedepannya jika aku sendirian, bukan?" jawab Gandari
Bagja pun setuju dan manggut-manggut mendengar penjelasan Gandari, lalu mulai membantu menertibkan para warga agar mau berbaris antri..
Setelah selesai mengobati para warga, Gandari dan Bagja pun berpamitan pada Ki Wastra yang setia menunggu sampai selesai
"Ki, kami pamit dulu.. Terimakasih karena telah membantu saya" ucap Gandari ramah
"Nyai, harusnya saya yang berterimakasih karena nyai telah membantu para warga.. Lalu ini.. Para warga menitipkan ini pada saya untuk Nyai dan akang" ujar Ki Wastra sembari memberikan beberapa lembar uang dan perhiasan yang disimpan dalam peti
Bagja yang baru saja melihat harta sebanyak itu kaget melihatnya
"Nya-nyai.. Dengan seperti ini hanya dalam semalam saja, nyai bahkan bisa menandingi kekayaan Juragan Darsa dengan cepat!!" tutur Bagja melihat harta sebanyak itu
Gandari pun tersenyum melihat tingkah Bagja
"Ambilah beberapa jika kau mau, Aki pun ambil saja jika mau!" titah Gandari menatap Bagja dan Ki Wastra bergantian
"Tapi bagamana dengan Nyai?" tanya Bagja heran
"Saat ini saya belum membutuhkannya.. Maka saya akan meminta bantuan Ki Wastra agar menyimpan semua harta itu sebaik mungkin, lalu rawatlah rumah ini seperti rumah aki sendiri.. Sebab saya akan datang sewaktu-waktu! Apa aki bisa?" titah Gandari memastikan
"Tentu Nyai, saya akan merawatnya seperti rumah saya sendiri dan menjaga semua harta benda Nyai dengan sepenuh hati.. Tapi.. Kapan Nyai akan kembali?" tanya Ki Wastra ragu
"Saya tidak bisa menentukan kapan akan kembali, tapi saya akan datang ketika malam hari seperti biasanya" jawab Gandari
"Baiklah saya mengerti, Nyai.."
"Nyi, hari semakin terang.. Ayo kita kembali!!" seru Bagja mengingatkan Gandari
"Tu-tunggu.. Maaf jika saya lancang, apa boleh saya tau nama Nyai dan akang? Para warga pasti akan mencari kalian dan bertanya pada saya" ujar Ki Wastra gugup
Gandari pun tersenyum menatap Bagja yang masih memakai topeng, lalu menganggukkan kepalanya
"Panggil saja saya Bulan!!" jawab Gandari, sebab ia sangat menyukai cahaya rembulan malam
"Lalu akang siapa?" tanya ki Wastra menatap Bagja
Bagja pun gugup dan menatap Gandari yang masih memakai cadar itu, namun Gandari hanya bisa mengangguk seakan bilang terserah pada Bagja
"Sa-saya Bentang!!" jawab Bagja gugup. Sebab yang ia tau Bulan selalu bersama Bintang.. Dan Bentang dalam bahasa sunda artinya Bentang..
Ya, rumor pun menyebar bahwa kemunculan Bulan dan Bentang pada malam itu begitu misterius hingga sampai ke telinga Juragan Darsa hingga ia marah besar..