Bianca Adlova yang ingin hidup tenang tanpa ada kemunafikan.
Dia gadis cantik paripurna dengan harta yang berlimpah,namun hal itu tidak menjamin kebahagiaannya. Dia berpura-pura menjadi gadis cupu hanya ingin mendapatkan teman sejati. Tapi siapa sangka ternyata teman sejatinya itu adalah tunangannya sendiri yang dirinya tidak tau wajahnya.
Lalu bagaimana Bianca akan terus menyembunyikan identitas aslinya dari teman sekolahnya? Apakah dia akan kehilangan lagi seseorang yang berharga dalam hidupnya? ikuti kisahnya disini.
Selamat membaca🥰🥰
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Alkeysaizz 1234, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kejutan
"Seiring berjalannya waktu, kesuksesan Tuan dan Nyonya terwujud,tapi kalian melupakan sosok yang selalu menunggu kalian pulang ke rumah. Nona sering bertanya bahkan saya merasa bingung harus memberi alasan apa lagi saat pertanyaan yang sama nona lontarkan." jeda Rubi menarik nafasnya perlahan.
"Hanya sedikit waktu yang Nyonya dan Tuan berikan untuk Nona. Waktu yang merubah sikapnya,Nona perlahan berubah dingin dan tak banyak bicara. Nona sering menghabiskan waktu di dalam kamarnya . Dia sama terluka seperti halnya Tuan dan Nyonya, hingga saat nona masuk ke sekolah barunya. Sikap Nona perlahan berubah,dia kembali menjadi gadis yang hangat dan ceria. Bahkan sering banyak bicara bersama kami para pelayannya."
"Benarkah?" Rubi pun mengangguk.
"Saya tidak berhak ikut campur urusan keluarga Nyonya. Tapi ..saya mohon untuk tidak menjauhkan Nona Bianca dari Jojo."
Laura kembali merenung saat mendengar nama itu." Jojo..."lirihnya pelan.
"Iya..Jojo nyonya...! Hidup Nona Bianca berubah setelah bertemu Jojo. Jojo lah yang sudah memberi energi positif untuk Nona. Nona sering tertawa lepas saat bersama anak itu.." jeda Rubi tersenyum saat mengingat itu. "Kata nona..Jojo seperti tempat kedua bagi dirinya yang dapat memberi kehangatan dan juga rasa nyaman sebuah keluarga."
Laura terdiam seribu bahasa , kedua matanya perlahan menggenang kan air mata yang tak bisa lagi ia tahan. Laura merasa dirinya sudah menjadi ibu yang gagal bagi putri satu-satunya. Betapa ia tak tau bagaimana perasaan putrinya selama ini! Dia sibuk bekerja untuk masa depan Bianca dan lupa dengan semua keinginan nya. Laura lupa jika semua materi yang ia berikan tak sebanding dengan waktu yang sudah terbuang untuk putrinya Bianca.
Laura perlahan menangis di balkon tersebut, hatinya terasa hancur,bahkan sangat hancur saat mendengar penuturan dari Rubi.
*****
Ting..
Terdengar satu pesan yang masuk ke dalam ponsel nya. Bianca perlahan membuka selimut yang menutupi seluruh tubuhnya dan mengambil ponsel yang tergeletak di nakas.
"Elo gak lagi nangis kan' Cupu?!"
Jojo menanyakan hal itu lewat pesan yang ia kirimkan. Bianca langsung memeluk bantal gulingnya kembali sambil menatap layar ponselnya.
Jojo menatap pesan nya yang terbaca, bahkan tanda jika saat ini si cupu tengah online. Jojo pun mengirim pesan kembali yang langsung gadis itu terima.
"Coba deh elo keluar kamar sebentar.."
Bianca menghentikan tangisannya,dan langsung membalas pesan tersebut.
"Ngapain?!"
Jojo kembali tersenyum dan membalas cepat.
"Udah jangan banyak protes!!"
tegasnya mampu menarik ujung bibir Bianca ke arah samping, gadis itu tersenyum meski suasana hatinya begitu buruk.
"Ya udah gue ke balkon sekarang!!" balas Bianca lagi.
Meskipun berat,langkah Bianca tetap mengayun berjalan ke arah Balkon. Lalu duduk di pagar pembatas yang ada di sana. Satu pesan kembali masuk yang langsung Bianca baca.
"Coba elo lihat ke arah langit?" wajah Bianca pun mendongkak dan..
Siutt..
Boom...
Terjadi ledakan kembang api di atas awan. Bianca terkejut begitu juga Rubi dan Laura yang berada di balkon yang berbeda.
Kedua bola mata Bianca kembali berkaca-kaca, menggenang kan air mata saat melihat ucapan ulang tahun di atas awan yang menghitam.
"Jojo...." lirih Bianca kembali menangis,merasakan bahagia sekaligus terharu menjadi satu. Disaat semua orang melupakan hari kelahirannya. Jojo justru memberi kejutan terbaik seumur dalam hidupnya.
