NovelToon NovelToon
Dmyth: Kembalinya Hantu Dari Hutan Terlarang.

Dmyth: Kembalinya Hantu Dari Hutan Terlarang.

Status: sedang berlangsung
Genre:Sistem / Identitas Tersembunyi / Epik Petualangan / Menjadi NPC / Hari Kiamat / Evolusi dan Mutasi
Popularitas:1.7k
Nilai: 5
Nama Author: orpmy

Jo Wira, pemuda yang dikenal karena perburuan darahnya terhadap mereka yang bertanggung jawab atas kematian orang tuanya, kini hidup terisolasi di hutan ini, jauh dari dunia yang mengenalnya sebagai buronan internasional. Namun, kedamaian yang ia cari di tempat terpencil ini mulai goyah ketika ancaman baru datang dari kegelapan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon orpmy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Dua Sosok Menyeramkan

Setelah mengumpulkan semua material yang didapat dari perdagangan, Wira merasa persediaannya cukup. Ia berniat untuk mulai mengolah bahan-bahan tersebut. "Apa aku harus mengolahnya di sini?" gumamnya, merenung sejenak.

Awalnya, tujuan Wira datang ke goa tambang adalah untuk mengisi stok batu bara yang diperlukan sebagai sumber energi di Basecamp 17. Namun, setelah menemukan berbagai material magis di dalam tambang, keinginannya berubah. Wira kini memiliki keinginan besar untuk mengolah semua material tersebut menjadi senjata sihir.

"Aku bisa saja melakukan penempaan di rumah menggunakan tungku yang lebih canggih," pikirnya. "Namun, itu akan memakan waktu, dan Sumba hanya bisa membawa material terbatas."

Dengan alasan itu, Wira memutuskan untuk tetap tinggal lebih lama di dalam Dungeon. Tanpa dia sadari, di dekat Basecamp 17, sedang terjadi pertarungan sengit antara dua monster raksasa setinggi puluhan meter, menghancurkan segala sesuatu yang ada di sekitarnya.

***

Hari berikutnya, Wira kembali ke area tambang, kali ini tanpa Sumba. Kehadirannya tanpa kuda membuat para budak merasa kecewa karena tidak ada makanan yang bisa mereka beli darinya.

Konjing, pemimpin para budak, mendekati Wira dan bertanya tentang persediaan makanan yang sebelumnya dijanjikan. Wira menjawab, "Di luar goa, badai salju semakin memburuk. Kinta dan Malika kemungkinan terlambat pulang."

Alasan itu membuat para budak memahami situasi, dan mereka tidak bertanya lebih lanjut.

Padahal, sebenarnya Wira sengaja membuat mereka merasa semakin putus asa agar ia bisa menaikkan harga setinggi mungkin dan mengendalikan mereka. Semakin mereka putus asa, semakin mereka akan patuh padaku, pikirnya sambil tersenyum dalam hati.

"Namun, aku bisa membagi sebagian makananku jika ada yang mau membantuku," kata Wira dengan nada menggoda.

Mendengar itu, setiap budak langsung maju dan mengajukan diri untuk membantu, meskipun mereka tidak tahu apa yang sebenarnya diinginkan Wira. Selama ada makanan, mereka siap melakukan apapun.

Wira kemudian menjelaskan, "Aku sedang mencari kristal api, material penting untuk peleburan di dalam goa. Aku butuh bantuan untuk menggali."

Mendengar penjelasan itu, para Kobold dan Troll terdiam, saling bertukar pandang. Mereka tahu betul betapa berbahayanya pencarian kristal api, karena material itu terdapat di Vena lava.

Selain suhu yang semakin panas seiring mendekati Vena lava, ada risiko besar terjadi kebocoran lahar yang bisa menyebabkan bencana besar di dalam tambang.

Menyadari betapa besar risikonya, banyak dari mereka yang akhirnya memilih untuk tidak melanjutkan dan memilih membeli makanan nanti. Melihat kerumunan yang mulai bubar, Wira tidak memaksa mereka. Tanpa bantuan mereka, dia bisa melakukan penambangan sendirian.

Namun, ketika sebagian besar budak sudah pergi, masih ada beberapa yang tetap berniat menerima tawaran Wira. 'Tujuh Kobold dan dua puluh Troll. Sepertinya para Troll yang paling kesulitan menghadapi masalah kelaparan,' pikir Wira.

Wira kemudian membuat perjanjian dengan mereka yang ingin membantu, "Kalian akan aku bayar setengah kilo daging per jam. Jika tidak setuju, silakan pergi seperti yang lain."

Mendengar penawaran itu, wajah para Kobold terlihat ragu, sementara para Troll langsung setuju tanpa berpikir panjang. Khawatir para Troll akan menghabiskan semua makanan, akhirnya setiap Kobold memutuskan untuk menerima tawaran Wira.

"Bagus, kita akan segera mulai," kata Wira, puas dengan keputusan mereka.

