Anna tanpa sengaja menghabiskan malam panas dengan mantan suaminya, Liam. Akibat pil pe-rang-sang membuatnya menghabiskan malam bersama dengan Liam setelah satu tahun mereka bercerai. Anna menganggap jika semua hanya kecelakaan saja begitu pula Liam mencoba menganggap hal yang sama.
Tapi, semua itu hilang disaat mendapati fakta jika Anna hamil setelah satu bulan berlalu. Liam sangat yakin jika anak yang dikandung oleh Anna adalah darah dagingnya. Hingga memaksa untuk menanggung jawabi benih tersebut meskipun Anna sendiri enggan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Haasaanaa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 29
Akibat perintah dadakan yang penuh ancaman dari sang Mama terpaksa Liam menghubungi Bi Sarti untuk datang ke Apartemen. Tidak lain tidak bukan adalah untuk menemani Anna, karena Liam tidak tenang meninggalkan Anna seorang diri saja di Apartemen. Selain takut kabur ada juga ketakutan jika terjadi sesuatu yang buruk pada wanita itu.
"Tolong temani Anna, Bi. Pagi nanti siapkan wedang jahe untuknya, mual selalu datang di setiap pagi." Segala macam wejangan Liam lontarkan kepada sang Bibi, ia sibuk memakai jam tangannya.
"Pastikan Anna hanya didalam Apartemen, jangan biarkan dia keluar sekalipun hanya lima menit."
"Baik, Tuan. Saya mengerti.." Bi Sarti menunduk hormat sambil tersenyum, Liam juga merasa sudah tenang ada Bi Sarti yang menjaga Anna selama ia tidak ada.
Tapi, hati Liam belum juga merasa tentram jika tidak melihat keadaan Anna sekali lagi. Langkah kaki Liam melangkah menaiki tangga dengan tatapan mata super datar. Soal Anna tidak pernah sekalipun Liam melawan perkataan hatinya, ia selalu bertindak sesuai naluri hati seperti saat ini.
Dan kini Liam sudah sampai didepan pintu kamar, tangannya meraih knop pintu. Ada sedikit rasa tidak enak hati membuka pintu kamar seorang wanita yang bukanlah siapa-siapa dalam hidupnya. Tapi, Liam menepis segala pikiran itu, ia membuka pintu begitu saja tanpa mengetuknya. Terlihat ditengah cahaya yang hanya berasal dari lampu tidur Anna tengah berbaring dengan memeluk bantal guling.
Merasa belum melihat secara jelas tanpa sengaja langkah kaki Liam masuk lebih dalam, tidak hanya itu tapi juga mendekati Anna. Ingin melihat jelas seperti apa ekspresi wanita itu, apakah sedih atau justru sebaliknya. Setiap mood yang Anna rasakan menurut Liam sangat berpengaruh untuk kebaikan anaknya didalam perut sana.
"Sudah tidur pulas, secepat itu?" Liam melihat kedua kaki Anna yang terus bergerak menandakan jika belum terbiasa dengan suhu AC.
Tangan Liam pelan-pelan meraih remote AC di meja mengatur suhu dingin yang sesuai dengan kebiasaan Anna. Pernah menjadi suami tentu saja Liam sedikit ingat apa kebiasaan dan kenyamanan wanita itu. Melihat Anna sudah kembali tenang barulah Liam menarik selimut menutupi tubuh wanita itu secara perlahan takut terbangun.
Tapi, tangan Liam berhenti disaat di area perut, karna Anna memakai piyama tidur jadinya sedikit terbuka karena posisi menyamping. Liam sangat ingin menyentuhnya, dengan tangan bergetar karna ragu Liam mencoba menyentuhnya sebentar saja. Ingin menyapa anaknya didalam sana, tapi ia urungkan karena takut mungkin saja Anna bisa terbangun.
"Astaga.." Liam terus menggelengkan kepalanya, terus menyalahkan diri juga didalam hati. "Apa yang mau kau lakukan ha? sadarlah, sadar posisi saat ini."
Liam melanjutkan menyelimuti Anna setelahnya berlalu pergi masih dengan langkah perlahan. Ternyata Bi Sarti menunggu didepan pintu kamar, ia tersenyum tadi karena Liam sangat lucu dalam memperhatikan Anna.
"Jaga Anna untukku, Bi. Pastikan dia makan dengan baik, dan juga mengikuti kelas kehamilan." Pesan singkat Liam mendapatkan anggukan mantap dari Bi Sarti, lalu Liam berlalu pergi menuruni tangga.
