Sweet Alexsandra, seorang gadis yang memiliki sifat dingin. Ia dipaksa untuk menikahi seorang lelaki kejam demi keuntungan bisnis orang tuanya. Perusahaan lelaki itu begitu sulit ditaklukkan. Sehingga gadis itu digunakan sebagai alat. Sweet harus rela melepaskan segala mimpinya. Menjadi seorang istri dari lelaki yang sama sekali tidak menganggap dirinya ada. Lelaki yang selalu menganggapnya sebagai pecinta harta.
Hidup tanpa cinta sudah menjadi hal lumrah baginya. Mungkinkah ia akan mendapatkan kebahagiaan yang sebenarnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon desih nurani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 25
Sweet milipat mukenanya dan meletakkan di tempat semula. Ia duduk di atas pembaringan, menengadahkan kedua tangannya dan mulai mengucapkan doa dalam hati. Alex hanya menyaksikan itu sambil bersedekap. Memperhatikan istrinya yang masih khusyuk dalam berdoa.
"Apa yang kau minta?" tanya Alex saat Sweet selesai berdoa.
"Melunakkan hati seseorang yang sudah sekeras batu," sahut Sweet seraya menarik selimut. Namun dengan cepat ditahan oleh Alex.
"Aku ingin istirahat," ucap Sweet menepis tangan Alex. Lelaki itu memberikan amplop coklat pada Sweet, membuatnya berkerut bingung.
"Besok, kau bekerja denganku di perusahaan. Sebagai sekretarisku, kapan aku butuh, kau harus ada selalu untukku. Berangkat dan pulang bersamaku," jelas Alex membuat Sweet terkejut bukan main.
"Aku tidak setuju," sanggah Sweet memberikan amplop itu kembali. Alex tersenyum getir mendengarnya. Ia hanya menatap amplop yang masih berada ditangan Sweet.
"Kau berani menolakku?" tanya Alex mendekatkan diri pada Sweet. Gadis itu langsung beringsut masuk dalam selimut, kepalanya sedikit muncul dari balik selimut. Menatap Alex penuh waspada.
"Jangan mendekat, aku akan mengikuti keinginanmu."
"Bagus, aku suka sikap penurutmu yang seperti ini." Alex mendekatkan wajahnya tepat dipucuk kepala Sweet, lalu menjatuhkan sebuah kecupan di sana. Sweet kaget dengan sikap Alex, dan semakin merapatkan diri dalam selimut tebal. Membuat lelaki itu tersenyum geli melihatnya, sedangkan gadis itu masih terus memasang kewaspadaan.
Lima menit berlalu, Sweet mulai terlelap dalam mimpi indahnya. Hari yang melelahkan, membuat gadis itu benar-benar terlena dan melupakan jika bahaya begitu dekat dengannya.
Alex ikut masuk dalam selimut yang sama, membawa gadis itu ke dalam dekapannya, dan ikut terlelap dalam kehangatan yang tak pernah ia rasakan sebelumnya.
***
Pagi hari, Sweet terlihat rapi dengan pakaian kantor. Ia mengenakan outer berwarna hitam yang dipadukan dengan kemeja berwarna baby pink dan rok peplum dengan warna senada. Seperti biasa, ia menggunakan gaya rambut messy-bun. Memperlihatkan leher jenjangnya yang putih mulus. Setelah bersiap diri, Sweet bingung harus melakukan apa. Saat ini Alex berada di kamar mandi, bisa didengar dari suara percikan air dari sana. Setelah berpikir panjang, Sweet memilih untuk pergi ke walk in closet. Menyiapkan pakaian untuk Alex, dan meletakkannya di atas ranjang.
Setelah salat subuh, Sweet membereskan kamar dan membersihkan diri. Sehingga kini kamar tampak begitu rapih dan bersih.
Sweet masih ingat betul perkataan Alex tadi malam, mulai pagi ini ia akan bekerja. Sebenarnya Sweet senang bisa kembali bekerja, tetapi ia merasa sedih karena akan selalu berdekatan dengan Alex. Lelaki yang selalu mengganggu hidupnya dan membuatnya tak tenang.