Laura terperangah tak percaya,lalu menatap ke arah Rubi yang nampak tersenyum ke arahnya.
"Bagaimana bisa aku melupakannya Rubi..?" lirih Laura semakin merasa bersalah karena lupa ulang tahun Bianca.
"Itulah Jojo nyonya..dia lebih memahami Nona di bandingkan kita ..."
Laura perlahan menatap ke depan gerbang rumahnya. Memperhatikan penampilan Jojo yang begitu Familiar baginya.
Terlihat Bianca yang langsung berlari keluar,menemui Jojo dan langsung memeluknya erat.
"Makasih Jojo...." lirih Bianca merasa sangat bahagia saat mendapat sentuhan hangat di kepalanya.
"Cengeng Lo! masa sama beginian aja elo langsung nangis?" godanya.
"Ishh .. nyebelin Lo!!" seru Bianca yang langsung menjauhkan diri.
Jojo hanya tertawa lalu memberikan sebuah kotak kecil ke arahnya.
"Beneran ini buat gue?" Jojo hanya mengangguk sambil tersenyum jahil.
Kotak langsung Bianca buka begitu antusias dan seketika ia pun menjerit..
"Aargghh.... "
"Jojo.....!!! Sialan lo yaa ...!!"
Jojo kembali terbahak saat satu kodok besar dapat mengejutkan Bianca. Gadis itu berlari mengejar Jojo yang terus saja menghindar.
Rafael menatap keluar dengan sorot mata begitu tajam. Memperhatikan penampilan Jojo yang bagai preman. Tapi satu yang membuat ia terkejut, menatap gelang keluarga yang ia pakai. Sama persis seperti yang di pakai Vian.
"Mungkinkah...."
*****
Malam itu Rafael membiarkan putrinya bersama orang tersebut, dirinya juga merasa bersalah karena melupakan hari penting putrinya.
"Aku menyesal karena terlalu egois terhadap putriku sendiri," Lirihnya pelan.
"Tak apa. Kita perbaiki lagi dari awal." Sahut Laura memberi ketenangan.
"Apa kau tau siapa anak yang sedang bersamanya?!"
"Anak itu bernama Jojo. Dia satu kelas dengan Bianca. Anak itu memiliki bengkel sendiri dan selebihnya aku tidak tau." Rafael menatap Laura tak mengerti.
"Maksudmu tidak ada informasi lagi tentang anak itu?" Laura pun mengangguk.
"Iya! Identitas nya tersembunyi dan sangat sulit orang kita lacak. Kita tidak tau siapa ibunya ataupun Ayahnya?"
"Aneh ?"gumam Rafael merenung.
"Apa kita akan menyuruh Bianca untuk masuk kedalam rumah sekarang?"
"Tidak usah!" jawab Rafael merendah. "Biarkan dia bahagia dihari ulang tahunnya." lanjutnya lagi berkata begitu sedih.
Laura kembali memeluk Rafael dari samping lalu mengecup pipinya lembut.
"Aku pun merasa bersalahnya seperti dirimu Rafael. Mungkin ada beberapa hal yang harus kita perbaiki disini.."
"Maksudmu?"
Laura tersenyum dan kembali mengecup bibir Rafael sekilas.
"Aku ingin lebih banyak menghabiskan waktu bersama putri kita. Jadi,bisakah kita mengatur jadwal yang sudah kita buat sebelumnya?!"
Rafael menarik nafasnya berat,lalu mengangguk pelan. "Baiklah jika itu keputusanmu,akan aku usahakan!"
"Terima kasih sayang!" Lirih Laura bahagia semakin mengeratkan pelukan.
Di sisi lain.
Bianca dan Jojo kini tengah duduk di taman, keadaan sudah semakin sepi dan mereka merasa nyaman berada disana.
"Selamat ulang tahun cupu! Sorry,gue telat ngucapinnya."
"Curang lo!! jadi elo tadi bohong pas bilang bokap lo telpon?!" Jojo tersenyum sambil mengangguk.
"Kalau gue gak bohong ,gue gak bisa siapin semua ini dengan cepat. "
"Kenapa gak bilang sama gue sih.."
"Kalau gue bilang sama lo, bukan kejutan namanya dodol!!" ujarnya sambil mengacak-acak rambut Bianca asal.
Bianca pun tersenyum kecil. "Makasih ya Jo, elo udah bikin gue bahagia hari ini.."lirihnya.
keduanya kembali menarik nafas dalam lalu saling menoleh. Debaran di hati mereka kembali terjadi, Jojo nampak menelan ludahnya kasar merasa keadaan begitu canggung saat ini.
"Oh iya..ini ada titipan dari Remon." Ambilnya pada satu kotak ukuran cukup besar yang langsungdi serahkan ke arah Bianca.
"Remon? dia juga tau? " Jojo pun mengangguk lagi.
