Di puncak Gunung Kunlun yang sakral, tersimpan rahasia kuno yang telah terlupakan selama ribuan tahun. Seorang pemuda bernama Wei Xialong (魏霞龙), seorang mahasiswa biasa dari dunia modern, secara misterius terlempar ke tubuh seorang pangeran muda yang dikutuk di Kekaisaran Tianchao. Pangeran ini, yang dulunya dipandang rendah karena tidak memiliki kemampuan mengendalikan Qi surgawi, menyimpan sebuah rahasia besar: dalam tubuhnya mengalir darah para Dewa Pedang Kuno yang telah punah.
Melalui sebuah pertemuan takdir dengan sebilah pedang kuno bernama "天剑" (Tian Jian - Pedang Surgawi), Wei Xialong menemukan bahwa kutukan yang dianggap sebagai kelemahannya justru adalah pemberian terakhir dari para Dewa Pedang. Dengan kebangkitan kekuatannya, Wei Xialong memulai perjalanan untuk mengungkap misteri masa lalunya, melindungi kekaisarannya dari ancaman iblis kuno, dan mencari jawaban atas pertanyaan terbesarnya: mengapa ia dipilih untuk mewarisi teknik pedang legendaris ini?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon HaiiStory, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Di Antara Dimensi 维度之间
Tianfeng menatap sosok transparan di hadapannya dengan perasaan campur aduk. Meski memiliki wajah yang familiar, ada sesuatu yang fundamental telah berubah dari adiknya. Setiap gerakan Wei Xialong kini membawa jejak ribuan kemungkinan—seperti menyaksikan ribuan realitas bergerak dalam harmoni yang mustahil.
"Kau masih belum mengerti sepenuhnya, kakak," Xialong tersenyum, suaranya bergema dengan nada-nada yang tidak sepenuhnya manusiawi. "Apa yang kulakukan bukanlah akhir... melainkan awal dari sesuatu yang jauh lebih besar."
Sebelum Tianfeng bisa merespons, langit di atas mereka bergetar. Retakan-retakan dimensi yang sebelumnya mulai tertutup mendadak melebar kembali, tapi kali ini menampilkan pemandangan yang berbeda. Alih-alih kegelapan, yang terlihat adalah serpihan-serpihan realitas lain—dunia-dunia paralel yang seharusnya tidak pernah bersentuhan.
"Tidak mungkin," Guru mereka berbisik, wajahnya memucat. "Kau tidak hanya menghancurkan siklus reinkarnasi... kau membuka celah antar dimensi!"
Xialong mengangguk perlahan. "Dan hanya itu satu-satunya cara untuk mengungkap kebenaran yang selama ini tersembunyi." Ia mengangkat tangannya yang transparan, dan mendadak udara di sekitar mereka dipenuhi oleh proyeksi-proyeksi seperti hologram—menampilkan potongan-potongan memori yang selama ini terkubur dalam Cermin Seribu Jiwa.
Seorang pria dalam jubah hitam berdiri di hadapan sebuah altar kuno... "Dengan ritual ini, kita akan menciptakan kultivator sempurna..."
Sosok wanita yang mirip dengan Selir Yang, tapi dari era yang berbeda... "Mereka salah... kesempurnaan bukan tentang kekuatan..."
Sekelompok tetua duduk dalam formasi rahasia... "Segel harus diperkuat. Rahasia ini tidak boleh terungkap..."
"Apa... apa maksud semua ini?" Tianfeng bertanya, mencoba memahami rangkaian gambar yang bermunculan.
"Maksudnya," suara asing menginterupsi, membuat semua menoleh, "adalah bahwa selama ini kita semua telah dibohongi."
Dari balik bayangan, sosok yang tidak mereka duga melangkah maju—Kaisar Ular. Tapi ada yang berbeda dari auranya. Tidak ada lagi kebencian atau obsesi yang biasa terpancar. Yang ada hanyalah... kesedihan yang dalam.
