Demi menyelamatkan perekonomian keluarganya, Herlina terpaksa menikah dengan Harlord, seorang CEO muda yang tampan, namun terkenal dengan sifat dingin dan kejam tanpa belas kasihan terhadap lawannya.
Meski sudah menikah, Herlina tidak bisa melupakan perasaannya kepada George, kekasih yang telah ia cintai sejak masa SMA.
Namun, seiring berjalannya waktu, Herlina mulai terombang-ambing antara perasaan cintanya yang mendalam kepada George dan godaan yang semakin kuat dari suaminya.
Harlord, dengan segala daya tariknya, berhasil menggoyahkan pertahanan cinta Herlina.
Ciuman Harlord yang penuh desakan membuat Herlina merasakan sensasi yang tak pernah ia bayangkan sebelumnya.
"Entah kenapa aku tidak bisa menolaknya?" Herlina terperangah dengan perasaannya sendiri. Tanpa sadar, ia mulai menyerahkan diri kepada suami yang selalu ia anggap dingin dan tidak berperasaan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Noona Y, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 25
Pagi hari yang terlihat cerah, namun hawa dingin masih terasa menyelimuti udara di sekitar villa. Seperti hari-hari biasanya, Benyamin sudah berpakaian lengkap dengan setelan jas yang rapi, ia berdiri di luar pintu villa, siap menyambut istri bosnya.
"Selamat pagi Nyonya." sapa Benyamin membungkuk sopan, saat melihat sang nyonya sudah keluar.
"Pa.. Pagi Ben... Ji..." ucap Herlina nampak ragu.
"Tidak masalah bukan jika aku memanggilmu dengan nama kecilmu?" tanya Herlina.
"Tentu saja nyonya, justru hal itu malah membuat saya merasa lebih akrab dengan anda." seru Benyamin tersenyum ramah.
Herlina mengangguk dan juga tersenyum pada asisten suaminya yang selalu bersikap ramah ini.
"Karena peternakkan milik tuan Harlord sangat luas sekitar 4 hektar, saya sudah menyiapkan mobil untuk berkeliling." Benyamin pun membuka pintu mobil tanpa atap, mempersilahkan sang nyonya masuk.
Herlina mengulum senyum, ini pertama kalinya ia melihat mobil yang bentuknya seperti wajah kodok.
Benyamin mengendarai mobil dengan pelan, melewati jalanan kecil yang dikelilingi sawah yang masih hijau.
Kedua mata Herlina tak berhenti berbinar-binar melihat pemandangan indah di sepanjang jalan, lalu ada beberapa petani yang sedang bekerja, para petani itu melambaikan tangan pada mereka. Benji yang melihat juga membalas lambaian tangan mereka.
"Mereka semua bekerja di lahan milik tuan Harlord ini."
"Banyak sekali..." Herlina sedikit terkejut, karena di sepanjang jalan tadi ia melihat ada puluhan orang yang bekerja.
"Itu baru sekitar sawah dan perkebunan, belum yang di bagian peternakkan dan pabrik." kekeh Benyamin.
Herlina menelan kasar salivanya, saat membayangkan ada ratusan atau mungkin ribuan orang bekerja untuk suaminya yang kaya raya.
"Kukira disini hanya ada peternakkan kuda..."
"Dulu disini hanya ada peternakan kuda di tanah luas keluarga Matson. Bisnis pacuan kuda ini merupakan warisan turun-temurun dari kakek moyang yang dulu merintis di Indonesia. Namun, setelah semua di wariskan pada Tuan Harlord, hasil bisnis pacuan kuda di kembangkan lagi jadi bisnis produk makanan." Benyamin menjelaskan, sejak remaja ia sudah bekerja dengan Harlord.
"Tuan Harlord, sangat mementingkan kualitas bahan makanan di pabriknya, karena itu beliau memutuskan untuk membuka ladang sawah, kebun, dan juga peternakan. Semua itu dilakukan agar tidak mengeluarkan banyak biaya dan bisa menghasilkan produk makanan terbaik." lanjut Benyamin, terus bercerita soal tuannya di sepanjang perjalanan.
Herlina sedikit takjub mendengar cerita tentang suaminya dari sang asisten, namun tetap saja Herlina merasa kesal atas apa yang terjadi semalam.
Herlina hampir tidak bisa tidur semalam, karena takut bila suaminya menyerang dia saat tidur, namun untung saja Harlord tak kunjung masuk ke kamar semalam, suaminya memilih tidur di kamar yang lain.
*****
Sesampai di tempat peternakan sapi.
Herlina turun dari mobil dalam balutan pakaian yang anggun dan rapi, namun ia sedikit terlihat canggung. Dia tampak tidak begitu nyaman dengan bau khas peternakan yang menyengat dan suara beli di leher sapi yang berdenting. Ini pertama kalinya Herlina melihat peternakan sapi dengan jarak yang dekat.
"Ternyata ada begitu banyak sapi di sini," ujar Herlina dengan nada terkejut, matanya mengikuti gerakan beberapa sapi yang sedang memakan rumput.
"Ini yang ada di Padang rumput, beberapa ada di kandang, sedang di perah susunya." seru Benyamin.
Seketika wajahnya Herlina menjadi merah padam, karena ucapan Benji soal susu, membuat Herlina jadi teringat kembali kejadian semalam, dimana suaminya dengan paksa mencicipi aset kembar miliknya.
"Nyonya anda kenapa, ada yang sakit?" tanya Benyamin yang bingung melihat perubahan air wajah sang Nyonya.
"Uhuk... Uhuk...!!" Herlina sengaja terbatuk guna menutupi rasa gugupnya.
"A-ku tidak sakit, aku terbatuk karena mencium bau kotoran sapi yang menyengat." ucap Herlina sambil menutupi wajah malunya.
Tak berselang lama, Herlina melihat seorang pria, dengan gagahnya sedang menunggangi kuda. Ia melintasi padang rumput tempat para sapi sedang memakan rumput, dengan langkah yang tenang dan elegan. Rambutnya yang hitam berkilau tertiup angin, sementara matanya yang tajam dan penuh wibawa memandang ke arah Herlina.
"Harlord!!" celetuk Herlina melihat suaminya datang sambil menunggangi kuda.
.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
#TERIMAKASIH SUDAH MEMBACA ❤️❤️❤️
**Jangan lupa meninggalkan jejak kebaikan dengan Like, Subscribe, dan Vote ya...~ biar Author makin semangat menulis cerita ini, bentuk dukungan kalian adalah penyemangat ku...😘😘😘**