Lu Nana adalah Gadis tomboy yang terkenal di kampusnya.
karena orangnya ceria dan suka mengikuti bermacam kegiatan olah raga dan seni.
Jadi dia memiliki banyak teman.
Tapi ketika temannya mengerjai Jam bekernya dengan mempercepat waktu, jadi dia kira sudah terlambat ke kampus.
Dengan tergesa - gesa dia menyebrang tanpa memperhatikan, akhirnya terjadilah kecelakaan.
Tapi akibat dari itu jiwanya berpindah ke zaman kuno, ketubuh Selir yang di asingkan, kelaparan dan sendirian. selir yang pendiam dan mudah di tindas, karena kecantikannya yang membuat banyak wanita lain Iri. menggunakan trik untuk menjatuhkannya. Dia hanya diam.
Tpi sekarang jangan harap, dia sudah mati saya penggantinya tuk balas dendam.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dewi Harefa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab. 7 Rencana membuat lahan pertanian
Ling Nana memperhatikan area di luar tembok, semuanya di tutupi pohon lebat. Dia tidak bisa melihat dasar tanah di sekitar situ di karenakan terlalu rimbun dedaunan dari pohon - pohon itu.
Dia memiliki rencana suatu waktu akan turun dan masuk ke hutan terlarang tersebut. Tapi, sebelumnya dia harus menyiapkan senjata untuk berjaga - jaga. Karena hutan tidak seperti ibu kota, hutan liar akan selalu di penuhi oleh mahluk- mahluk liar. Jadi, sebelum mati konyol, bukankah lebih baik mempersiapkan senjata terlebih dahulu?
Karena sudah merasa terlalu lama duduk di atas tembok itu, dia kembali turun kedalam istana dingin. Setelah sampai di darat dia mengambil mantelnya dan mengalungkan ke lehernya, dia melanjutkan melihat - lihat sekeliling istana dingin tersebut.
Ketika dia memperhatikan beberpa pohon yang tumbuh di situ ternyata ada beberpa pohon buah musiman, tidak sepanjang tahun berbuah.
"Wah, sepertinya ini pohon kayu manis" ucapnya ketika melihat satu pohon yang ujung daun mudanya berwarna merah.
"kira - kira siapa yang menanam ini ya? ada pohon mangga, atau dia tumbuh dari bijinya ketika seseorang membuang tanpa sengaja. Karena daerah sini cukup dingin di musim semi begini. Tapi mungkin akan sangat dingin ketika musim dingin tiba, harus cari mantel persiapan."
Dia hanya bisa berbicara sendiri sambil memperhatikan lahan yang akan di tanaminya nanti.
"Nyonya, nyonya!" teriak pelayannya ketika sudah berada di luar pintu istana dingin.
"Yan sing, aku ada di belakang" jawab Ling Nana
Tak berapa lama pelayannya itu menghampiri dengan sedikit berlari.
"Ada apa Yan sing? Apakah tubuhmu sudah baikan?"
"Salam nyonya selir, maaf hamba sudah agak baikan nyonya, terima kasih sudah memberi obat dan merawat budak ini nyonya." Jawab pelayannya itu.
"Yan sing, kita sudah dari kecil bersama, dan kini kita di asingkan di tempat ini berdua. Jangan pernah ucapkan bahwa kamu itu budak saya, nanti saya akan kembalikan surat pembebasan budakmu." Ucap Ling Nana tidak senang.
"Jangan nyonya, saya tidak berani, saya akan melayani anda sampai selamanya." Dia langsung bersujud di depan Ling Nana, takut nyonyanya tidak menginginkannya lagi.
"Kalau begitu anggap saja kita sebagai saudara ya." Pinta Ling Nana.
"Tidak bisa nyonya, saya tidak berani. Jika putra mahkota tahu saya bisa di penggal." Dia semakin ketakutan. Siapa yang mau berurusan dengan Putra Mahkota Baili? Sangat menakutkan.
"Ya, jangan sampai dia tahu. Kalau cuma kita berdua saja panggil saja saya sebagai kakamu. Umur kita juga hanya beda setahun, kan?" Ling Nana yang dari dunia modern, tidak biasa dengan panggilan formal seperti itu.
"saya tidak berani nyonya, saya tidak berani." Dia menggelang dan masih bersujud di bawah.
"kalau kamu tidak bisa, minimalnya kamu jangan selalu membungkuk dan bersujud seperti ini ketika bertemu saya, ngerti?"
"baik nyonya" ucapnya yang tak lupa membungkuk sujud. Ling Nana memutar bola matanya, 'baru aja di bilang' gumamnya. Tapi dia sudah tak memperdulikan.
"Yan sing cepat berdiri, mari nanti kita gemburkan tanah yang sebelah sini ya. Nantinya kita akan tanam beberapa sayuran untuk kita makan." Ling Nana mulai membuat rencana kedepan.
"Baik nyonya, tapi memakai alat apa?"
"Nanti saya lihat dulu di gudang, mana tahu ada sesuatu yang bisa kita pakai."
Yan sing cuma mengangguk dan mengikuti langkah nyonyanya dari belakang.
"Oh, hampir lupa. Kita harus mengambil beberapa ranting kering ini, untuk nanti kita masak air membuat teh atau untuk mandi." Ucap Ling Nana sambil mengumpuli ranting - ranting kering yang berjatuhan di bawah pohon yang ada di taman belakang istana dingin tersebut.
Kemudian mereka membawanya ke dapur kecil yang letaknya di samping kastil tersebut. Dan dari dapur itu ada juga pintu untuk keluar masuk ke halaman belakang dan ke dalam kastil istana dingin.
Karena merasa dingin, dia menyuruh pelayannya memasak air dan membuat teh untuknya.
Walaupun teh yang ada di dapur itu teh lama, dia gunakan saja dari pada tidak ada sama sekali. Karena teh ini kalau dalam lingkungan yang dingin sepanjang tahun akan tetap awet seperti di dalam kulkas.
karena hutan terlarang jadi gk ada yang menjelajahinya sehingga nampak menyeramkan