"Kau..." Tianfeng menggeram, menghunus pedangnya.
"Tunggu," Xialong mengangkat tangannya. "Dia benar. Dan dia... adalah bagian dari puzzle ini."
Kaisar Ular mengangguk. "Aku adalah hasil dari percobaan pertama mereka. Seribu tahun yang lalu, para tetua mencoba menciptakan kultivator sempurna dengan cara yang tidak natural—menggabungkan jiwa-jiwa terpilih dalam satu wadah."
"Tapi eksperimen itu gagal," Xialong melanjutkan. "Alih-alih menciptakan kesempurnaan, yang tercipta adalah ketidakseimbangan. Jiwa-jiwa yang digabungkan secara paksa mulai bertarung satu sama lain, menciptakan... monster."
"Ya," Kaisar Ular tersenyum getir. "Aku adalah monster itu. Tapi aku bukan satu-satunya korban. Selama ribuan tahun, mereka terus mencoba. Setiap kegagalan disembunyikan, setiap korban dilupakan. Hingga..."
"Hingga mereka menemukan cara yang lebih 'halus'," suara lain bergabung dalam percakapan. Dari arah yang berlawanan, sosok yang membuat mereka semua terkejut muncul—Selir Yang, atau setidaknya, versi dari era yang berbeda.
"Ibu?" Tianfeng berbisik.
"Bukan," wanita itu menggeleng. "Aku adalah salah satu pendahulu kalian. Reinkarnasi pertama yang berhasil 'lolos' dari sistem ini."
Mendadak, tanah di bawah kaki mereka bergetar. Dari retakan-retakan dimensi, energi hitam mulai merembes—tapi berbeda dari sebelumnya. Energi ini membawa kesedihan, penyesalan, dan... ingatan.
"Mereka datang," Xialong berbisik. "Jiwa-jiwa yang selama ini terperangkap dalam sistem."
Satu per satu, sosok-sosok transparan bermunculan—para kultivator dari berbagai era, korban dari ambisi akan kesempurnaan yang tidak pernah ada. Setiap sosok membawa cerita mereka sendiri, kepedihan mereka sendiri.
"Tapi... apa yang sebenarnya mereka inginkan?" Tianfeng bertanya, merasakan tekanan dari ribuan jiwa yang berkumpul.
"Keadilan?" Kaisar Ular mendengus. "Balas dendam?"
"Tidak," Xialong menggeleng. "Mereka menginginkan sesuatu yang jauh lebih sederhana... mereka ingin didengar."
Tepat saat itu, sosok misterius lain muncul dari retakan dimensi—seseorang yang membuat bahkan Guru mereka berlutut dengan terkejut.
"Tidak mungkin..." ia berbisik. "Pendiri pertama sekte kita?"
Sosok itu—pria tua dengan janggut putih panjang dan mata yang menyimpan kesedihan ribuan tahun—mengangguk perlahan. "Ya, dan sudah waktunya kalian tahu kebenaran yang sebenarnya."
Namun sebelum ia bisa melanjutkan, sesuatu yang tidak terduga terjadi. Tubuh transparan Xialong mendadak berpendar dengan cahaya yang menyilaukan, dan dari dadanya, simbol aneh muncul—simbol yang sama dengan yang terukir di altar kuno dalam proyeksi sebelumnya.
"Ah," Pendiri tersenyum sedih. "Jadi begitu... kau bukan hanya menghancurkan siklus ini. Kau adalah kunci untuk membuka segel terakhir."
"Segel?" Tianfeng bertanya bingung.
"Ya," Pendiri mengangguk. "Segel yang menyembunyikan rahasia terbesar kultivasi... dan harga yang harus dibayar untuk mencapainya."
