NovelToon NovelToon
Dunia Tempat Kamu Berada

Dunia Tempat Kamu Berada

Status: sedang berlangsung
Genre:Aliansi Pernikahan / Percintaan Konglomerat / Crazy Rich/Konglomerat / Romansa / Slice of Life / Menjadi Pengusaha
Popularitas:617
Nilai: 5
Nama Author: rsoemarno

The World Where You Exist, Become More Pleasant

_______

"Suka mendadak gitu kalau bikin jadwal. Apa kalau jadi pejabat tuh memang harus selalu terburu-buru oleh waktu?"
- Kalila Adipramana

_______

Terus-terusan direcoki Papa agar bergabung mengurus perusahaan membuatku nekat merantau ke kabupaten dengan dalih merintis yayasan sosial yang berfokus pada pengembangan individu menjadi berguna bagi masa depannya. Lelah membujukku yang tidak mau berkontribusi langsung di perusahaan, Papa memintaku hadir menggantikannya di acara sang sahabat yang tinggal tempat yang sama. Di acara ini pula aku jadi mengenal dekat sosok pemimpin kabupaten ini secara pribadi.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon rsoemarno, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

22.) Danau Emas

Chapter 22: Danau Emas

“Apa-apan ini?!”

Aku mengulum senyum melihat respon Pak Jitendra ketika menerima undangan among tamu acara pernikahanku dan Mas Satya.

“Bukannya Mas Jite yang dari tadi menanyakan kapan pernikahan saya? Ini saya beri bocoran lebih dahulu malah marah-marah.” Mas satya menanggapi dengan lempeng.

Menepati janji, Pak Jitendra dan Bu Sheila mengundang kami makan siang bersama di restoran legend yang ada di Kota Kanaka ini. Dengan mobil masing-masing, kami bertolak menuju restoran yang menawarkan menu masakan khas Jawa Tenggara. Lokasinya yang hanya 10 menit dari tempat acara membuat Mas Satya menyetujui ajakan PJ Gubernurnya ini.

“Yaa tapi ga dadakan gini juga, Sat. Tinggal berapa hari lagi ini? Dua bulan ga ada. Gimana mau jahitin baju coba?” omel Pak Jitendra.

Mas Satya tidak menanggapi ocehan atasannya itu. Ia malah sibuk menarikkan kursi dan mempersilahkanku duduk. Aku segera menduduki kursi tersebut yang lantas diikuti semuanya untuk duduk di kursi masing-masing.

“Pak Jitendra tidak perlu khawatir, kami sudah menyiapkan penjahit khusus untuk menjahit seragam para among tamu kami. Bapak dan Ibu tinggal melakukan fitting saja ke penjahit yang kami tunjuk. Kami berharap Bapak dan Ibu bersedia menjadi among tamu di acara pernikahan kami.” sahutku sopan.

Pak Jitendra mengalihkan pandangan menatapku. Senyum sumringah langsung terpasang di wajahnya. Sangat berbanding terbalik dengan ketika menatap Mas Satya tadi.

“Tentu saja merupakan suatu kehormatan bagi kami untuk menjadi bagian dalam acara pernikahan Mbak Kalila dan Satya nantinya.” kata Pak Jitendra ramah.

Mas Satya mendengus mendengar nada bicara atasannya yang sangat berbanding terbalik ketika berbicara dengannya. Aku mencubit kecil lengannya untuk memberi peringatan.

“Omong-omong… Apa saya kelihatan setua itu, Mbak Kalila?”

Aku mengerutkan kening tak paham dengan manuver pembicaraan Pak Jitendra.

“Mbak Kalila coba perhatiin muka saya. Sebelas dua belas kan kalau disandingin sama Satya?”

“Ya jelas beda, lah. Muka Mas Jite ini sudah sangat menunjukkan beban pikiran punya anak banyak.” tukas Mas Satya tidak terima. “Sudah jadi bapak-bapak kok ya masih ngebet mau dipanggil ‘Mas’ sama siapa aja.”

Aku dan Bu Sheila tertawa melihat interaksi lucu pasangan kami yang terlihat seperti tom and jerry itu. Memang hingga saat ini aku belum pernah bertemu dengan teman-teman yang dekat dengan Mas Satya. Sehingga baru kali ini aku melihat bagaimana sikap Mas Satya ketika bersama dengan orang yang dianggap teman dekatnya.