Bi Sarti menoleh pada Anna yang masih saja tertidur pulas, masih dengan senyuman manisnya yang tidak tertinggal sedikitpun.
"Kenapa tidak balikan saja si? Masih ada rasa cinta pastinya diantara mereka, apa lagi ada dedek bayi.." Bi Sarti salah tingkah sendiri membayangkan setiap perhatian tipis-tipis yang Liam berikan untuk Anna.
~
Mobil Liam melaju dengan kecepatan sedang menyusuri jalan Kota, ia terus memikirkan apa yang telah dibuat Emma. Drama apa yang sedang terjadi hingga malam begini harus merepotkan dirinya. Ponsel Liam juga terus berdering, sang Mama terus menghubungi mungkin takut jika Liam tidak akan datang.
Anehnya Emma katanya kecelakaan hanya saja kenapa alamat yang harus Liam datangi adalah Mansion Utama. Mobil Liam terparkir diarea perkarangan, ia tersenyum sinis karena melihat mobil Emma terparkir manis disamping mobil mahalnya.
"Ck, kecelakaan?" Liam merasa sangat dipermainkan, tapi ia tidak bisa apa-apa dibalik ancaman sang Ibu.
Liam turun dari mobil dengan ekspresi datarnya berjalan dengan penuh kegagahan menuju Mansion. Para pelayan menunduk hormat padanya padahal sudah jelas waktu sudah larut malam, tidak pantas dijam segini masih bekerja.
"Ma.." Liam memanggil disaat sudah sampai diruang tamu, ia menatap kesal kearah Emma yang duduk manis disana.
"Lama sekali, kau habis dari mana?" Tanya Emma penuh kekesalan, ia melempar Liam dengan kulit jeruk. Perlakuan tidak sopan dari Emma tidak membuat Liam marah melainkan tetap diam berdiri menatap wanita itu datar saja.
"Kecelakaan? dari yang aku lihat, kau lebih baik-baik saja saat ini.." Tutur Liam sejujurnya, ia bahkan tidak duduk disamping Emma. Melainkan tetap diam berdiri terus melihat jam tangannya sesekali, terlihat tidak tenang dan tidak nyaman.
"Apa aku harus mengatakan terjadi sesuatu yang buruk padaku dulu baru kau datang?" Tanya Emma balik, ia bangkit dari duduknya hingga kini saling berdiri berhadapan dengan Liam. "Sampai kapan kau terus menghindari aku?!" Kali ini Emma menaikan nada bicaranya lebih tinggi dalam bertanya.
Hal yang sangat tidak Liam sukai adalah diteriaki seperti saat ini, pria itu menyimpan kedua tangannya di kantong celana. Berjalan maju terus menatap tajam Emma yang perlahan mundur, hingga terduduk disofa.
"Dengar, Emma.. hanya Mamaku yang bisa menjadikan aku seperti boneka, kau sama sekali tidak ada hak untuk melakukannya." Ucap Liam penuh ketenangan dengan nada deep voicenya.
"Berhenti bersikap seolah kita adalah pasangan kekasih, aku muak dengan itu!" Liam berbalik badan setelah mengatakannya, tidak mau terbawa emosi terus menghadapi Emma yang selalu saja semena-mena.
Emma sebal sekali, ia terus mengumpat Liam di dalam hati. Tidak pernah ada kamus mudah menyerah dalam kehidupan Emma, ia berjalan cepat menuju Liam yang akan pergi. Tanpa malu Emma memeluk Liam dari belakang meskipun pria itu terus berupaya melepaskan tubuhnya.
"Lepas, Emma!" Liam terus sekuat tenaga melepaskan diri tapi Emma lebih gila dari pada apapun.
"Malam ini kau harus menjadi milikku, Liam. Kita harus menghabiskan malam bersama, kita harus merasakan tubuh satu sama lain malam ini!" Sangat penuh obsesi Emma mengatakannya, sampai terus mengecup belakang tubuh Liam yang mudah ia raih meskipun Liam terus memberontak.
"Emma, lepas! Jangan sampai aku bertindak kasar padamu, lepaskan aku!"
"Bertindak kasar? Hahaha, kebetulan aku suka pergerakan kasar dalam berhubungan, Liam Alexander." Respon tanpa takut itu murni keluar dari mulut Emma sendiri, ia memang sangat menginginkan Liam malam ini.
aaiiss..dn sampai d bab 30 ..gini2 aja jln cerita nya...