Mendadak, langit semakin gelap. Angin kencang bertiup dari segala arah, membawa bisikan-bisikan dalam bahasa kuno yang tidak mereka pahami. Retakan dimensi semakin melebar, menampilkan pemandangan yang membuat mereka semua terdiam—ribuan altar serupa, tersebar di berbagai dimensi, semuanya terhubung dalam pola yang rumit.
"Ini..." Guru mereka tergagap, "...ini tidak mungkin..."
"Semua ini," Pendiri melanjutkan, "adalah bagian dari sistem yang jauh lebih besar. Setiap altar, setiap dimensi, setiap jiwa yang dikorbankan... semuanya adalah bagian dari ritual kuno yang dimulai ribuan tahun lalu."
"Ritual untuk apa?" Tianfeng bertanya, meski dalam hatinya ia takut mendengar jawabannya.
"Untuk menciptakan sesuatu yang bahkan para dewa takutkan," Xialong menjawab, suaranya kini membawa beban pemahaman yang mengerikan. "Penciptaan ulang... realitas itu sendiri."
Belum sempat mereka mencerna informasi ini, sesuatu yang lebih mengejutkan terjadi. Tubuh transparan Xialong mulai bergetar hebat, dan dari setiap pori-porinya, cahaya keemasan memancar—tapi cahaya ini berbeda. Ini adalah cahaya yang membawa kengerian primordial, sesuatu yang tidak seharusnya ada dalam ranah manusia.
"Wei Xialong!" Tianfeng berteriak, mencoba meraih adiknya. Tapi tangannya menembus tubuh transparan itu seperti menembus kabut.
"Maaf, kakak," Xialong tersenyum sedih. "Tapi ini adalah bagian dari takdirku yang sebenarnya. Bukan sebagai reinkarnasi Dewa Pedang... tapi sebagai kunci untuk membuka kebenaran yang telah terlalu lama tersembunyi."
Saat kata-kata terakhir itu terucap, cahaya dari tubuh Xialong mencapai intensitas yang membutakan. Semua sosok transparan—termasuk Pendiri, Kaisar Ular, dan versi Selir Yang dari masa lalu—mulai tertarik ke dalam pusaran energi yang tercipta.
"Tunggu!" Tianfeng berteriak. "Apa yang terjadi?!"
"Yang terjadi," suara Xialong bergema, kini membawa kekuatan yang bahkan membuat udara bergetar, "adalah dimulainya babak baru dalam sejarah kultivasi. Dan kali ini..." ia menatap kakaknya dengan mata yang kini berkilau dengan pengetahuan ribuan jiwa, "...kita akan memastikan tidak ada lagi jiwa yang dikorbankan demi ambisi yang salah."
Namun, tepat saat mereka mengira segalanya akan berakhir, sesuatu yang tidak terduga terjadi. Dari kedalaman retakan dimensi, sosok lain muncul—sosok yang membuat bahkan Pendiri pertama mundur dengan ketakutan.
"Tidak..." ia berbisik. "Tidak mungkin... Dia seharusnya sudah tersegel selamanya..."
Sosok itu—makhluk yang tampak seperti gabungan dari ribuan jiwa yang melebur menjadi satu—melayang di udara dengan aura yang membuat seluruh realitas di sekitarnya bergetar. Dan yang paling mengerikan... ia tersenyum.
"Ah," makhluk itu berkata dengan suara yang terdengar seperti paduan dari ribuan jeritan. "Akhirnya... setelah sekian lama... seseorang yang benar-benar memahami."
Xialong, masih dalam wujud transparannya, menatap makhluk itu dengan campuran horor dan pemahaman. "Kau... kau adalah hasil akhir yang mereka inginkan. Kultivator yang benar-benar sempurna..."
"Sempurna?" makhluk itu tertawa, dan tawanya membuat retakan di langit semakin melebar. "Tidak, anak muda. Aku adalah bukti bahwa kesempurnaan yang mereka kejar... adalah kebohongan terbesar dalam sejarah kultivasi."