Mengkisahkan seorang wanita yang menikah dengan seorang laki-laki buta karena perjodohan, ia harus menjalani hidup berumah tangga dengan laki-laki buta yang tempramen dan menyebalkan bagi nya.
penilaian laki-laki itu tentang diri nya yang di anggap hanya menginginkan harta nya, membuat ia berkomitmen membuktikan kalau ia gadis baik-baik.
Akan kah ia bisa menaklukan hati laki-laki itu?. Yuk Simak cerita nya. semoga suka ya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Shanti san, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 20
Setelah Bagas pergi, Naira kembali ke toko untuk menjalankan kembali usaha nya yang lama tutup. Meski ini hanya toko kecil dan tidak memiliki karyawan, tapi Naira begitu senang bisa membuka nya, anak-anak pun sangat suka datang karena barang-barang Naira yang harga nya murah dan terjangkau.
"Mbak, Mau beli mainan." Ucap Seseorang.
"Iya..." Jawab Naira, namun perlahan ia tertawa saat melihat siapa yang ada di hadapan nya saat ini.
Yes, itu kedua sahabat nya. "Hallo sayang." Sapa Erika dan tertawa bersama Nana.
"Astga, aku kira kalian akan datang besok." Ucap Naira.
"Nama nya juga kejutan, jarang-jarang kan kita bisa berkumpul lagi, mana mau kita sia-siain." Kata Nana.
Ketiga wanita itu pun duduk bersantai di toko Milik Naira sembari membantu Naira membersihkan toko.
"Nai, kamu gak tanya kemana Bagas pergi?." Tanya Nana.
"Aku udah tanya, Tapi gak di jawab, lagian aku percaya pada nya." Kata Naira.
"Kita tu kadang heran sama kamu Nai, habis putus dari Elang, kau begitu cepat berpindah hati pada Bagas, padahal dia memperlakukan mu sangat buruk." Ucap Erika.
"Tapi Bagas tak menghianati ku seperti Elang, aku memang belum mencintai nya, tapi aku udah terima dia sebagai suami ku." Ucap Naira.
"Nai, Nai, kurang apa sih kamu, seharus nya Bagas bersyukur punya istri seperti mu, ini malah bersikap dingin terus." Kata Erika.
"Tapi, Mungkin gak sih, dia begitu karena dia gak pede." kata Nana.
"Entah lah, Tapi aku tahu dia baik, meski dia sikap nya nyebelin." Kata Naira.
"Cie, yang udah mulai ada rasa-rasa." Kata Erika mengoda Naira. Naira pun tertawa kecil mendengar nya.
•••
Di tengah obrolan mereka.
Vika tiba-tiba muncul di tempat kerja Naira. Ia tersenyum sinis saat melihat toko Naira yang masih tidak ada perubahan. kedatangan Vika sontak membuat Erika dan Nana memutar bola mata malas nya.
Naira mencoba untuk bersikap biasa aja dengan Vika, ia juga tak mau terlalu membenci dan menunjukkan ketidak sukaan pada Vika, meski sebenarnya di dalam lubuk hati nya yang terdalam, Vika dan Ibu nya itu seperti hama Bagi Naira selama ini.
"Vika, ada apa?." Tanya Naira.
"Engak, hanya mau datang ketemu Kak Naira saja, Kakak setelah menikah masih sama saja ya." Ucap Vika. Naira mengerut kening nya dengan heran tak mengerti.
"Maksud mu?."
"Toko kakak masih kecil saja, Kak Bagas bukan kah banyak uang, dia gak kasi kakak uang untuk membesarkan toko?." Tanya Vika.
Naira yang tahu Vika datang hanya untuk menyindir pun kini malas meladeni nya dan kembali membersihkan barang-barang nya.
"Maaf ya, aku keterlaluan ya, Aku tahu kok Kak Bagas pasti tak mau dengan kak Naira kan, Maaf ya kak." Mengucapkan kata maaf dengan wajah yang merasa bersalah, tapi lebih terdengar seperti ejekan.
"Kamu ngapain sih disini, gak jelas banget." Ucap Erika.
"Ini kan toko kakak ku, masa aku tidak boleh datang." Ucap Vika.
Naira membuang nafas, menyabarkan diri nya untuk tidak memaki adik tiri nya itu.
"Lagian, aku juga gak mau lama-lama Disini. Aku cuman mau kasi tahu kakak kalau Papa meminta kakak kerumah malam ini, Ajak serta kawan-kawan kakak juga boleh. papa ingin mengajak makan malam bersama." Kata Vika.
Naira mendengar pun agak heran, karena ayah nya tak mengatakan apa pun saat tadi di telefon, mungkin saja Ayah nya baru terpikirkan.
"Baik lah, Kami akan datang." Kata Naira.
"Ok, aku tunggu ya kak." Vika memeluk Naira dengan semangat nya sebelum ia berlalu pergi. Naira pun hanya diam saja sampai adik tiri nya itu pergi.
"Kau akan datang Nai?." Tanya Erika.
"Kalau Papa yang meminta, aku akan datang, kalian ikut kan?." Jawab Naira.
"Tentu saja, asal jangan menginap disaana, aku tidak rela." Ucap Nana.
"Iya, tidak betah melihat adik dan ibu tiri mu itu." Sambut Erika.
Naira tersenyum mengangguk setuju. mereka akan pulang ke rumah Bagas dan tak akan menginap di rumah orang tua Naira.