Dmyth: Kembalinya Hantu Dari Hutan Terlarang.

Dmyth: Kembalinya Hantu Dari Hutan Terlarang.

Semaraksa

Di balik setiap desiran angin malam, di antara bisikan gelap yang merayap, nama Demit bergaung seperti momok yang tak terhindarkan. Sosok yang muncul entah dari mana, membawa badai kematian yang tak terhentikan. Dia adalah bayangan yang bersembunyi di sudut gelap dunia, pembunuh berdarah dingin yang meninggalkan jejak teror di setiap langkahnya.

Demit tidak memilih korbannya sembarangan. Para pejabat penting, artis ternama, hingga pengusaha paling berpengaruh, semua menjadi targetnya. Dalam setiap pembunuhan yang dilakukan, ada pesan yang ingin disampaikan bahwa dunia ini tidak akan pernah aman bagi yang telah dia targetkan. Seolah-olah dia menantang tatanan dunia, membongkar lapisan perlindungan yang selama ini tak tergoyahkan.

Seperti badai yang datang tiba-tiba, Demit menghancurkan segala yang ada di jalannya. Tidak ada tempat yang aman, tidak ada penjaga yang cukup kuat. Setiap serangan direncanakan dengan cermat, setiap korban dihabisi dengan kejam. Dunia terperangah, menyaksikan bagaimana satu orang bisa menghancurkan begitu banyak kehidupan dalam waktu singkat.

Namun, badai itu tidak berlangsung selamanya. Setelah pembunuhan terakhirnya yang mengguncang dunia, Demit menghilang. Seolah-olah bayangan itu menguap begitu saja, meninggalkan dunia dalam kebingungan dan ketakutan.

Berbagai teori bermunculan. Ada yang percaya bahwa akhirnya keadilan telah menghentikan teror itu, bahwa Demit telah mati di tangan seorang pahlawan yang tidak dikenal. Namun, ada juga yang yakin bahwa hantu itu masih berkeliaran, bersembunyi di antara bayang-bayang, menunggu waktu yang tepat untuk kembali.

Nama Demit kini menjadi legenda. Sebuah kisah tentang bayangan yang membawa kematian, seorang pembunuh yang mengubah wajah dunia dengan darah dan ketakutan. Dunia mungkin telah mencoba melupakannya, tetapi bayang-bayang itu masih ada, mengingatkan bahwa suatu saat, badai itu bisa kembali.

***

Hutan Gunung Semaraksa, sebuah tempat yang lebih mirip neraka tersembunyi di balik rimbunnya pepohonan. Kanopi lebatnya membuat siang tampak seperti senja, menyelimuti segala sesuatu dalam kegelapan yang menyesatkan. Di bawah naungan itu, bahaya selalu mengintai.

Binatang buas bersembunyi di setiap sudut—macan dengan cakar setajam pisau, ular berbisa yang menggantung di dahan, dan serangga mematikan yang bisa membunuh dengan satu gigitan. Tak hanya binatang, tumbuhan di sini pun mematikan. Akar yang menjerat, bunga beracun yang memikat dengan keindahannya, semuanya berkonspirasi untuk membinasakan mereka yang berani masuk.

Tanah Semaraksa sendiri beracun akibat aktivitas vulkanik. Mereka yang selamat dari binatang buas mungkin akan kalah oleh alam yang ganas. Hutan ini dipenuhi bisikan yang tak berwujud, seakan jiwa-jiwa yang tersesat masih berkeliaran di antara pepohonan tua.

Namun, hutan yang berbahaya ini tetap menarik para penantang. Legenda berbicara tentang reruntuhan kuno yang tersembunyi di dalamnya, menyimpan harta dan rahasia masa lalu yang tak ternilai. Meski jarang ada yang kembali untuk menceritakan kisahnya, ketertarikan pada misteri itu tetap kuat.

Basecamp 17, sebuah pos yang terletak jauh di jantung Hutan Semaraksa, kini berdiri sunyi dan terbengkalai. Tempat ini pernah menjadi pos penjagaan terjauh di wilayah berbahaya itu, namun tiga tahun yang lalu, penjaga terakhirnya dilaporkan menghilang tanpa jejak.

Kini, pondok kayu yang kusam dan rapuh itu hanya menjadi saksi bisu yang terlupakan oleh waktu.

Atau setidaknya, begitulah yang terlihat di kulit luarnya.

Pagi itu, keheningan Basecamp 17 pecah. Pintu pondok yang terlihat nyaris hancur perlahan bergeser dengan bunyi berderit. Dari dalamnya, seorang pemuda keluar, tubuhnya disinari lembut oleh matahari pagi yang menerobos kanopi hutan. Lingkaran hitam di bawah matanya dan wajahnya terlihat lelah, mengisyaratkan jika dia kekurangan tidur.

