Leana seorang aktris yang baru saja terjun ke dunia hiburan tiba-tiba didorong ke dalam laut. Bukannya mati, Leana justru masuk ke dalam sebuah novel yang di mana ia menjadi tokoh pendukung yang lemah. Tokoh itu juga memiliki nama yang sama dengannya
Leana menjadi salah satu simpanan tokoh utama yang telah beristri. Namun tokoh utama pria hanya menganggap ia sebagai alat pemuas hasrat saja. Dan terlebih lagi, di akhir cerita ia akan mati dengan mengenaskan.
Merasa hidup sudah di ujung tanduk, Leana berusaha mengubah nasib tokohnya agar tidak menjadi wanita simpanan yang bodoh dan tidak mati mengenaskan. Di sisi lain Leana juga harus mencari cara agar keluar dari dunia novel ini.
Akankah Leana mampu melepaskan diri dari tuannya yang terkenal kejam itu? Dan bagaimana caranya agar Leana mampu kembali ke dunia asalnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rembulan Pagi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Penawaran Gila
Menurut pandangan Bastian, Dalton adalah orang yang baik. Tentunya hal ini juga didukung dengan sikap Dalton selama ini. Tetapi di sisi lain Dalton memiliki kepribadian yang buruk, sebuah kepribadian yang tidak layak untuk dicintai. Bukan ingin menghakimi, tetapi bagi Bastian sikap Dalton yang seperti ini tidak layak untuk mendapatkan hal semacam itu.
Hidup bersama Dalton kurang lebih dua puluh tahun menjadi dasar untuk Bastian memikirkan hal ini. Bukan apa, Bastian adalah satu-satunya orang yang mengenal Dalton dengan sangat baik. Bahkan Dalton sendiripun belum bisa mengenalnya dengan baik.
"Jadi demi kebaikan bersama, hilangkan pikiran itu Kak. Sekarang wanita impianmu telah bersamamu, jangan merusak sesuatu lagi," pinta Bastian.
Wajah Bastian kini terlihat lucu di mata Dalton. Anak itu terlihat menyedihkan dengan mata yang terus-menerus menahan agar tidak keluar. Jarang Dalton melihat air mata ini, air mata ketulusan yang belum pernah Dalton dapatkan selama ini.
"Apa gadis itu berharga untukmu?" tanya Dalton.
"Tentu saja! Dia temanku!" jawab Bastian dengan nada keras.
Tentu mudah melakukan hal ini. Tetapi ada rasa penasaran khusus dalam jiwa Dalton mengenai Leana. Meski bibirnya mengatakan iya, tetapi Dalton tahu bahwa dirinya akan terus-menerus mencari tahu tentang gadis itu.
Pada dasarnya, Dalton bingung dengan dirinya sendiri. Ditambah dengan Bastian yang lebih tahu mengenai Dalton membuat semuanya semakin rumit. Tidak ada kata pasti mengenai Leana, yang Dalton tahu untuk saat ini ia bisa mengontrol dirinya perihal gadis itu.
"Kita lihat saja nanti," ucap Dalton.
Keputusan itu masih di ambang keraguan. Bastian tidak bisa melakukan apapun. Yang bisa dilakukannya adalah menunduk dan kembali ke ruangannya. Ruangan yang terlihat mewah dengan banyak koleksi lukisan unik.
Bastian menghela nafas. Anak itu tidak terima dengan semua ini. Rasanya berat untuk dihadapi sendirian.
"Leana yang malang. Bahkan ia tidak ada di sini. Aku penasaran bagaimana Leana palsu itu menjalani kehidupan beratnya," gumam Bastian
Di sisi lain Dalton kembali ke ruangannya. Pria itu bersantai menikmati secangkir kopi buatan istrinya yang cantik itu. Dalton tersenyum memandangi foto pernikahan dirinya dengan Anastasia yang telah dicetak dengan indah itu. Tetapi Dalton sadar bahwa senyum itu adalah senyuman palsu.
Dalam pikirannya sesuatu terus bertanya menggelantungi akal sehatnya, sebenarnya apa yang pria ini inginkan? Harta yang banyak sudah ia miliki. Pendidikan yang bagus juga sudah ia miliki. Semuanya, hal yang kebanyakan diinginkan orang lain sudah ia miliki. Namun rasa itu, rasa senang dan bahagia belum sepenuhnya ia dapatkan.
Memiliki Anastasia bukan jadi petunjuk kepuasannya. Dengan ada istrinya menjadi sesuatu yang mempertanyakannya soal kebahagiaan dan cinta. Bagaimana rasa bahagia yang sebenarnya? Dan bagaimana cinta yang baik itu berjalan? Semua menjadi teka-teki untuknya.
Dan kini, lagi-lagi Anastasia sibuk melakukan sesuatu hingga pulang kemalaman. Waktu sudah menunjukkan tengah malam, istrinya itu baru pulang.
"Kau menungguku?" tanya Anastasia terkejut Dalton belum tidur dan sedang membaca buku.
"Emm, kau sendiri tidak ingat waktu?"
