"Jika kamu ingin melihat pelangi, kamu harus belajar melihat hujan."
Pernikahan Mario dan Karina sudah berjalan selama delapan tahun, dikaruniai buah hati tentulah hal yang didambakan oleh Mario dan Karina.
Didalam penantian itu, Mario datang dengan membawa seorang anak perempuan bernama Aluna, yang dia adopsi, Karina yang sudah lama mendambakan buah hati menyayangi Aluna dengan setulus hatinya.
Tapi semua harus berubah, saat Karina menyadari ada sikap berbeda dari Mario ke anak angkat mereka, sampai akhirnya Karina mengetahui bahwa Aluna adalah anak haram Mario dengan wanita lain, akankah pernikahan delapan tahun itu kandas karena hubungan gelap Mario dibelakang Karina?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mama reni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab Tiga Puluh Satu
Karina duduk dengan nyaman di ruang kerja suaminya, Mario, menikmati secangkir kopi hangat. Saat ini pria itu sedang di ruang rapat. Hampir setiap hari dia ikut ke perusahaan.
Karina merasa sepi di rumah karena Aluna yang telah di masukan playgroup. Itu dilakukan agar bocah itu tak sering di bawa ke kantor. Takutnya Zoya mengetahui dan diam-diam membawa kabur.
Tiba-tiba, pintu terbuka dan Zoya masuk dengan wajah murung, mata tajam menatap Karina. Sepertinya dia cukup terkejut melihat wanita itu ada di ruang kerja Mario.
"Dimana Mario?" tanya Zoya dengan suara keras dan berkuasa.
Karina tidak menoleh, seolah tidak mendengar. Dia terus memandang layar komputer, mengetik dengan santai. Seolah tak mendengar apa yang Zoya katakan. Wanita itu lalu mendekati Karina dan bertanya dengan suara meninggi.
"Karina, aku bertanya padamu! Dimana Mario? Aku harus berbicara dengannya tentang Aluna!" seru Zoya dengan suara ketus.
Karina masih tidak menoleh, terlihat senyum tipis di bibirnya. Zoya marah, wajahnya merah padam. Dia lalu memukul meja dengan keras.
"Kamu berpura-pura tidak mendengar? Aku tahu dia ada di sini! Kamu tidak bisa sembunyikan Mario dariku!"
Karina menoleh, menatap Zoya dengan mata tajam. "Aku tidak perlu menjawab pertanyaanmu. Kamu tidak berhak tahu apa pun tentang Mario. Kau bukan siapa-siapa baginya!" seru Karina dengan suara ketus.
Zoya mengambil napas dalam-dalam, mencoba tenang. "Aku akan menunggu Mario. Aku harus berbicara dengannya tentang Aluna."
Karina tersenyum simpul. Zoya masih saja berusaha menjerat Mario dengan mengatasnamakan Aluna. Dia harus membungkam mulut wanita itu.
Karina tersenyum sinis. "Tunggu saja. Kebetulan sekali kita berkumpul. Aku ingin mengakan sesuatu mengenai Aluna. Aku sudah tahu kebenaran tentang anak itu!" seru Karina.
Zoya terkejut. "Apa maksudmu?"
Karina berdiri, mata berapi. "Aluna bukan anak kandungnya Mario. Kamu tahu kebenaran itu, kan? Aku telah melakukan tes DNA dan terbukti tidak ada hubungan darah antara Mario dan Aluna."
Wajah Zoya pucat, bibir gemetar. "Apa ... apa yang kamu bicarakan? Aku tak mengerti!"
Karina mendekati Zoya, suaranya dingin. "Aku tahu segalanya. Aku tahu tentang rencana kamu untuk memanfaatkan Aluna. Tapi sekarang, giliranmu untuk menghadapi kebenaran."
Zoya terlihat terhantam, dunianya terbalik. Dia tidak percaya bahwa Karina dan Mario sudah mengetahui kebenaran tentang Aluna.
"Tidak ... tidak mungkin," Zoya berusaha berbicara. "Kamu tidak bisa memfitnahku. Kamu pasti iri karena aku lebih unggul darimu. Aku bisa memberikan Mario anak." Zoya masih berusaha mengelak atas tuduhan Karina.
Karina tersenyum. "Aku sudah membuktikan. Aku memiliki bukti cukup yang menyatakan bahwa Aluna bukan anak kandungnya Mario. Dan sekarang, kamu harus menghadapi konsekuensinya."
Ruang kerja menjadi sunyi. Zoya terlihat kehilangan kendali, sedangkan Karina terlihat tenang dan percaya diri.
"Apa yang akan kamu lakukan sekarang, Zoya?" tanya Karina, suaranya menantang.