"Apa yang kau pikirkan?"
Sweet terlonjak kaget saat tiba-tiba Alex memeluknya dari belakang. Tangan dingin Alex kini melingkar sempurna dipinggang ramping Sweet.
"Hentikan itu, kau terus menyentuhku dan membuatku tak nyaman," gerutunya dan langsung berbalik.
"Aku suamimu, Sayang. Aku bebas melakukan apa pun padamu," ucap Alex hendak mengecup kening Sweet. Namun gadis itu terlebih dahulu menjauh.
*"Shut up*! Aku tidak ingin mendengar apa pun lagi. Kau terus mengulang perkataanmu, aku tahu posisiku di sini. Tidak perlu mengingatkan aku terus menerus tentang hal itu. Aku sudah menyiapkan pakaianmu," ujar Sweet menyambar handbag miliknya dan bergegas keluar dari kamar. Alex yang melihat itu tersenyum puas, lalu memandang set pakaian yang sudah Sweet siapkan.
"Tahu posisimu? Apa kau pikir menjadi seorang istri hanya sebatas menyiapkan kebutuhanku? Kau terlalu polos atau bahkan lebih polos dari dugaanku, Ana." Alex mengenakan pakaiannya dengan santai. Sebuah senyuman terus mengembangkan dibibir tipisnya.
"Sweet, kau bekerja?" tanya Milan duduk di sebelah Sweet yang tengah mengoleskan selai coklat di atas roti tawar. Milan merasa heran dengan penampilan gadis itu. Mala yang sedang menyantap roti pun ikut mengangguk-anggukkan kepalanya.
"Ya, dia bekerja di tempatku mulai hari ini." Alex yang baru saja turun menjawab pertanyaan Milan. Milan dan Mala terhenyak mendengarnya. Alex pun duduk di kursi sambil terus memandang Sweet.
"Mentega, aku tidak suka selai yang terlalu manis," lanjut Alex. Sweet yang mendengar itu langsung menatap Alex tajam. Namun ia tetap menuruti perkataan Alex.
"Terima kasih, Sayang." Ucap Alex saat Sweet memberikan roti selai padanya. Membuat Milan dan Mala kembali kaget. Mereka langsung menatap Sweet penuh selidik. Sweet masih enggan untuk bersuara.
"Morning," sapa Cherry ikut bergabung. Ia duduk di depan Sweet, memberikan tatapan remeh pada penampilan Sweet.
"Morning, bagaimana dengan lenganmu?" balas Alex seraya menyantap roti. Cherry yang mendapat perhatian Alex langsung tersenyum senang. Ia melirik Sweet yang sama sekali tak memperdulikan semua itu.
Kau lihat, meski dia sudah menjadi suamimu. Tapi dia lebih peduli padaku, ujar Cherry dalam hati dengan begitu bangga.
"Masih agak sakit, dokter bilang dua minggu lagi baru sembuh." Cherry berbicara dengan begitu manja. Berencana untuk membuat Sweet cemburu.
"Sweet, kau sangat cantik dengan penampilan seperti ini. Aku yakin akan banyak kumbang yang datang," ujar Mala berniat untuk menyindir Cherry. Sweet yang mendengar itu hanya tersenyum samar. Alex cukup terkejut saat melihat senyuman itu, meski tak terlalu jelas. Namun senyuman Sweet berhasil mendobrak egonya. Ia mengakui jika Sweet begitu manis saat tersenyum.
"Kak, apa hari ini aku boleh ke kantormu? Aku sangat bosan di rumah," rengek Cherry. Alex melirik Sweet sekilas, lalu menatap Cherry kembali.
"Tentu, kau biasa pergi kapan pun," sahut Alex. Sweet yang menatap keduanya bergantian.
"Em, boleh kan aku ikut di mobil Kakak? Aku belum bisa menyetir sendiri," ujar Cherry terus mencari perhatian Alex.
