"Untuk hidupku sendiri, akan ku lakukan apapun yang bisa dilakukan, agar dapat bertahan hidup di dunia Aneh ini." ( Athena / Phoenix)
*****
'Phoenix'. Sebuah nama samaran dari seorang pensiunan yang bekerja sebagai psikolog kriminal.
Ia telah lama bekerja sama dengan para penyelidik di kepolisian untuk mengungkap banyak pelaku kejahatan. Banyak penghargaan serta mendali emas yang ia dapatkan dari hasil kerja kerasnya.
Namun, hal itu tidak menyebabkan semua orang senang dengan kemampuan prediksinya. Terutama para penjahat yang telah di tangkapnya.
Pada akhirnya, Phoenix harus pasrah menerima kematiannya di tangan salah satu penjahat yang sempat ia tangkap.
Tapi..... Benarkah Phoenix benar-benar mati?
Atau takdir malah memberikan kesempatan kedua padanya untuk hidup di dimensi lain?
Simak kisahnya dalam cerita ini.
😌😌😌
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon auroraserenity, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAN 24. Mengalahkan buaya mutan.
Mendengar titah dari sang kapten, semua tentara tersadar dari kelinglungan nya. Mereka mulai membombardir buaya itu, sementara salah satunya berusaha menarik tentara yang menjadi korban keganasan buaya.
Athena belum mau ikut bertarung, melihat para tentara masih dapat menghandle buaya itu, namun ternyata buaya ini masihlah memiliki kemampuan air.
"Kenapa kau tidak bilang bila buaya mutan itu masih memiliki kemampuan air?" tanya Athena kepada sistem, sambil membersihkan pakaiannya yang terkena cipratan air.
[ Nona tidak bertanya. ]
"Heh, apakah harus menunggu aku untuk bertanya, baru kau akan memberitahu ku?" tanya Athena kesal.
[ Tidak juga. Saya mengaku saya salah tidak memberitahukan informasi ini kepada nona. Saya lupa. ]
[ Tolong jangan marah nona, sistem juga terkadang bisa melakukan kesalahan. ]
"Ya ya ya. aku maafkan." balas Athena dengan nada malas.
Gadis itu kembali fokus pada pertempuran yang berlangsung di hadapannya.
"Sial, apakah kulit buaya itu terbuat dari baja? Mengapa tidak ada satu pun perluru ku yang melukainya?" ucap seseorang menggerutu.
"Hewan itu sudah berubah menjadi mutan, tentu saja harus ada perubahan yang terjadi pada fisik nya." jawab rekan yang berada dekat dengannya.
"Tapi ini sungguh menyebalkan! Jika seperti ini, percuma aku menembak. Hanya membuang-buang amunisi." balas orang itu, tak berdaya.
Ia menyerah untuk menembaki buaya mutan yang sulit di lukai. Namun mendadak, seorang gadis berdiri di sampingnya.
"Bisakah kau menargetkan mata buaya itu, dan menembaknya dengan tepat sasaran?" tanya Athena.
Tentara itu tersentak kaget. Dia tahu bahwa gadis ini adalah adik dari kaptennya. Tapi, mengapa gadis ini ada di sini?
"Nona, tolong kembali ke kendaraan anda. Disini sangat berbahaya." ujar sang tentara gugup.
Dia sudah pernah melihat gadis cantik, namun untuk berbicara secara langsung seperti ini, dia berubah menjadi gugup.
"Lupakan soal bahaya. Apakah kau bisa melakukan apa yang baru saja aku katakan?" tanya Athena kembali acuh.
"Ah, maksud anda menembak kedua mata buaya itu?" tanya sang tentara, kemudian mengalihkan pandangannya pada hewan mutan yang membuatnya kesal.
"Akan saya coba." lanjut tentara itu berbicara, lalu segera membidik salah satu mata buaya itu.
DOR
RAWRRR....
Sebagai salah satu penembak jitu yang terbaik di kemiliteran, tentara itu berhasil menembak salah satu mata buaya mutan hingga membuat sang buaya marah.
