"Devina, tolong goda suami Saya."
Kalimat permintaan yang keluar dari mulut istri bosnya membuat Devina speechless. Pada umumnya, para istri akan membasmi pelakor. Namun berbeda dengan istri bosnya. Dia bahkan rela membayar Devina untuk menjadi pelakor dalam rumah tangganya.
Apakah Devina menerima permintaan tersebut?
Jika iya, berhasilkah dia jadi pelakor?
Yuk simak kisah Devina dalam novel, Diminta Jadi Pelakor
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bunaya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 8 Konferensi Pers
Sudah enam bulan Gilang dan Sandra menikah. Pernikahan yang terjadi karena satu kejadian. Kejadian yang Gilang sendiri merasa tidak melakukannya.
Gilang terbangun di pagi hari akibat suara teriakan beberapa orang. Setelah Gilang sadar sepenuhnya, barulah dia menemukan ada Sandra di sampingnya. Gadis itu tampak berantakan. Baru saja Gilang akan bertanya, "Mengapa kamu ada di kamar Saya?" Suara seorang wanita paruh baya yang sedang bicara dengan tantenya mengalihkan perhatian Gilang.
"Ada apa Tante Mer?" tanya Gilang pada ibu sambungnya itu.
Tante Meri menoleh. "Justru Tante yang mau tanya. Kenapa Sandra bisa ada di kamar kamu?" tanyanya.
"Aku tidak tahu. Tanyakan saja pada dia," jawab Gilang sambil menunjuk Sandra.
"Dia yang menarik aku masuk ke apartemen ini, dan langsung membawa aku ke kamar," jawab Sandra.
"Kamu harus tanggung jawab. Anak Saya ini presenter dan artis terkenal. Kamu sudah menodai Sandra, kamu harus tanggung jawab."
Gilang tentu saja menolak. Dia tidak merasa menarik Sandra masuk ke apartemen. Apalagi sampai membawa wanita itu ke kamarnya. Dia memang setengah sadar saat kembali ke apartemen, akibat ulah temannya yang mencampurkan alkohol dalam minumannya.
Gilang yang tidak terbiasa minum, minuman haram itu langsung pamit meninggalkan pertemuannya dengan teman-teman lamanya itu. Dan dia ingat dengan jelas, dia kembali ke apartemen seorang diri. Bahkan dia menolak tawaran teman lamanya yang seorang wanita, untuk mengantarkan dia pulang. Karena Gilang tidak ingin sesuatu yang buruk terjadi dengan mereka. Mengingat kondisinya yang dalam pengaruh alkohol.
Gilang memang dalam pengaruh alkohol, tapi dia terus berusaha menjaga kesadarannya hingga dia merebahkan tubuhnya di tempat tidur.
Sekarang, tiba-tiba saja kamarnya sudah ramai. Ada Sandra diatas tempat tidurnya. Ada istri ayahnya dan juga ibunya Sandra. Mereka sibuk berdebat membuat Gilang merasa sakit kepala. Dia pun beranjak dari tempat tidur menuju kamar mandi. Dia akan membersihkan diri, agar bisa berpikir lebih tenang. Apa yang harus dia lakukan. Serta, keputusan apa yang akan dia ambil.
Saat keluar dari kamar mandi, Gilang menarik napas lega. Tamu-tamu yang tidak diundang pagi ini sudah tidak berada di kamarnya. Namun pria itu dibuat terkejut saat ayahnya sudah berdiri dengan tatapan tajam, begitu dia keluar dari kamar.
Tidak hanya ayah Gilang yang ada di apartemen pria itu. Akan tetapi sudah ada ayah Sandra, pak penghulu, serta beberapa orang yang dijadikan saksi. Pagi itu juga, Gilang dipaksa menikah dengan Sandra.
Enam bulan pernikahan mereka, tidak satu kali pun Gilang menyentuh Sandra. Hingga Sandra akhirnya bicara pada Gilang, "Aku ingin pisah kamar," ucap Sandra. Gilang tidak melarang tidak juga menahan Sandra.
Sebenarnya selama enam bulan itu, Gilang menyelidiki kehidupan Sandra. Apa tujuan Sandra menjebak dirinya, hingga berakhir pada pernikahan. Pernikahan yang tidak pernah Gilang daftarkan ke catatan sipil.
***
"Inilah wajah wanita yang berpura-pura lugu, tapi penggoda banyak pria," ucap Wina kepada para pemburu berita infotainment, sambil menunjuk Devina.
Devina baru saja masuk ke aula Cakrawala Company, ditemani Salma. Eki yang meminta para pemburu berita itu untuk pindah ke aula. Asisten Gilang itu sudah menyiapkan aula Cakrawala Company untuk konferensi pers yang akan dilakukan Gilang dan Devina. Eki meminta para awak media untuk menunggu kedatangan Gilang dan seorang lagi, yang akan menjelaskan semuanya. Namun Wina terus saja bicara yang buruk tentang sekretaris Gilang itu, kepada para awak media.