Pemuda itu meregangkan tubuhnya, tulang-tulangnya berbunyi ringan saat ia bergerak. "Ugh... tubuhku terasa remuk. Harusnya aku benar-benar mengurangi waktu bermain game. Berapa bodohnya aku, memilih mengabaikan kesehatan hanya untuk mengejar event permainan online." gumamnya penuh penyesalan.

Jo Wira mengusap wajahnya, mencoba menghilangkan rasa kantuk yang masih menghinggapi. Tubuhnya masih terasa lemas, seakan setiap ototnya menjerit minta istirahat setelah semalaman terjaga.

Di balik lingkaran hitam di matanya, ada penyesalan yang mengendap, penyesalan atas waktu yang terbuang sia-sia saat dia terlalu tenggelam dalam dunia permainan.

Biasanya, Wira bangun lebih awal, bermain dengan anjing kesayangannya, merawat kuda, lalu menikmati sarapan sambil meresapi ketenangan pagi. Namun hari ini, rutinitasnya terganggu oleh sesuatu yang dia anggap sangat bodoh.

Pagi itu, tubuhnya terasa remuk, seolah setiap ototnya memprotes kebiasaannya semalaman bermain game. Wira menghela napas panjang, berusaha mengusir rasa bersalah yang terus menghantuinya.

Tiba-tiba, suara gonggongan keras menyentak keheningan pagi. Seekor anjing berlari mendekat, melompat-lompat dengan semangat yang kontras dengan suasana hati Wira, seolah mengingatkan tuannya yang terlalu sibuk. Wira tersenyum kecil, meskipun matanya masih dipenuhi penyesalan.

“Kintaaaaaa!” serunya sambil menunduk, matanya berkaca-kaca. “Maafkan aku, Kinta... aku terlalu asyik dengan game sampai mengabaikan waktu bermain bersamamu,” ujarnya pelan, memeluk anjingnya erat-erat.

Setelah mengusap wajahnya dan mengusir sedikit rasa malu, Wira berjalan menuju gudang di belakang pondok yang kini sudah diubah menjadi kandang kuda. Begitu pintu terbuka, seekor kuda berbulu coklat kehitaman berdiri tegak, matanya menatap tajam ke arah Wira, seolah tahu ada yang salah.

"Sumba... Maafkan aku," kata Wira dengan suara yang lebih lembut. "Pasti kamu kelaparan, ya? Maaf, aku terlambat mengeluarkanmu tadi."

Sumba hanya menatapnya dengan tatapan yang sulit dimengerti, sementara Kinta yang masih mendekat, tampak menyaksikan kebingungannya. Wira hanya bisa tersenyum canggung, lalu membukakan pintu kandang untuk Sumba.

Setelah kedua hewan itu dikeluarkan, Wira membiarkan Sumba merumput di halaman luas, sementara dirinya menyiapkan sarapan. Ketika makanan sederhana sudah siap, ia duduk di teras pondok, menikmati sarapannya bersama Kinta.

Udara pagi di hutan Semaraksa terasa segar, membawa aroma khas dedaunan basah dan tanah yang baru terkena embun. Namun, di kejauhan, terdengar raungan samar, suara yang menjadi pengingat bahwa bahaya selalu mengintai di tempat ini.

Bagi Wira, suara-suara itu bukan lagi sesuatu yang mencemaskan. Ia telah terbiasa dengan keheningan yang diselingi kengerian, dan memilih mengabaikan ancaman yang tampak jauh. Baginya, pagi ini adalah tentang menikmati momen singkat di mana ketenangan terasa nyata.

Meski banyak yang menyebut hutan Semaraksa sebagai tempat yang menyeramkan, bagi Wira, ada kedamaian yang tak tergantikan di sini—kedamaian yang hanya bisa ditemukan di tempat sejauh ini dari hiruk-pikuk dunia luar.

Namun, ketenangan yang sedang Wira nikmati sedikit terusik ketika telinganya menangkap suara tak biasa. Kepakan sayap yang kacau. Ia mendongak, melihat kawanan burung terbang berhamburan dari dalam hutan, seolah melarikan diri dari sesuatu. Wira mengernyit, matanya menyipit mencoba mencari penyebabnya.

Kinta dan Sumba yang sedang sarapan juga ikut terdiam, mereka juga merasakan sesuatu yang tidak biasa di dalam hutan. "Hmm, ada apa lagi kali ini?" gumamnya, sedikit waspada, tapi tidak cukup khawatir untuk bergerak.

Jauh di dalam hutan, sesuatu memang sedang terjadi. Tanah yang gelap dan lembap mendadak berguncang pelan. Seekor gagak hinggap di atas ranting, matanya menatap tajam ke bawah sebelum terbang dengan pekikan nyaring.

Di bawahnya, sebuah tangan yang membusuk keluar dari tanah, diikuti oleh tubuh yang bergerak kaku. Bukan hanya satu, beberapa tubuh lainnya, yang sebelumnya tergeletak diam, mulai bangkit perlahan. Wajah mereka pucat dengan mata kosong yang memancarkan kehampaan.