"Pemotretanku jam sembilan selesai. Lalu aku harus membersihkan semuanya hingga jam sepuluh. Kemudian aku pulang dan sampai di sini tengah malam. Lagi pula tempat ini jauh dari kota, butuh waktu lama untuk sampai ke sini," gerutu Anastasia sambil melepaskan mantelnya
"Oh ya aku mau mandi dulu," sambung Anastasia yang langsung masuk ke kamar mandi.
Terdengar suara shower yang dihidupkan Anastasia. Dalton membayangkan aktivitas apa saja yang istrinya ini lakukan. Mulai dari mandi, melakukan perawatan pada diri sendiri, mengeringkan rambutnya, hingga Anastasia keluar dengan aroma yang begitu wangi.
"Kau belum tidur?" tanya Anastasia yang masih menggunakan jubah mandinya.
"Aku belum mengantuk," ucap Dalton.
Anastasia terkekeh. "Tidurlah, besok kau banyak pekerjaan."
"Rencananya aku ingin mengambil cuti dua hari dan membiarkan pekerjaan menumpuk kepada Adaline. Lalu aku ingin mengitari kota menikmati momen bahwa aku telah beristri."
"Dalton tukang flexing," sindir Anastasia.
"Mau ke mana?" tanya Dalton melihat Anastasia yang akan berjalan ke arah wardrobe.
"Berganti pakaian," jawab Anastasia.
"Lakukan saja di sini," pinta Dalton dengan lembut.
"Lalu jika aku melakukannya di sini, apa yang akan kau lakukan?" tanya Anastasia memicing.
"Menahan sesuatu hingga saatnya tiba," jawab Dalton.
"Jika hal itu terlepas malam ini?"
"Bunuh aku."
Jangan pernah memancing Anastasia, wanita ini tidak suka diberi pilihan semacam ini. Jika Dalton melalukan hal ini, maka Anastasia ingin menang. Wanita ini ingin membuat hal gila. Meskipun hal ini menghianati Wen, tetapi jika menyangkut menyingkirkan masalahnya maka akan Anastasia lakukan.
Wanita itu membawa pakaiannya ke hadapan Dalton. Ia sengaja menurunkan jubah mandinya dengan perlahan agar membuat Dalton terangsang. Benar saja, ketika jubah itu dibuka dan menampilkan seluruh tubuh Anastasia membuat milik pria itu berdiri.
Di luar prediksi Dalton, Anastasia tidak langsung memakai pakaiannya. Wanita itu malah duduk di kasur dengan melebarkan kedua kakinya. Terlihat milik Anastasia yang begitu menggoda. Wanita itu memasukkan jari kirinya ke dalam miliknya. Tangan kanannya sengaja meremas-remas dadanya agar memberikan pancingan seksual kepada Dalton.
"Anastasia kau..." Dalton terkejut dengan tingkah wanita di depannya ini. Ia melihat sisi Anastasia yang lain.
"Hentikan, pakailah bajumu dan segera tidur!" perintah Dalton.
Gadis itu menolak dan mempercepat gerakannya hingga membuat nafsu Dalton bergejolak. Pria ini tahu bahwa istrinya sedang memancingnya. Tak tahan, Dalton melepas dirinya begitu saja. Pria itu menarik diri untuk masuk ke dalam Anastasia. Serigala itu kini berubah menjadi lembut di bawah sihir Anastasia.
Dalam hati, Anastasia tertawa. Wanita ini memimpin permainan ini. Melihat Dalton yang tidak berdaya di bawahnya sangat memuaskan. Pria itu seakan tunduk kepadanya. Bukankah hal ini harus diabadikan? Seorang yang sangar menjadi seorang yang tidak berdaya di hadapan seorang wanita yang menjadi incaran sejak lama.
Ingin rasanya saat ini juga Anastasia membunuh Dalton. Tetapi tidak sekarang, ia harus menyakiti Dalton sesakit mungkin seperti yang Wen alami. Anastasia kini tidak peduli dengan apapun lagi kecuali Wen.
"Aku akan pergi Dalton. Aku akan bersama Wen dan akan membuatmu kesakitan karenaku. Tunggu saja," batin Anastasia.
Jalan ceritanya berubah. Kini bukan lagi Adaline yang menjadi pemeran jahat. Namun Anastasia akan menjadi bumerang untuk Dalton. Anastasia akan egois tentang dirinya sendiri dan memanfaatkan Dalton.
"Sudah cukup perlakuanmu selama ini Dalton, kini aku akan menyakitimu!" ucap Anastasia di permainan mereka.
Entah sudah berapa kali mereka melakukannya. Anastasia mulai lelah, ia terbaring di dalam selimut. Dalton memeluknya dengan begitu erat. Sebenarnya Anastasia tahu apa yang Dalton lalukan. Malam itu, ketika Dalton berhubungan intim dengan Leana. Anastasia tahu, dan diam-diam ia pergi ke rumah Wen.
Wanita itu mencintai Wen. Menghibur dirinya dengan pergi bersama Wen. Semuanya, ia lakukan dengan berpura-pura.
"Aku akan membawa pembantu itu bagaimanapun caranya. Mereka berdua harus terjebak dalam laut yang dalam."