Ibu Kirana sendiri pernah bilang jika tidak ada yang namanya sahabat bagi seorang calon pemimpin. Ketika tiba di puncak nanti, tidak ada yang bisa menemani. Hanya pendampingnya yang bisa. Dan pendamping tersebut tak lain adalah pasangan hidupnya sendiri. Karena itu harus pintar dan berhati-hati dalam memilih pasangan hidup.

“Saya tau bagaimana sibuknya Mas Jite dan Bu Sheila mengurus Jawa Tenggara di masa transisi ini. Jadi cukup infokan saja tempat recommended di Kota Kanaka ini, tidak perlu menemani sampai tujuan.” ujar Mas Satya berpamitan.

Pak Jitendra menepuk lengan Mas Satya main-main. “Halah kamu ini, Sat. Bilang aja mau berduaan sama Mbak Kalila. Sampai kerja bawanya mobil pribadi.”

“Daripada kencan gelap pakai mobil dinas.” balas Mas Satya yang mendapat tabokan lebih keras dari Pak Jitendra.

“Kami sedang mengembangkan wisata Danau Emas yang ada di pinggiran Kanaka ini, Pak Satya, Mbak Kalila. Rencana akan diresmikan besok. Bila berkenan, mungkin bisa kesana hari ini sebelum ramai orang-orang pada datang.” ujar Bu Sheila ikut nimbrung pembicaraan.

Aku melirik Mas Satya bersemangat.

Mas Satya yang menangkap maksud keinginanku mengangguk samar. “Terima kasih atas informasinya, Bu Sheila. Sepertinya kami akan langsung kesana hari ini juga.”

“Mengingat waktu yang terus berjalan, saya dan Kalila izin pergi mendahului, Mas Jite, Bu Sheila.”

Setelah berfoto bersama, kami langsung bergerak menuju lokasi wisata Danau Emas berada. Hampir setahun aku tinggal di Bawera, baru hari ini aku mendengar ada tempat wisata alam dengan nama yang begitu menarik di ibukota provinsinya. Mas Satya sendiri mengungkapkan jika ia juga cukup ketinggalan dengan informasi mengenai pengembangan danau emas sebagai tempat wisata.

“Kalau dari lokasinya sih, sama kaya waduk kuning itu ya, Pra?”

Pramilu, asisten pribadi Mas Satya mengiyakan. “Betul, Mas. Memang waduk itu yang di rebranding sama Pak Jite jadi tempat wisata dengan nama Danau Emas.”

Mas Satya mangut-mangut. “Melek juga dia sama isu-isu daerah ini. Baguslah. Mari kita lihat seberapa berubahnya waduk itu di tangan PJ Gubernur kita.”

Memerlukan waktu sekitar 1 jam untuk kami sampai di lokasi yang baru besok akan diresmikan sebagai tempat wisata. Di pintu masuk, mobil kami sempat terhenti karena area yang masih belum dibuka untuk umum. Dan dengan sigap Pramilu langsung menjelaskan maksud kedatangan kami yang sudah mendapat izin langsung dari Pak Jitendra.

Ketika kami turun dari mobil, petugas pengelola tempat wisata ini tampak terkejut dengan kehadiran kami yang tanpa pemberitahuan. Beberapa orang yang sepertinya wartawan yang memang diundang untuk meliput tempat ini sebelum diresmikan pun juga tampak terperangah melihat kedatangan kami.

Mas Satya langsung mendekatiku dan merangkul pinggulku posesif.

“Ga suami ga istri sama-sama licik pikirannya. Tau aja mereka dengan kehadiran kita berdua dan beberapa wartawan ini di sini, pasti akan semakin menaikkan exposure tempat ini.” gerutunya.

Aku tertawa mendengar gerutuannya. Kuusap dadanya sekilas untuk menenangkan. “Itung-itung jadi bahan kampanye kamu maju presiden, Mas.” ujarku.

Mas Satya menatapku terkejut.

Aku balik menatapnya dengan memainkan kedua alisku naik turun. “Ga ada yang bisa kamu sembunyikan dari aku, Mas.”

Mas Satya mendesah pasrah. “Hoax itu, Yang. Mas masih belum ada pembicaraan lebih lanjut dengan partai terkait hal itu.”

Aku mengangkat bahu acuh. “Yaa pokoknya aku mau jadi yang pertama tahu kalau keputusan sudah final, Mas.” ujarku.

