Dia meninggalkan kemewahan demi untuk hidup sederhana. bekerja sebagai pengantar makanan di restoran miliknya sendiri.
Dan dia juga menyembunyikan identitasnya sebagai anak dan cucu orang terkaya nomor 1 di negara ini.
Dia adalah Aleta Quenbi Elvina seorang gadis genius multitalenta.
"Ngapain kamu ngikutin aku terus?" tanya Aleta.
"Karena aku suka kamu," jawab Ars to the point.
Penasaran dengan kisah mereka? baca yuk!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pa'tam, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 7
.
.
.
Aleta melenggang pergi meninggalkan Madona dan tidak mengetahui kalau ada orang yang menguping pembicaraan mereka.
Rangga merasa kecewa karena perasaannya hanya bertepuk sebelah tangan. Jadi dia mengambil keputusan untuk resign dari pekerjaannya.
Saat Rangga hendak keruangan Dara, ia berpapasan dengan Aleta yang ingin mengantarkan pesanan pelanggannya.
"Ehh Angga, mau ketemu manager?" tanya Aleta. Karena Rangga sudah berada tepat didepan pintu ruangan tersebut.
"Iya Ale, aku mau resign," jawab Rangga. Ia hanya tertunduk tanpa berani menatap wajah cantik Aleta.
"Ya sudah, aku mau antar pesanan pelanggan dulu," ucap Aleta.
Aleta melangkah pergi tanpa menoleh kearah Rangga lagi.
"Aleta...!" Panggil Rangga. Aleta yang sudah sudah menjauh tidak menghiraukan panggilan itu.
Rangga sekali lagi merasa kecewa, karena terlihat jelas kalau Aleta selalu menghindari nya.
"Aku hanya ingin bilang, aku menyukaimu," gumam Rangga.
Kemudian Rangga pun masuk kedalam ruangan Dara, setelah mengetuk pintu tentunya.
"Bu manager, saya ingin resign," ucap Rangga sambil memberikan amplop putih ke Dara.
"Kenapa? Apa pekerjaan disini kurang memuaskan? Atau gajinya terlalu kecil?" tanya Dara.
"Tidak Bu, saya mau pulang kampung," jawab Rangga. Padahal ia berbohong. Rangga tidak berani menatap wajah Dara.
Dara menerima pesan dari Aleta yang mengatakan, jangan ditahan kalau Rangga mau resign. Dara pun tersenyum membaca pesan tersebut.
"Baiklah, saya terima surat resign mu, dan gaji serta bonus akan saya transfer. Juga bos memberikan kamu kompensasi serta mobil untuk kamu pulang kampung," kata Dara.
"Mo-mobil?" tanya Rangga gugup sekaligus terkejut.
"Ya, mobil. Itu hadiah dari bos sebagai ketekunan mu dalam bekerja. Dan dalam satu jam lagi mobil itu akan dikirim kesini," ucap Dara.
Rangga masih belum bisa mencerna perkataan tersebut. Dapat gaji serta bonus saja sudah membuatnya senang. Ini ditambah uang kompensasi plus mobil.
"Kalau tidak ada apa-apa lagi, silahkan keluar," ucap Dara.
Rangga pun keluar, dan dia belum bisa berkata apa-apa antara senang, kaget bercampur menjadi satu.
Kenapa Aleta memberinya mobil? Karena itu impian Rangga, tapi karena perekonomiannya di kampung kekurangan jadi keinginan itu hanya bisa pendam.
Sebenarnya Aleta diam-diam membantu perekonomian keluarga Rangga. Seperti membantu membayar biaya sekolah adik-adik nya. Bahkan Aleta memerintahkan seseorang untuk mengirim sembako dan keperluan lainnya. Dan itu tanpa sepengetahuan Rangga.
Jadi uang gaji serta bonus yang Rangga terima bisa ia sisihkan untuk disimpan.
Dan benar saja, sebuah mobil yang seperti Rangga inginkan terparkir didepan restoran mereka. Orang suruhan Aleta langsung menemui Dara untuk memberikan kunci mobil tersebut.
Rangga menangis haru dengan semua ini, para rekan kerjanya tidak ada yang iri, karena mereka juga mendapatkan bantuan dari bos mereka. Meskipun bukan berupa mobil.
Mereka memuji kebaikan bos mereka tanpa tau wajah bos nya itu. Hanya Dara yang mengetahuinya karena Dara orang kepercayaan Aleta.
Aleta yang sudah tiba didepan perusahaan ARS company pun meminta izin untuk masuk. Tentu saja ia diizinkan karena sudah mendapat perintah dari bosnya.
"Terima kasih Pak," ucap Aleta ramah.
"Sama-sama neng," jawab Pak satpam.
"Selamat siang, saya dari restoran A Q E untuk mengantarkan pesanan Tuan Ars," ucap Aleta.
"Silahkan langsung kelantai 30 mbak, Tuan sudah menunggu," jawab resepsionis tersebut.
Aleta pun berlalu dari situ dan menuju lift. Saat ia menekan tombol lift ternyata failed.
"Hebat juga lift ini, harus menggunakan scan wajah dan sidik jari," gumam Aleta.