Mayat-mayat itu, tanpa suara, tanpa tanda-tanda kehidupan, kini berdiri di antara pepohonan, menatap kosong ke arah luar hutan. Seolah mereka hanya menunggu perintah... atau mungkin, menunggu korbannya.

Ketenangan Semaraksa mulai retak, diawali dengan munculnya sesuatu yang diluar akal sehat.

Terpopuler

Comments

Orpmy

Orpmy

Welcome all

2025-01-03

1

lihat semua
Episodes
1 Semaraksa
2 Sosok Aneh
3 Mundur
4 Demam
5 Goblin
6 Pelatihan Peliharaan
7 Satu-satunya Jawaban
8 Takut akan kehilangan
9 Latihan
10 Meninggalkan Basecamp
11 Beruang Tanah
12 Kesalahan Kecil
13 Kristal Monster
14 Golem
15 Berkembang dalam Pertarungan
16 Goa Tambang
17 Dungeon
18 Hirarki Dungeon
19 Orc King
20 Penjaga Terakhir
21 Ogre Dua Kepala
22 22. Item Drop
23 Layar Status
24 Perdagangan yang Menguntungkan
25 Dua Sosok Menyeramkan
26 Mempelajari Dasar Sihir
27 Badai yang Mereda
28 Berjualan
29 Pelatihan
30 Sarang Harpy
31 Harpy
32 32. World of Terror
33 Penaklukan
34 Rencana Masa Depan
35 Jamur Raksasa
36 Peningkatan
37 ROSO
38 Akhir dari Teror
39 Para Hyena
40 Pemuda Aneh
41 Kompensasi
42 Puncak Gunung
43 Naga Es
44 Transformasi
45 Wanita di Telepon
46 Meninggalkan Puncak Gunung
47 Statistik terbaru
48 Pelajaran Penting
49 Asisten Dungeon
50 Mengganti tipe Dungeon
51 Seorang Koki
52 Fallen Queen, Irena
53 Aroma Sedap
54 Chefulfu
55 Sistem Upeti
56 Pasukan Penaklukan
57 Pasukan Penaklukan 2
58 Lich
59 Hadiah Bonus
60 Logam Ajaib
61 World Class Item
62 Benih Titipan
63 Turun Gunung
64 Jalan menuju Desa
65 Geng Lentik
66 Desa Sikilsemar
67 Hadiah dari Keponakan
68 Ending arc 1 Semaraksa
69 Perpisahan
70 Pembegalan
71 Rumah
72 Sepupu
73 Bunga Es
74 Kill Him NOW!
75 Pembersihan Parasite
76 Tur guide
77 Tour Guide
Episodes

Updated 77 Episodes

1
Semaraksa
2
Sosok Aneh
3
Mundur
4
Demam
5
Goblin
6
Pelatihan Peliharaan
7
Satu-satunya Jawaban
8
Takut akan kehilangan
9
Latihan
10
Meninggalkan Basecamp
11
Beruang Tanah
12
Kesalahan Kecil
13
Kristal Monster
14
Golem
15
Berkembang dalam Pertarungan
16
Goa Tambang
17
Dungeon
18
Hirarki Dungeon
19
Orc King
20
Penjaga Terakhir
21
Ogre Dua Kepala
22
22. Item Drop
23
Layar Status
24
Perdagangan yang Menguntungkan
25
Dua Sosok Menyeramkan
26
Mempelajari Dasar Sihir
27
Badai yang Mereda
28
Berjualan
29
Pelatihan
30
Sarang Harpy
31
Harpy
32
32. World of Terror
33
Penaklukan
34
Rencana Masa Depan
35
Jamur Raksasa
36
Peningkatan
37
ROSO
38
Akhir dari Teror
39
Para Hyena
40
Pemuda Aneh
41
Kompensasi
42
Puncak Gunung
43
Naga Es
44
Transformasi
45
Wanita di Telepon
46
Meninggalkan Puncak Gunung
47
Statistik terbaru
48
Pelajaran Penting
49
Asisten Dungeon
50
Mengganti tipe Dungeon
51
Seorang Koki
52
Fallen Queen, Irena
53
Aroma Sedap
54
Chefulfu
55
Sistem Upeti
56
Pasukan Penaklukan
57
Pasukan Penaklukan 2
58
Lich
59
Hadiah Bonus
60
Logam Ajaib
61
World Class Item
62
Benih Titipan
63
Turun Gunung
64
Jalan menuju Desa
65
Geng Lentik
66
Desa Sikilsemar
67
Hadiah dari Keponakan
68
Ending arc 1 Semaraksa
69
Perpisahan
70
Pembegalan
71
Rumah
72
Sepupu
73
Bunga Es
74
Kill Him NOW!
75
Pembersihan Parasite
76
Tur guide
77
Tour Guide

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!