Duduk di meja yang sudah Eki siapkan, Devina terlihat tampak tenang. Dia justru tersenyum ramah pada para pemburu berita tersebut. Devina tidak asing dengan kamera. Pengalaman dia menjadi asisten Elang, membuat gadis itu terbiasa dengan kilat lampu flash dan juga sorot kamera. Sambil tersenyum, Devina dengan tenang menghadapi para awak media.
"Sudah bicaranya?" tanya Devina pada Wina, yang terus menghinanya.
Semakin Wina banyak bicara, sebenarnya justru mencerminkan dirinya yang sebenarnya. Artis satu ini sepertinya lupa jika dia harus menjaga image, seperti yang dia lakukan selama ini.
"Sepertinya dia takut rahasianya akan terbongkar. Makanya dia jadi banyak bicara buruk tentang kamu. Mungkin dia pikir para wartawan ini bisa sepenuhnya percaya dengan apa yang dia sampaikan," ucap Salma berbisik pada Devina.
"Biarkan saja. Semakin dia menggonggong, semakin terlihat perangainya," balas Devina.
"Elang itu bodoh atau buta, kok mau-maunya punya tunangan perempuan seperti itu."
Devina tidak menanggapi ucapan Salma. Bicara Elang saat ini cukup sensitif bagi Devina. Dia kesal dengan menghilangnya Elang. Dan matanya membulat sempurna, saat Elang masuk ke aula bersama Gilang. Sorot kamera pun kini beralih pada kedua pria tampan itu.
"Mau apa Elang datang?" bisik Sandra pada Wina. "Bukankah dia masih menyelesaikan pekerjaan nya di luar kota?" Ucap Sandra lagi, bertanya pada Wina.
"Elang seharusnya ada di Jogja, " balas Wina.
"Nyatanya dia sekarang ada disini. Sekarang kita mau bagaimana?" Sandra takut, tujuan mereka sia-sia.
"Rasakan sendiri, pak Gilang di lawan," sahut Salma yang bisa mendengarkan percakapan antara Wina dan Sandra.
Sandra menoleh ke belakang. "Siapa kamu," tanyanya.
"Saya asisten bu Devina, calon istri pimpinan Cakrawala Company," jawab Salma. Dia sengaja memprovokasi. Jangan hanya mereka saja yang bisa membuat Devina marah. Dia pun bisa membuat kedua orang itu marah.
"Saya masih istri Gilang. Hati-hati kamu kalau bicara!" Ancam Sandra.
Wina menyenggol Sandra untuk berhenti berdebat dengan Salma. Dia mengajak Sandra untuk menyambut Gilang. Sementara dia berdiri untuk menyambut Elang, begitu melihat tunangannya itu semakin mendekat. Maksud hati keduanya akan menyapa pasangan mereka masing-masing, tapi kedua pria itu justru berdiri di samping kanan dan kiri Devina.
"Na," sapa Elang , lalu memeluk Devina. Tidak lupa dia memberikan satu kecupan di atas kepala mantan asistennya itu.
Hal itu tentu saja terekam kamera para pemburu berita. Elang bahkan tidak menyapa Wina. Padahal wanita itu masih berstatus tunangannya.
Eki mempersilakan Elang untuk memberikan konfirmasi tentang berita yang beredar dalam beberapa hari ini. Tidak menunggu lama, pria tampan yang jadi idola banyak kaum hawa itu pun berdiri.
"Terima kasih untuk pimpinan Cakrawala Company, atas waktu dan tempat yang sudah diberikan kepada Saya. Sehingga Saya bisa berada di sini pagi ini." Elang sedikit menundukkan kepalanya pada Gilang.
"Terima kasih juga untuk teman-teman media semuanya, sudah mau menunggu. Sebenarnya Saya dan management akan mengadakan konferensi pers besok sore. Tapi, pak Eki menyampaikan bahwa ada hal yang mendesak. Karena kalian semua ternyata sudah lebih awal datang ke tempat ini."
"Baiklah, saya akan langsung saja menyampaikan beberapa hal yang akhir-akhir ini ramai dibicarakan. Tentang hubungan Saya dan Devina." Elang meminta Devina untuk berdiri.
"Saya perkenalkan, ini Devina yang fotonya tersebar sedang Saya peluk. Saya tidak akan menyangkal tentang foto itu. Itu asli dan memang kami berdua. Tapi, ...." Elang mengedarkan pandangannya ke seluruh ruangan, sebelum dia melanjutkan penjelasannya.
"Berita yang mengiringi foto itu yang sangat menganggu. Terutama bagi Devina, dan keluarga kami. Saya memeluk Devina bukan karena dia simpanan Saya. Bukan juga sebagai pelakor. Bukan juga karena dia menggoda Saya." Elang merangkul Devina setelah bicara seperti itu.
"Tapi karena kami bersaudara,"
"Bohong!" Seseorang menyela.