Aleta tersenyum smirk, tiba-tiba ide jahilnya muncul. Aleta mengubah program tersebut dan hanya memasukkan sidik jari dan scan wajahnya saja.
"Rasain kamu Ars, aku kerjain deh," gumam Aleta sambil tersenyum.
Aleta akhirnya masuk melalui lift khusus CEO dan asisten pribadinya itu.
Sementara dilantai 30...
"Tuan, ada yang merubah program lift kita," kata Faisal melaporkan.
"Kok bisa? Siapa?" tanya Ars.
Faisal memperlihatkan rekaman cctv, karena Aleta tidak mensabotase cctv. Seketika Ars tersenyum.
Faisal heran melihat Ars yang tersenyum dan bukannya marah. Biasanya barang atau pun yang lain kalau disentuh saja sudah membuat seorang Ars marah.
Namun kali ini program lift mereka diubah dia malah tersenyum.
"Gadis yang luar biasa jenius," batin Ars.
"Tuan, apa tuan kesambet?" tanya Faisal.
Pluuk... Pulpen mendarat tepat dikening Faisal. Spontan Faisal mengusap keningnya.
Tok... Tok... Tok... Pintu ruangan Ars diketuk. Aleta segera masuk.
"Tuan pesanan anda, spesial dari saya. Saya sendiri yang masak," ucap Aleta.
"Hmmm, keluar!" perintah Ars.
"Tapi tuan belum bayar," kata Aleta.
Karena ini didalam perusahaan, Aleta harus menjaga attitude baiknya.
"Bukan kamu, tapi dia," ucap Ars menunjuk kearah asistennya.
Dengan berat hati Faisal keluar, karena sebenarnya ia juga ingin makan makanan yang dipesan oleh bosnya.
"Tunggu!" Faisal pun segera menghentikan langkahnya yang hendak membuka pintu.
"Ini untukmu," ucap Ars memberikan satu kotak makanan tersebut. Dengan wajah ceria dan senyum termanis nya Faisal segera mengambil kotak makanan tersebut sebelum tuannya berubah pikiran.
"Kamu temani aku makan," kata Ars.
"Tapi saya masih banyak pekerjaan Tuan," jawab Aleta.
"Kenapa sekarang panggil tuan? Tadi aja di restoran panggil kamu ke aku?" tanya Ars.
"Ini dikantor, aku harus menjaga attitude baik," jawab Aleta.
"Hmmm, sekarang temani aku makan," titah Ars.
"Tapi ...."
"Tidak ada penolakan," kata Ars menegaskan.
"Hah, mengapa sikapnya udah kaya saudara-saudaraku sih," batin Aleta.
"Tuan ...."
"Sudah kubilang jangan panggil tuan," ucap Ars.
"Baiklah, baiklah," jawab Aleta akhirnya.
Terpaksa Aleta melayani Ars dengan membuka kotak makanan dan mengambilkan piring serta sendok dan garpu di pantry ruangan tersebut. Ruangan Ars didesain khusus seperti hotel berbintang.
Semua lengkap seperti hingga kamar pribadinya. Hanya ruangan itu disekat-sekat.
"Ruang kerjamu bagus," ucap Aleta sambil menelisik setiap ruangan.
"Bahkan tempat penyimpanan barang semua teratur," katanya lagi.
Bukan tanpa alasan Ars membuat ruangannya seperti itu, karena terkadang kalau ia malas pulang ke rumah, ia akan menginap disini.
"Kamu suka?" tanya Ars.
"Hmmm, bersih dan rapi," jawab Aleta.
Ars tersenyum, "aku sudah memantapkan hatiku untuk memilih dia," batin Ars.
"Kenapa tidak makan? nanti keburu dingin loh," tanya Aleta.
"Ah iya, saking senangnya aku melihat wajahmu, aku hampir lupa," jawab Ars.
"Ternyata seorang Ars juga bisa menggombal ya, sudah berada banyak wanita yang kamu gombalin?" tanya Aleta.
"Gak pernah," jawab Ars.
"Bohong banget, itu buktinya tadi," kata Aleta.
"Aku tidak gombal, aku tulus mengatakan itu," ucap Ars.
Selesai makan, Aleta mencuci piring kotor. Ars segera membayar makanan tersebut dengan cara scan. Atau lebih tepatnya barcode scanner melalui ponsel.
"Sudah selesai, aku pulang," pamit Aleta.
"Tunggu!" Ars segera bangkit dari duduknya dan langsung menghampiri Aleta.
Entah keberanian dari mana Ars tiba-tiba mengecup kening Aleta. Aleta mematung tapi juga tidak menolak.
"Hati-hati," pesan Ars. Aleta mengangguk.
"Oya, jangan lupa betulkan liftnya, karena lift itu satu-satunya yang bisa kelantai ini. Dan tambahkan juga sidik jarimu dan scan wajahmu disana untuk memudahkan mu kedepannya," ucap Ars.
"Maaf," ucap Aleta garuk-garuk kepala.
"Menggemaskan, seandainya benar dia lah gadis kecil itu aku akan segera menikahinya agar tidak keduluan pria lain," batin Ars sambil tersenyum.
.
.
.