Buaya itu menyerang dengan membabi buta, tanpa memperhatikan arah serangan.
"Bagus." ucap Athena memuji.
Pipi pria itu langsung memerah mendapat pujian dari sang gadis dan itu membuatnya semakin bersemangat untuk menyerang.
"Sekarang tembak mata buaya yang lainnya. Buat buaya itu buta dan tidak dapat melihat." ujar Athena memerintah.
"Baik!" jawab sang penembak jitu itu.
Tanpa di duga, perbincangan singkat itu di perhatikan oleh Reagan yang telah mengeluarkan aura permusuhan yang kuat.
Sementara itu, sang penembak jitu yang mendapat tatapan tajam dari bos-nya mendadak merinding.
Setelah berhasil membutakan kedua mata sang buaya mutan, kepalanya menoleh ke kiri dan ke kanan. Mencari asal aura yang menusuknya.
Setelah beberapa saat, dia melihat tatapan tajam sang kapten yang tertuju ke arahnya.
Ia tidak mengerti salahnya dimana, sehingga harus mendapatkan tatapan tajam seperti itu. Namun ia hanya bisa tertunduk lesu, menunggu hukuman datang kepadanya.
Reagan yang dalam suasana hati buruk mendatangi Athena dan menyeretnya untuk keluar dari barisan.
"Hei, apa yang kau lakukan? Lepaskan tangan ku!" ujar Athena marah, sambil menyentak tangannya yang di genggam sang kakak.
"Mengapa kau menyeret ku kemari? Pertempuran masih belum selesai!" ujar Athena marah.
"Aku hanya tidak ingin kamu terluka. Di sana sangat berbahaya." jawab Reagan berbohong.
Tentu alasan ia membawa Athena ke tempat itu adalah agar gadis itu tidak berdekatan lagi dengan pria lain.
"Dimana di dunia ini ada tempat yang aman? Bahkan pangkalan yang didirikan pun belum tentu selalu aman." balas Athena memutar bola matanya malas.
"Sudahkah, aku malas berurusan dengan pria aneh seperti mu. Dari pada terus berada disini, lebih baik kau ikut bertarung dengan anak buah mu." ujar Athena, lalu berbalik menuju arah pertempuran.
"Hmm, sepertinya sudah waktunya bagi ku untuk pamer. Sangat tidak nyaman untuk terus selalu dilindungi. Aku tidak bisa bergerak dengan bebas." ucap Athena dalam hati.
Athena yang tiba di lokasi pertempuran langsung membentuk beberapa jarum es dan melemparkannya pada buaya mutan tersebut.
Saat jarum mengenai kulit buaya, es mulai menyebar membekukan kulit sang buaya. Membuat pergerakan hewan itu melambat.
"Ini berhasil." gumam Athena tersenyum tipis.
"Lalu, bagaimana dengan serangan ini?" lanjut gadis itu bertanya pada dirinya sendiri.
Athena kini menargetkan kepala buaya. Jarum es nya terus menerus melesat ke arah yang sama.
Sayangnya, meski sang buaya telah buta, itu tidak menghentikan hewan itu untuk menghindari serangan-serangan kuat.
"Buaya yang pintar." ucap Athena berkomentar.
"Instingnya untuk bertahan hidup sungguh luar biasa. Sayangnya, dia memilih lawan yang salah." gumam gadis itu sambil menyeringai.
Setelah melihat jarum es-nya hanya berguna untuk perlambatan, gadis itu mengganti strategi.
Kini, ia mencoba membentuk cambuk duri es dari kemampuan nya dan menyerang dari jarak dekat.
Sambil menghindari serangan ekor, juga semprotan air, Athena terus mencambuk kulit buaya secara terus menerus.
Beruntung, kemampuan es nya mampu melawan kerasnya kulit buaya hingga meninggalkan luka pada sekujur tubuh sang hewan mutan.