"Di buka dong! biar kita sama-sama lihat isinya."
Bianca tersenyum lalu perlahan membuka kotak itu dengan hati-hati. Tertera ada kata ucapan ulang tahun dari Remon lalu sebuah album kecil membuat kening keduanya mengkerut.
"Album apaan ini?" gumam Bianca heran.
Ia pun perlahan membuka satu persatu tiap lembar halaman yang di isi potret dirinya dengan Jojo. Remon mengabadikan setiap moment mereka. Saat pertama mereka bertemu,lalu bertengkar,ketika sedih ,tawa, jengkel semua ada di dalamnya.
"Ini....." lirih Bianca tersenyum bahagia.
"Si Remon ternyata menyimpan banyak foto kita. Apa gak ada kerjaan lain lagi tuh anak?!" celetuk Jojo.
" Ish.. elo ya..!" senggol Bianca pada bahu Jojo yang terdengar tertawa. " Hadiah ini berharga banget bagi gue! ini harta karun termahal yang gue punya."lanjutnya dengan mata berbinar.
"Ya udah..Kalau gitu sekarang waktunya elo balik ke rumah dan tidur!" tegas Jojo menarik tangan Bianca untuk berdiri.
"Bentar lagi lah Jo...please.." mohonnya sedikit merajuk.
"Gak bisa cupu! Gue gak mau kalau elo sampe sakit dan kena marah lagi bokap nyokap lo!!" Hembusan nafas Bianca kembali terdengar kasar, ia pun berjalan cepat begitu kesal melewati Jojo.
"Ni anak kenapa lagi sih! perasaan dari tadi pagi marah marah mulu!?"
Jojo pun mengejarnya dan menarik tangan Bianca dari arah belakang.
"Kenapa lagi sih' cup? Elo marah sama gue?"
"Enggak! ya udah ayo kita balik! elo gak mau kan kalau gue sampai sakit dan di marahi sama bonyok gue!"
Bianca langsung pergi setelah mengatakan semua itu. Ia pun sadar jika waktu kini kian larut, meskipun berat hati,dia tetap akan pulang dan menuruti perkataan Jojo.
"Cup..." panggil Jojo.
"Cupu..." panggilannya lagi yang tak di sahuti oleh gadis itu. Dia terus berjalan cepat meninggalkan Jojo jauh di belakang. Hal itu berhasil membuat Jojo menggeram dan merasa gemas saat melihatnya.
Satu pelukan hangat menghentikan langkah Bianca. Degup jantungnya kembali memompa cepat,bahkan terasa panas di seluruh tubuhnya. Jojo membalikkan badan Bianca hingga menghadap ke arahnya. Gadis itu merunduk dengan wajah di tekuk begitu kusut. Jojo benar-benar tak bisa menahannya lagi. Ia langsung menarik pinggang Bianca dan melabuhkan ciuman di bibir merah ceri nya. Jojo begitu menikmati ciuman itu,terasa manis dan juga candu.
Bianca mendorong tubuh Jojo kasar lalu menatapnya tajam.
"Apa begitu caranya berciuman?!"Seru Bianca tak suka.
"Hah.." cengo Jojo mencerna apa yang Bianca katakan.
"Ciuman lo begitu amatir!" lanjut Bianca membuat jakun Jojo naik turun.
"Gue akan ajarin lo..gimana caranya ciuman yang benar!!"
Bianca menarik tangan Jojo hingga terduduk,lalu ia duduk di pangkuannya dan meraup bibir Jojo lembut. Entah harus merasa bahagia atau terkejut,yang jelas ciuman Bianca begitu liar saat ini. Dia lebih mendominasi membuat Jojo kewalahan.
Setelah puas,Bianca langsung berdiri dan meraup udara sangat banyak.
"Gue pulang sendiri! jangan ikuti gue!" kata Bianca ketus bercampur gugup dan segera lari meninggalkan Jojo dengan semua keterkejutannya.
"Si cupu ...dia..." Jojo perlahan tersenyum sambil sesekali menggigit bibir bawahnya. Dia berteriak kencang melepaskan semua isi hatinya sambil tertawa bahagia. Wajah Bianca terasa memerah dan panas saat mendengar teriakan Jojo menyebutkan namanya. Dia segera masuk kedalam gerbang dan memasuki rumahnya.
Rafael dan Laura saling menatap,saat Bianca berlari begitu cepat dan masuk ke dalam kamarnya.
Gadis itu langsung bersembunyi di balik selimut, mendengarkan degup jantungnya yang berdetak kencang.
"Apa yang udah elo lakuin Bianca?! bisa-bisanya elo..." Bianca tak melanjutkan perkataannya.Wajahnya terlanjur memerah karena malu begitu sangat.
"Gimana gue ketemu Jojo besok!! Gue malu....sumpah...!!" rengeknya sendiri di dalam kamar sambil menghentakkan kakinya di atas kasur.
hapoy Reading semuanya 🥰🥰🤗