Zoya tidak menjawab. Dia hanya terdiam, mata kosong, seperti dunianya telah runtuh. Dia tak percaya jika Karina bisa mengetahui rahasia yang selama ini dia simpan.
Zoya takut jika Mario mengetahui semuanya, pria itu pasti akan marah dan tak akan tinggal diam pada dirinya. Paling tidak dia akan menghentikan suntikan dana yang dia terima selama ini.
"Aluna anakku dan Mario. Jika kamu punya bukti kalau dia bukan darah dagingku, aku juga memiliki bukti jika mereka memiliki darah yang sama. Kamu pasti sengaja merekayasa semuanya agar Mario menjauhi diriku dan Aluna," ucap Zoya dengan suara keras.
Karina menggelengkan kepalanya. Tak menyangka jika wanita itu sangat cerdik. Dia langsung bisa membalikkan ucapannya dirinya. Pertahanan emosinya sangat bagus sehingga bisa berpikir begitu cepat untuk memojokan dirinya.
Karina lalu bertepuk tangan. Dia berdiri dari duduknya. Dan memandangi wajah Zoya dengan tatapan tajam.
"Pandai sekali kau membalikan fakta. Kau pikir Mario akan percaya ucapanmu jika aku memperlihatkan hasil tes DNA-nya!" seru Karina.
"Dia mencintai Aluna dari dirinya sendiri. Mana mungkin bisa kau memfitnah jika mereka tak ada hubungan!" seru Zoya.
"Kau bisa saja menipu semua orang tapi tidak denganku. Aku tau kau takut kehilangan pundi-pundi keuanganmu. Aku yakin Mario tak akan mau lagi memberimu uang lagi!" seru Karina.
Zoya hanya diam membisu. Sepertinya sedang menyiapkan kata yang tepat untuk bicara.
Karina lalu mendekati Zoya, suaranya dingin. "Apa yang akan kamu lakukan jika aku mengatakan kebenarannya pada Mario di hadapan kamu saat ini, Zoya?"
Tiba-tiba, pintu terbuka dan Mario masuk. Karina langsung berhenti berbicara, tidak ingin Mario mendengar percakapan mereka.
"Maaf, aku tidak sengaja mengganggu," kata Mario, menyadari ada tamu yang sedang bicara dengan istrinya. Saat wanita itu berbalik dia jadi terkejut, ketika menyadari jika yang berada di ruangan itu adalah Zoya.
"Ada perlu apa kau ke sini?" tanya Mario dengan ketus.
Zoya langsung berubah, senyum palsu muncul di wajahnya. "Tidak ada, Mario. Aku hanya sedang berbicara dengan Karina sambil menunggu kamu."
Mario lalu mendekati Karina, dan memeluknya. "Apa benar yang Zoya katakan, Sayang?" tanya Mario dengan suara pelan.
Karina tersenyum dengan manisnya, berusaha menyembunyikan ketegangan yang sempat terjadi antara dirinya dan Zoya. "Benar, Mas. Aku hanya sedang berdiskusi dengan Zoya mengenai Aluna."
Zoya tampak terkejut saat Karina menyebut nama Aluna. Dadanya berdetak lebih cepat. Takut jika ancaman wanita itu memang dia lakukan.
Zoya mengambil napas dalam-dalam, berusaha tenang. "Mario, kita perlu berbicara tentang Aluna."
Zoya mengajak Mario bicara berharap pria itu kembali luluh dengannya. Dia harus bisa meyakinkan pria itu agar tetap menjadi sumber dana utamanya.
Mario menatap Zoya dengan curiga. "Ada apa dengan Aluna?"
Karina segera memotong. "Mas, kamu pasti tau apa yang Zoya inginkan. Apa kamu mau mengabulkan permintaannya?" tanya Karina dengan suara manjanya.
"Sayang, aku sudah janji denganmu. Semua tentang Aluna dan apa pun tentang rumah tangga kita, kamu yang mengambil keputusannya. Aku hanya mengikut saja."
"Terima kasih, Sayang," jawab Karina. Dia lalu memeluk suaminya itu. Mario lalu mendekati wanita itu.
"Jika tak ada hal penting yang akan kamu katakan silakan pergi. Mengenai Aluna untuk saat ini dia tetap bersamaku. Kamu tak bisa membawanya!" seru Mario.
"Aku ini ibunya, aku juga berhak atas Aluna!" balas Zoya dengan suara sedikit ketus.
"Zoya, aku harap kamu mengerti, jika Aluna masih harus tinggal dengan kami!" ucap Karina dengan penuh penekanan.
Zoya terlihat kecewa, tapi tidak bisa berbuat apa-apa. Dia hanya bisa menatap Karina dengan dendam. Tanpa bicara meninggalkan ruangan itu.
Klo dari dulu tegas ga akan berlarut masalahmu mario..
Terima kasih mam tetap 💪💪🤗😍