Air yang di lontarkan sang buaya juga tidak berguna di hadapan kemampuan super Athena yang dapat membekukannya menjadi es.
Para tentara tidak tinggal diam.Melihat sang buaya telah melemah, dan hampir tidak bisa melawan lagi, mereka tidak segan-segan untuk mengeluarkan segenap kemampuan yang ada.
Berbagai macam elemen membombardir sang buaya mutan hingga hewan itu kesulitan untuk menghindar.
Kehilangan pengelihatannya sungguh membuat sang buaya mutan tidak berdaya. Ia merasa menyesal telah menargetkan tim yang salah sebagai makanan.
Pada akhirnya, gadis itu juga segera mengubah cambuk menjadi belati dan langsung menancapkannya pada kepala buaya sampai sang hewan tidak bergerak lagi.
"Apakah kita berhasil membunuh hewan mutan itu?" tanya seorang tentara, merasa tidak percaya.
Ini adalah pertarungan intens ke 2 nya, setelah melawan pasukan zombie yang mengepung timnya.
"Seperti yang kau lihat. Kita berhasil mengalahkan buaya mutan tersebut." ucap salah satu rekannya.
Semua orang terduduk di tanah karena kelelahan, terkecuali Athena dan Reagan yang masih dalam keadaan yang fit.
"Kau benar-benar menyembunyikan kemampuan mu dengan apik." ucap Reagan, kembali mendekati Athena.
"Aku tidak pernah berpikir untuk menyembunyikan kemampuan es ku. Jika ya, aku tidak akan pernah menunjukannya dan menggunakan nya sekarang." jawab Athena santai.
"Lagipula, para zombie masih lemah untuk ku menggunakan kemampuan itu. Jadi dari pada membuang-buang energi, lebih baik aku menggunakan zombie-zombie tier rendah untuk melatih ilmu bela diri ku. Itu cukup membantu ku untuk beradaptasi di hari kiamat ini." ucap Athena sedikit menjelaskan.
"Lalu, bagaimana dengan tuan muda? Anda sama sekali tidak membantu saat kami bertarung dengan buaya mutan itu." lanjut Athena bertanya.
"Karena saya merasa itu sudah tidak perlu. Kekuatan anda dan yang lainnya sudah cukup mengalahkan hewan buaya mutan itu. Bahkan saya kira, kamu bisa mengalahkannya sendiri tanpa bantuan siapapun" jawab Reagan.
"Haha, tuan muda pasti bercanda. Bahkan jika kemampuan es ku cukup kuat untuk mengalahkan buaya tersebut, itu tidak berarti aku dapat mengalahkan nya dengan mudah." balas Athena sedikit canggung.
Dia cukup ceroboh karena menggunakan kemampuan penuh untuk melawan hewan mutan tersebut.
Tapi nasi telah menjadi bubur. Apa yang baru saja ia tunjukan tidak bisa dirinya ubah. Toh, sudah niatnya sedari awal untuk pamer. Jadi tidak ada gunanya menyesal.
"Nona, saya tidak tahu anda memiliki kemampuan yang sangat kuat." ucap Daniel, mengganggu obrolan 2 saudara.
Tapi Athena tidak keberatan. Gadis tersebut malah bersyukur karena ia bisa terbebas dari kecanggungan.
"Aku sengaja tidak menunjukkan nya sejak awal, sebab ingin melatih ilmu bela diri ku." balas Athena santai.
"Bukankah aku sudah mengajari mu cara untuk meningkatkan level kemampuan mu?" tanya sang gadis acuh.
"Kamu mengetahui cara meningkatkan level kekuatan super?" tanya Reagan tiba-tiba.
"Ya, dan bila kau ingin tahu, tanyakan saja pada kapten Daniel." jawab Athena acuh.
.
.
.
TO BE CONTINUE.
semangat Thor up nya 🤗🤗
semangat Thor up nya 🤗🤗
semangat Thor up nya 🤗🤗
semangat Thor up nya 🤗🤗