TAMAT 02 NOVEMBER 2023
Ning Aisha menangis setelah King tak sengaja menciumnya. "Jangan dekati aku lagi!"
"Terus, gimana cara Gue jagain Lo, Cengeng?"
"Nggak perlu, aku bisa jaga diri baik-baik! Kita bukan mahram, jangan deket-deket! Setan pasti suka godain Kita, terutama kamu yang nggak kuat iman! Nggak mau shalat. Pasti jadi temen setan!"
"Lo mau dihalalin sama temen setan ini? Bilang! Besok Daddy sama Mom biar ngelamar Lo buat Gue!"
"Sinting..."
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pasha Ayu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB LIMA BELAS
"King!" Belum tiba makanan yang dipesan, King tersentak mendapat kejutan dari putri kembar Uncle Alex.
"Glory, Flory!"
King tertawa bersama keduanya, mereka lama tak berjumpa, terakhir kali bertemu, saat King ke California empat bulan lalu.
Bahkan, di resepsi pernikahan kakaknya saja, Glory dan Flory tak bisa hadir karena sedang ada kegiatan penting di negaranya.
"My sepupu yang ganteng!" Flory mencium pipi King, berikutnya Glory. Dan pemuda itu membalas kecupan keduanya.
Aisha tertegun melihat gaya persaudaraan King dan dua sepupunya. Gaya yang tentu takkan pernah dia pakai dengan sepupu mana pun yang sudah sama-sama baligh.
"Jadi ini your wife?"
"Hmm." King tergelak.
Glory duduk di pangkuan King, dan celana jumpsuit pendek yang dipakainya membuat Aisha melihat tangan King hampir memegang bagian yang seharusnya tidak King sentuh.
Otak Aisha masih rancu oleh perkataan Liam, juga gadis X yang entah siapa, dan sekarang dia harus menyaksikan King bermesraan dengan gadis lain tepat di hadapannya.
Mungkin bagi mereka, ini normal. Tapi bagi Aisha, sepupu sudah tidak termasuk mahram karena status sepupu boleh dinikahi.
Tentu tidak halal bagi King untuk bersentuhan sampai sedemikian rupa. Bahkan, mereka saling cium dan terkesan biasa saja.
"Aisha."
Aisha tersenyum saat King memperkenalkan dirinya pada Glory dan Flory. Gadis-gadis bule berambut emas itu kembali beralih pada King dan melanjutkan canda rindunya, tapi justru terkesan mengacuhkan Aisha.
Sepertinya King tak paham jika Aisha tak menyukai kontak fisik yang dilakukannya terhadap Glory. Meski wajah Aisha sendu, King tetap berlanjut tertawa tawa dengan banyolan Glory.
Glory duduk di kursinya sendiri setelah makanan pesanan King dan Aisha datang. Glory tampak terperangah menatap heran nasi yang Aisha pesan. Nasi cumi asam manis dengan saos terpisah.
Berarti ini salah satu alasan King makan di fast casual dining. Ternyata karena istrinya menyukai makanan berat.
Baru saja Aisha meraih sendok garpu miliknya. Glory berceletuk dengan logat bulenya. "Kamu nggak takut gemuk?"
Aisha terdiam menatap Glory, tanpa tahu akan menjawab pertanyaan Glory dengan kata apa. Bukankah Aisha makan satu porsi saja? Takut bagaimana maksudnya?
"Cowok itu nggak suka sama girl yang gendut. Bulshit kalo mereka bilang tidak memandang fisik. So, coba lebih atur lagi pola makannya," sarannya.
Aisha menatap King yang hanya melebar senyum seolah mengiyakan pendapat sepupu bulenya yang cantik. Benar, Glory pasti sangat tahu tentang gizi, dan Aisha bukan siapa pun.
"Just saran!" imbuh Glory acuh. Gadis itu menangkap raut tidak sependapat dari Aisha yang menurutnya tidak sopan.
Aisha tersenyum nyengir, berusaha untuk lebih ramah lagi. Entah harus apa, karena selain diam, pun Aisha tak tahu sebaiknya.
Jelas kebiasaan dan cara pandang mereka berbeda. Aisha lebih suka puasa jika memang ingin diet, bukan kurangi makan atau memilih makanan.
Aisha yakin, Ayam, ikan, cumi, apa pun itu insha Allah tidak berbahaya selama dia memakannya secara tidak berlebih-lebihan.
Makan sebelum lapar, berhenti sebelum kenyang. Begitu sunnah yang dia amalkan selama ini.
"Parfum kamu baru King?" Golry mengendus endus dada bidang King dan sedikit mundur setelahnya. "Very bad!" ejeknya.
"Wanginya kampungan!" Glory mencubit hidung demi tak merasakan aroma tubuh King yang begitu asing.
Demi memastikannya, Flory mengendus udara di dekat King. Dia mencebik seperti tak setuju kembarannya. "So perfect! Not bad!"
Glory kekeuh untuk bilang itu tidak enak, bahkan mengedik bahunya. "Kampungan!"
Aisha meredum tersinggung. Parfum yang dibicarakan Glory, parfum tanpa alkohol yang Aisha belikan beberapa hari lalu.
Sikap membela yang selama ini Aisha lihat dari King, hari ini seperti tidak muncul sama sekali. "King..." Aisha menarik jaket kasual suaminya.