"Ya," jawab Alex tersenyum tipis.
"Sweet, kau tahu tidak kucing yang suka mencakar? Kau harus hati-hati dengannya, itu sangat berbahaya. Kau harus memasang cakar yang lebih tajam," kesal Mala yang tak tahan dengan sikap Cherry.
"Tidak perlu, Mala. Sweet memiliki taring dan bulu yang indah, cukup melirik sedikit, kucing berkarisma akan langsung mendekat. Ingat, kucing mahal dilihat dari keanggunannya buka cakarnya." Kali ini Milan ikut menimpali. Cherry yang mendengar itu langsung naik darah. Wajahnya merah bak kepiting rebus.
"Sudah, apa yang kalian bicarakan? Aku tidak mengerti," Alex melihat arloji ditangannya, "ayo berangkat."
Alex bangun dari duduknya diikuti oleh Cherry dan Sweet. Cherry langsung menggandeng lengan Alex. Sedangkan Sweet memilih untuk berjalan dibelakang mereka tanpa ekspresi.
"Pakai mobil Limousine," perintah Alex pada driver. Lelaki berpakaian hitam itu sedikit berlari menuju deretan mobil mewah yang terparkir rapih.
Sweet duduk disisi lain di mana Alex duduk bersama Cherry. Sweet tak mempermasalahkannya, dan terlihat santai dengan tangan yang terlipat di dada. Pandangannya terus tertuju keluar jendela. Menatap pejalan kali yang mulai tampak sepi. Sejak tadi, Alex terus mengawasinya, memperhatikan setiap inci wajah istri kecilnya. Cherry mulai kesal karena Alex lebih memperhatikan Sweet dibanding dirinya.
"Kak, bagaimana jika luka ini menimbulkan bekas?" tanya Cherry untuk menarik perhatian Alex. Benar saja, lelaki itu langsung menoleh.
"Kau tinggal operasi, mudah bukan?" sahut Alex datar dan kembali memperhatikan Sweet yang masih terdiam. Membuat wanita disampingnya semakin kesal.
"Sweet, aku minta maaf atas kejadian itu. Tidak seharusnya aku membuatmu kesal saat itu, mungkin kejadian ini tak akan terjadi. Sweet, aku benar-benar minta maaf," ujar Cherry memelas. Wanita itu terus mencari celah untuk menjatuhkan lawannya.
Sweet menoleh sekilas, tak mengindahkan perkataan Cherry.
"Sweet, aku tahu kau masih marah padaku. Kak, aku juga minta maaf padamu. Gara-gara aku, hubungan kalian sedikit merenggang," lanjut Cherry masih berusaha keras.
"Tidak perlu meminta maaf, karena saat ini hubungan kami jauh lebih dekat. Bahkan lebih dekat dari sebelumnya, aku sangat berterima kasih padamu, Cherry. Benarkan, Sayang?" balas Alex menatap Sweet penuh arti. Gadis itu hanya melirik sekilas.
"Kau tahu Cherry, Kakak iparmu begitu manja saat di at--"
"Shut up!" seru Sweet memotong perkataan Alex. "Jangan pernah mengatakan apa yang tak pernah terjadi!"
"Ah, kau sangat manis saat sedang marah, Sayang. Aku lupa jika istriku sangat pemalu," timpal Alex. Membuat Cherry semakin panas. Sedangkan Sweet merasa sangat kesal dengan sikap Alex yang semakin aneh.
"Sweet, apa kau memiliki perasaan pada Kakakku?" tanya Cherry melirik Alex dan Sweet bergantian. Sweet menghela napas berat dan melihat ke arah Cherry dengan tatapan malas.
"Nothing!" sahut Sweet dengan santai, dan kembali menatap jauh ke luar jendela. Alex tersenyum mendengarnya, jawaban Sweet berhasil menggelitik hatinya.
Perlahan, kau akan jatuh cinta padaku, Ana. Aku akan membuktikan itu, kau akan tergila-gila padaku. Maka akan dengan mudah untuk melepasmu. Batin Alex.