Mas Satya menjawil hidungku gemas. “Tentu saja. Kesayangan Mas ini akan selalu menjadi yang pertama tahu semua rencana Mas.”

Suara kilat blitz menyadarkan kami akan keberadaan orang lain di sekeliling kami. Mas Satya lantas mengeratkan rangkulan tangannya, menarikku lebih mendekat pada dirinya. Dengan santai ia menuntunku berjalan melewati orang-orang yang melihat kami penasaran.

“Mas Satya mau prewedding di sini ya?” tanya salah satu wartawan.

Kami menghentikan langkah sejenak. “Ide yang bagus.” cetus Mas Satya menanggapi.

“Tapi sudah tidak ada waktu kalau mau nambahin jadwal prewedding di sini. Apalagi hari ini kami tidak membawa kameramen.” keluhnya

“Bagaimana kalau teman-teman wartawan ini saja yang membantu mengambil gambar prewedding kami dari jauh?” usulku.

“Tenang saja, ada apresiasi untuk wartawan yang bisa mengambil foto terbaik, juga yang sudah effort ikut challenge iseng-iseng ini.” tambahku.

Terdengar sorak sorai bersemangat dari para wartawan ketika mendengar challenge kecil yang kuutarakan.

Mas Satya mengangkat tangannya, meminta semua orang untuk mendengarkannya sejenak.

“Bersemangat ikut challengenya Mbak Kalila boleh banget yaa… Tapi tolong pengertiannya agar bisa sedikit menjaga jarak dengan kami. Bukannya apa. Niat saya kesini kan mau kencan sama Kalila.” kata Mas Satya berkelakar.

“Saya lebih senang kalau teman-teman bisa mengambil gambar candid terbaik kami di spot wisata baru ini.” tambahnya.

Setelah memastikan para wartawan paham akan keinginan kami. Kami segera berjalan memasuki wilayah waduk kuning yang sudah direnovasi menjadi tempat wisata bernama danau emas.

Sesuai namanya, hampir keseluruhan ornamen hiasan di tempat ini memakai warna emas. Beruntung kami tiba disini tepat ketika sinar matahari hampir terbenam. Menciptakan suasana golden hour senja yang sangat magis. Di sepanjang jalan aku dan Mas Satya saling berdiskusi mengenai proyek ini yang dikerjakan dengan baik dan tidak asal-asalan.

Salah satu wahana yang akan dijadikan primadona tempat wisata ini nantinya adalah perahu kayuh yang akan membawa para wisatawan mengelilingi waduk layaknya sedang di kota venice.

Di atas perahu cantik yang tengah bersandar di dermaga, sudah ada petugas yang bersiap menjalankan perahu ini untuk kami.

Aku menerima uluran tangan Mas Satya untuk membantuku naik ke atas kapal yang berguncang cukup keras ketika dipijak.

“Kurasa menamai danau emas bukan sesuatu yang berlebihan, Mas.” ujarku sembari menikmati permukaan air yang memantulkan cahaya keemasan dari matahari yang akan terbenam.

Mas Satya menyelipkan anak rambutku yang terbawa semilir angin ke belakang telinga.

Seperti tersihir oleh atmosfer lingkungan yang terasa romantis. Perlahan kami mendekatkan wajah kami satu sama lain hingga hidung kami bersentuhan.

“You’re so beautiful, Darl. I’m under your spell.” bisiknya.

Aku menahan senyum mendengar ungkapan cintanya yang cukup berbeda dari biasanya.

Mengikuti bisikannya, kukecup singkat bibir Mas Satya yang hanya berjarak beberapa senti dari bibirku.

Mas Satya yang terkejut tidak kehilangan refleksnya sedikitpun. Tangannya langsung bergerak memegang kepalaku. Menahanku agar tidak menjauhkan diri darinya.

Di tengah matahari yang perlahan tenggelam. Di tempat wisata baru yang memberikan kesan romantis ini. Kami berciuman dengan penuh perasaan cinta. Seolah, dunia ini hanya ada kita berdua.

1
Shion Fujino
Keren deh ceritanya, thor mesti terus bikin cerita seru kayak gini!
sweet_ice_cream
karya ini bikin aku merasa seperti ikut dalam ceritanya, sukses terus thor 🤗
Apaqelasyy
Duh, seru euy! 🥳
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!