Warning!!
Cerita ini untuk usia 21+, mohon bijak dalam memilih bacaan sesuai usia.
Menceritakan tentang wanita bernama Emma Fiorella (26) yang dimutasikan dari perusahaan cabang ke perusahaan pusat dan bertemu dengan seorang anak kecil yang menabraknya ketika dirinya sedang berada di salah satu pusat perbelanjaan dan membentak ayah anak kecil itu. Namun siapa sangka pria itu ternyata adalah pemilik perusahaan dimana ia bekerja.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Gelsomino, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 8: Permintaan Zio
Camala tersenyum menatap Zio yang tampak bahagia bermain bersama Emma. Suara tawa anak itu terdengar begitu kuat. Tidak pernah tuan mudanya sebahagia ini sebelumnya.
"Bibi..Bibi Camala.." panggil Emma membuat Camala terkejut. Ia tidak menyadari Emma sudah ada di sampingnya.
"Eh nona Emma" ucap Camala.
"Sepertinya Bibi sedang melamun tadi, apa ada yang bibi pikirkan?" tanya Emma duduk disamping Camala. Emma meninggalkan Zio yang sedang bermain dengan teman barunya. Emma sengaja membiarkan anak itu bermain dengan anak-anak itu. Ia tidak ingin Zio sendirian terus hingga Emma mencoba mendekati anak-anak lain yang sedang bermain bersama dan memperkenalkan Zio pada mereka. Awalnya Zio tampak malu dan takut, tapi sekarang anak itu seperti sudah mengenal mereka cukup lama.
"Tidak ada nak, Bibi hanya senang saja melihat tuan muda bisa tertawa. Ia biasanya selalu murung, makanya Bibi sering mengajaknya ke taman, meskipun hanya sekedar membeli makanan atau melihat anak-anak bermain-main. Setidaknya tuan muda tidak bosan di rumah terus" tukas Camala.
"Bukankah Bibi pernah bilang kalau Zio punya kakak, lalu dimana mereka, kenapa tidak membawanya kesini juga," tanya Emma.
"Kedua anak itu sedang ada kegiatan dari sekolah, mungkin besok akan pulang," ujar Camala.
Tak lama kemudian Zio datang menghampiri Camala dan Emma. Wajah lelah dan berkeringat anak itu membuatnya terlihat semakin lucu. Tanpa ragu dan takut, Zio duduk diatas pangkuan Emma begitu saja.
"Zio..., kamu duduk dipangkuan Bibi saja ya, nanti kak Emma nya kelelahan," pungkas Camala tidak enak hati membiarkan Zio duduk dipangkuan Emma. Apalagi mereka yang meminta Emma datang ke taman.
"No..Zio mau duduk disini," ujar Zio menggeleng.
"Sudahlah Bibi, biarkan saja. Aku tidak apa-apa kok," tukas Emma tersenyum.
"Kenapa meninggalkan teman-teman mu, apa permainannya sudah selesai?" tanya Emma menghapus peluh di dahi Fazio.
"Orang tuanya memanggil mereka dan mengajak pulang," jawab Zio.
"Zio haus Bibi," ujar Zio pada Camala.
"Ini minumannya tuan muda," Camala menyerahkan botol minuman pada Zio.
Setelah meneguk minumannya, Fazio menyandarkan kepalanya di dada Emma, "Apa kakak akan marah?" tanya Zio setengah suara menatap Emma. Emma bingung dengan pertanyaan yang dilontarkan Zio padanya. Kenapa ia harus marah? memangnya Zio berbuat kesalahan padanya.
"Maksud Zio apa? kakak tidak mengerti. Kenapa kakak harus marah pada Zio yang menggemaskan ini," ucap Emma mengusap pipi gembul Zio.
"Kakak janji tidak akan marah?" ucap Zio menatap Emma lalu dibalas dengan anggukan oleh Emma.
"Apa Zio bisa panggil kakak mommy? Zio pengen seperti teman-teman Zio yang lain," ucap Zio dengan penuh harap menatap Emma yang menganga dan mata yang terbelalak. Apa maksud anak yang sedang dipangkunya ini.
"Eh..itu...itu bukannya Zio sudah punya mommy? panggil kakak saja ya," ujar Emma kaku. Ia tidak ingin orang tua Zio salah paham nantinya jika Fazio memanggilnya mommy. Bisa-bisa dia dikira selingkuhan suaminya. Lagipula bukankah Fazio punya ibu, kenapa harus memanggilnya mommy.
Zio terdiam dan menundukkan kepalanya, matanya mulai berkaca-kaca. Sementara Camala juga ikut terkejut dengan ucapan tuan mudanya. Ia tidak tau apa yang harus dikatakannya pada tuan mudanya. Ia tau jika tuan mudanya merindukan sosok seorang ibu.