"Hmm?"
"Aku mau..." Aisha baru saja merasakan ada yang mengalir di bawah sana. Sepertinya sakit perut yang sempat dia rasakan karena dia akan datang bulan. "Ke toilet."
"Ok. Hati-hati."
Aisha sedikit terbengong. Biasanya King akan antar ke mana pun Aisha pergi, dan sekarang King masih asyik meladeni Glory yang seperti sengaja tak membiarkan King bicara dengan dirinya.
Aisha bangkit dari duduknya, menilik sofa yang syukurnya belum terkena tembusan darah menstruasinya.
Aisha bertolak keluar, dan berarti, dia harus pergi membeli pembalut ke toserba di lantai bawah. Memiliki suami, seharusnya ada yang menemani di saat malas seperti ini.
Ah, lupakan soal itu, semenjak sepupunya datang King bahkan tak meliriknya sama sekali.
Denting lift berbunyi seiring dengan terbukanya pintu. Aisha masuk dan menekan tombol LGM, ia harus turun sendiri, membeli pembalut sendiri, dan ke toilet sendiri.
Cukup lama pergi, King tampak celingukan sebelum Aisha kembali. Jika bukan suami, mungkin Aisha sudah kabur seorang diri.
"Kamu ganti baju?"
King menatap Aisha yang sudah berganti pakaian. "Iya, aku...."
"Abisin makanannya." King memotong ucapan Aisha yang tak jadi keluar. "Setelah ini, kita nonton film ya?" ajaknya.
Aisha menggeleng. "Aku mau langsung pulang King."
"Kenapa?" King baru peka dengan wajah Aisha yang pucat pasi. "Kamu sakit?"
"Aku...."
"Udah biarin your wife pulang sama Flory. Kita nonton berdua saja!" usul Glory.
King menatap Aisha. "Kamu yakin nggak sakit?"
"King!" Glory menunjukkan layar ponsel pada sepupu tampannya. "Glo udah pesan tiket!"
Aisha mendengus pelan. Sedari tadi, Glory tak membiarkan Aisha bicara. Mungkin akan lebih baik jika dia diam sekalian.
"Kita pulang bareng Aisha?" Flory tersenyum manis pada Aisha yang juga reflek membalas senyumannya.
King lega, itu berarti Aisha setuju dengan usulan Flory. King tak perlu sungkan, lagi pula film yang Glory pesan masih membuatnya penasaran.
Aisha pulang ke rumah keluarga Miller bersama satu sepupu suaminya. Di sepanjang jalan Aisha tercenung.
Tidak mudah menikah muda dengan pria yang masih sangat muda. Mungkin sudah benar jika dia menjaga kesuciannya, karena sepertinya, King masih terlampau jauh dari kata bisa bertanggung jawab.
Berjam-jam tanpa King, Aisha hanya menghabiskan waktu di kamar saja.
Bebas dari tugas shalat, Aisha hanya duduk sendu di kursi belajarnya. Menopang dagu di atas meja dengan wajah malas-malasan.
Pukul tujuh lebih, King baru masuk kamar dan memeluknya dari belakang. Seketika, Aisha melirik ke samping, menghirup dalam-dalam wangi maskulin yang menguar tak sengaja.
"Kamu ganti parfum?" Aisha berbalik badan untuk menatap suaminya.
"Iya, yang ini wanginya lebih cool kan?" King mendekatkan lengannya pada Aisha.
"Iya." Aisya menyengir lebar. "Ternyata kamu baru tahu ya, kalo parfum yang kamu pake tadi pagi tuh kampungan!"
"Siapa bilang?"
"Orang mars yang bilang!" Aisha ketus.
"Kamu marah?" King tidak bilang kampungan, hanya bilang yang ini lebih cool.
Alih-alih menjawab, Aisha menanggalkan khimar putihnya, piyama panjangnya, dan menggantinya dengan piyama pendek berwarna merah muda.
Aisha menata rambut hitam panjang yang berantakan dengan sisiran tangannya, tanpa peduli ada pemuda yang terpaku ngiler menatapnya. "Tidur di sofa. Aish lagi dateng bulan!"
"A-apa?" King memastikan pendengarannya tidak sedang mengalami penurunan kinerja.
"Aish lagi dateng bulan!" Aisha melempar bantal pada King yang terperangah.
"Terus Jojo gimana?" Setelah membuatnya terpesona, mudahnya gadis ini menyuruhnya tidur di sofa?
"Udah happy kan pangku pangkuan sama cewek yang tingginya kayak gedung. Mungkin Jojo udah seneng."
"Maaf kalo aku punya salah." King mendekat, dan gadis itu sudah terpejam. Dari wajahnya, King paham jika Aisha marah padanya.
Tunggu, tapi sejak kapan? Bukannya di mall, Aisha tak menunjukkan marahnya sama sekali, bahkan tersenyum dan sempat membuat King salah menanggapi.
"Udah dibilang, kalo ada yang nggak disuka tuh ngomong, jangan diem. Kamu harusnya terbuka!"
"Terbuka gini?" Aisha menurunkan lengan piyama kerut hingga nampak bentuk lembut yang selama ini tak pernah King lihat.
"Kamu mau nyiksa aku?" King kesal karena Aisha lanjut tidur bahkan memperdengarkan ngoroknya. Kenapa acara malam pertama mereka selalu batal?