***

Wira mulai menggali dengan penuh semangat, ditemani para Kobold dan Troll yang berjuang di bawah hawa panas tambang. Setiap ayunan pickaxe disertai suara logam menghantam batu keras, menggema di seluruh terowongan. Tak hanya menggali, Wira juga aktif mengajari para Kobold cara menggali lebih efektif dengan teknik-teknik yang ia kuasai.

"Pegang gagang pickaxe lebih rendah dan ayunkan dengan sudut 45 derajat. Ini akan membuat batu lebih mudah pecah," jelas Wira sambil mendemonstrasikan gerakannya.

Para Kobold memperhatikan dengan cermat dan mencoba mengikuti instruksinya. Perlahan, keahlian mereka meningkat, dan pekerjaan menjadi lebih cepat. Di sisi lain, Wira mengajari para Troll cara mengangkut tanah bekas galian agar terasa lebih ringan. Dengan kekuatan tubuh besar mereka, para Troll akhirnya mampu bekerja lebih efisien.

Interaksi itu membuat hubungan mereka semakin erat. Suasana tegang yang biasanya menyelimuti para budak mulai mencair. Mereka mulai melihat Wira bukan hanya sebagai majikan, tetapi juga seorang pemimpin yang peduli.

Berjam-jam mereka terus menggali. Udara panas semakin menyesakkan, membuat mereka sadar bahwa Vena lava sudah dekat. Para penambang mulai diliputi ketakutan akan risiko bencana yang bisa saja terjadi.

Melihat keraguan di mata mereka, Wira menenangkan, "Tenang saja, aku bisa merasakan getaran di tanah. Aku tahu di mana aliran lava itu berada."

Suaranya begitu yakin, membuat para budak merasa heran. Namun meskipun tidak semua budak percaya, mereka memilih untuk mengikuti instruksinya. Kebaikan dan kepemimpinan Wira selama ini menumbuknya kepercayaan mereka padanya.

Tak lama kemudian, seorang Kobold berteriak, "Ada cahaya di balik dinding ini!"

Mata mereka terbelalak melihat kilatan cahaya merah menyala dari celah kecil. Hawa panas menyengat keluar, membuat para Kobold mundur beberapa langkah dengan wajah pucat. Ketakutan akan aliran lava yang akan meluap membuat mereka gemetar.

Namun, Wira tetap tenang. Senyum kecil terukir di wajahnya. Dengan ayunan kuat, pickaxe miliknya menghantam dinding terakhir.

BRAAAK!

Dinding runtuh seketika, menghembuskan gelombang udara panas. Para Kobold menjerit panik, bersiap melarikan diri, tetapi aliran lava yang ditakuti ternyata tidak muncul. Perlahan, mereka membuka mata dan terkejut melihat pemandangan di balik dinding.

Kolam lava yang bercahaya merah membara terhampar di depan mereka. Di sekitarnya, kristal api berkilauan seperti bintang yang terperangkap dalam bebatuan. Wira menyeringai puas.

"Kerja bagus, kawan-kawan! Kita berhasil menemukannya!" serunya sambil mengacungkan jempol.

Senyum lega menyebar di wajah para Kobold dan Troll. Rasa lelah dan tegang sirna, digantikan kegembiraan. Beberapa dari mereka berharap pekerjaan ini tak cepat selesai agar bisa terus mendapatkan makanan dari Wira.

***

Sementara itu, di tengah kegembiraan, sekelompok Kobold yang serakah mulai menyusun rencana jahat. Tatapan licik terpancar dari mata mereka.

"Jika kita mencuri persediaan makanannya, keluarga kita tidak akan kelaparan lagi," bisik salah satu Kobold.

Dengan hati-hati, mereka meninggalkan area tambang dan menyelinap menuju bagian Dungeon yang lebih dalam. Setelah beberapa saat mencari, mereka menemukan sebuah ruangan dengan pintu besar bercahaya samar.

"Itu pasti gudang makanan!" kata seorang Kobold penuh semangat.

Mengira pintu itu akan sulit dibuka, mereka terkejut ketika pintu itu dengan mudah bergeser. Salah satu dari mereka tertawa mengejek, "Manusia itu benar-benar bodoh! Dia pikir kita terlalu takut untuk mencuri makanannya."

"Ahahaha! Dasar manusia bodoh,!" tawa yang lain menyahut.

Namun, tawa mereka mendadak terhenti ketika pintu terbuka lebar. Di dalam ruangan itu, dua sosok yang menyeramkan duduk tenang menatap mereka.

Seekor anjing hitam berkepala dua menggeram pelan, matanya bersinar dengan api biru. Di sampingnya, seekor macan kumbang berwajah manusia, tubuhnya ramping dengan mata biru menyala menatap dingin, wajahnya memancarkan aura predator mematikan.

Para Kobold membeku di tempat, kaki mereka lemas seketika. Tekanan kuat dari dua makhluk itu membuat mereka tidak mampu bergerak.

GROOAAARRR!

Raungan dari anjing berkepala dua membuat nyali mereka runtuh. Satu per satu, para Kobold jatuh pingsan, wajah mereka pucat pasi.

1
Orpmy
Yey, akhirnya chapter 20.

mohon berikan dukungannya
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!