Arabella harus menelan kekecewaan dan pahitnya kenyataan saat dirinya mengetahui jika pria yang selama dua tahun ini menjadi kekasihnya akan bertunangan dan menikah dengan wanita yang sudah dijodohkan dengan pria itu.
Arabella pikir dirinyalah wanita satu-satunya yang dicintai pria itu, tapi ternyata dirinya hanyalah sebagai pelampiasan selama wanita yang dijodohkan berada di luar negeri.
"Bagaimana jika aku hamil? apa kau memilih ku dan membatalkan perjodohan mu?"
"Aku tidak mungkin mengecewakan kelaurga ku Ara."
Jawaban Maher cukup membuat hati Arabella seperti ditikam benda tajam tak kasat mata. Sakit, terlalu sakit sampai dirinya lupa bagaimana melupakan rasa sakit itu.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lautan Biru, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Egois
Perjalanan keluar kota terasa sunyi saat tiga orang di dalam mobil hanya diam saja, lebih tepatnya Maher yang banyak diam karena tidak di ikut sertakan dengan obrolan Arabella bersama supir.
Maher duduk di kursi belakang, sedangkan Arabella duduk di samping supir kemudi. Wanita itu sekali tersenyum saat itu menanggapi ucapan pria yang usianya tidak jauh dengan Maher.
Ehem
"Suara kalian menganggu konsentrasi ku!" Ucap Maher dengan nada tak santai, tatapan pria itu tak lepas dari ekspresi wajah Arabella yang biasa saja.
Kedua orang didepan langsung menutup mulutnya rapat-rapat.
Maher mendengus kesal dan memalingkan wajahnya ke samping. Dirinya tidak suka melihat Arabella yang menjaga jarak untuknya, apalagi wanita itu diam dan bicara seperlunya itupun karena perkejaan.
Maher merasakan kesal sekaligus nyeri di hatinya, dia meyakinkan dirinya untuk tetap pada perjodohannya yang sudah di lakukan sejak lama, walaupun tidak bisa Maher pungkiri hatinya merasa gelisah.
Menempuh perjalanan lebih dari dua jam, akhirnya mereka sampai di tempat, Maher dan Arabella langsung menuju proyek yang mengalami problem, maka dari itu mereka langsung turun lapangan. Dan di kantor pusat Maher menyerahkan pekerjaan pada asisten pribadinya.
"Jangan terlalu dekat, banyak pekerja dan debu." Maher memperingati saat Arabella akan mendekati pekerja.
Arabella tidak mengindahkan ucapan Maher, wanita itu melangkah maju hanya untuk bertanya sesuatu pada salah satu pekerja.
Dan hal itu cukup membuat Maher kesal, sejak tadi perhatian kecilnya tidak Arabella dengar, yang ada hanya ucapan tentang pekerjaan.
Maher mendengarkan orang kepercayaannya yang sedang menjelaskan, telinganya mendengar tapi tidak dengan matanya yang menatap Arabella sedang berbicara dengan salah satu pekerja.
"Semua bisa di atasi, tapi butuh waktu pak." Kata terkahir dari pria disampingnya.
"Lakukan saja, bila perlu tambah semua agar cepat selesai dengan cepat!"
Maher menatap Arabella yang berjalan ke arahnya, wanita itu terlihat cantik dengan sedikit keringat di wajahnya. Melihat itu membuat pikiran Maher berkelana, bagaimana saat Arabella berkeringat dibawah kuasanya dengan menyebut namanya.
"Emmh, Maher ahh."
Shittt!!
Seketika Maher mengumpat dalam hati, pikiranya sudah kemana-mana.
"Mereka hanya butuh fasiltas yang ditingkatkan dan ditambahnya pekerja." Ucap Arabella yang sudah berdiri di samping Maher yang masih menatap wajah Arabella dengan pikiran berkelana.
Setelah hampir dua jam mereka berjemur di lokasi proyek, kini Maher mengajak Arabella malam. Keduanya memasuki restoran.
Maher lebih suka dengan privat room, jadi pria itu memesan satu tempat privasi untuk mereka makan. Saat hidangan datang dan su sajikan. Tiba-tiba Arabella menutup mulutnya saat mencium aroma masakan yang menyengat.
"Ara, kamu kenapa?" Maher ingin menyentuh bahu Arabella, tapi wanita itu langsung pamit ke toilet.
Arabella terduduk lemas setelah memuntahkan isi perutnya, rasanya begitu tidak enak dan menyiksa dirinya. Mau bagaimana pun dirinya sudah hamil anak Maher.
"Kuatkan Mama sayang, sebentar lagi Mama janji." Ucapnya dengan air mata yang mengalir. Arabella menyentuh perutnya yang masih rata, dirinya akan meyakinkan Maher sekali dan jika tidak berhasil maka Arabella memilih mundur.
"Kamu sakit?" Tanya Maher saat Arabella kembali masuk ke ruang privat.
"Tidak." Jawab Arabella singkat.
Wanita itu langsung mengambil makanan yang bisa dirinya makan, tanpa perduli tatapan Maher padanya. Karena bagi Arabella dirinya hanya butuh dinding yang kokoh untuk menutupi kesedihannya.
"Ara aku-"
"Makanannya keburu dingin pak!" Sela Arabella saat Maher ingin bicara.
Maher mengehela napas demi mengurangi emosi yang tiba-tiba bersarang di dadanya. Sekarang Arabella sudah berani melawannya.
"Dengarkan aku. Aku minta maaf dengan kejadian pagi tadi di apartemen. Aku tidak tahu jika Karina akan datang pagi-pagi padahal tadi malam-"
"Ya, tadi malam kalian bertemu dan menghabiskan waktu bersama." Potong Arabella dengan menahan gemuruh didada nya.
"Ara, kami sudah di jodohkan sejak lama. Orang tuaku menginginkan kami menikah." Ucap Maher dengan tatapan mata yang tak lepas dari wajah datar Arabella yang tanpa ekspresi.
Sejujurnya Maher merasakan sakit melihat itu, tapi hatinya buru-buru mengenyahkannya perasaan itu. Karena dirinya yakin dengan perjodohannya.
"Jadi selama ini aku hanya menjadi wanita pelampiasan mu! heh." Arabella tersenyum miris. "Jadi selama ini aku bodoh menilai pria baji*ngan sepertimu, aku salah mengartikan kebaikan yang kau berikan dan semua hanya semata-mata untuk menjeratku jatuh semakin dalam." Arabella langsung berdiri dan hendak pergi membuka pintu, dadanya terlalu sesak dengan hati yang tersayat. Rasanya kepalanya ingin pecah.
"Ara, bukan begitu!"
Maher langsung memeluk wanitanya dari belakang dengan erat sebelum sempat Arabella membuka pintu.
"Bukan begitu, aku benar-benar tulus melakukannya. Tolong jangan menghindari aku."
"Kau egois!"
Luruh sudah pertahankan Arabella, air matanya mengucur deras dengan Maher yang memeluknya erat.
"Ya aku egois, oleh karena itu jangan mengabaikan aku."
Arabella berontak dan melepaskan pelukan Maher dengan paksa, wanita itu pergi dengan berlari.
"Kau sangat jahat Maher, aku menyesal."
.
.
JANGAN lupa tinggalkan jejak kalian 😘😘😘