Catharine Briana Wilson dan Cathalina Andromeda Wilson adalah saudara kembar identik yang sengaja dipisahkan sejak bayi oleh sang ibu
Catharina yang tinggal bersama orang tuanya harus menghadapi kepahitan hidup setelah sang ibu meninggal dunia dan ayahnya menghadirkan ibu tiri untuknya
Memiliki ibu tiri yang jahat, adik tiri teratai putih dan ayah jenderal bajingan, Cathalina yang mengantikan posisi sang kakak yang dibunuh pada saat pernikahannya berniat membalas dendam
Menginjak-injak mereka dan menjadikan mainan! Mata dibalas dengan mata !
Memiliki suami yang lumpuh dan kejam,Cathalina akan membuatnya bertekuk lutut dan membayar semua penghinaan yang diberikan lelaki tersebut kepada sang kakak.
Putri yang luar biasa dengan berbagai macam keahlian yang akan menggemparkan kekaisaran Lunox.
Bahkan kaisar membutuhkannya untuk bertahan hidup dan mengamankan singhasananya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon julieta, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
RAHASIA KELUARGA WILSON
Menggunakan lilin ditangannya, Catharine masuk kedalam ruang rahasia yang tersembunyi didalam almari milik kakak kembarnya tersebut dengan wajah penasaran.
Aroma obat-obatan menyeruak tajam begitu kaki Catharine semakin melangkah kedalam.
Tak terlalu banyak barang didalam sana, hanya ada beberapa buku dan aneka macam botol obat serta kain perban dalam jumlah banyak.
“Apa kakak mengobati lukanya disini”, guman Catharine sambil mengambil aneka macam botol obat yang ada disana dan memetiksanya dengan seksama.
Rata-rata obat yang ada dikotak kaca tersebut merupakan obat penyembuh luka.
Disana juga ada obat penghenti pendarahan seperti miliknya tapi dengan tingkat yang lebih rendah dari obat yang berhasil dibuatnya.
Berada didalam ruangan yang sempit tersebut, dapat Catharine rasakan bagaimana menderitanya sang kakak selama ini.
Catharine terus menyusuri setiap sudut ruangan, melihat apa ada sesuatu penting yang bisa dia temukan disana.
Tatapan matanya mengarah kepada setumpuk buku yang terlihat sudah cukup tua disana dan coba membukanya.
Uhuk uhuk uhukkk...
Catharine terbatuk begitu debu tebal diatas buka terhirup ketka dia mencoba membuka untuk membuka halaman buku.
“Ini!”, gumannya terkejut.
Catharine yang langsung membuka halaman seperempat buku terbelalak begitu dia melihat nama keluarga Wilson tercetak tebal disana.
"Jadi, keturunan keluarga Wilson bukan manusia biasa! ",gumannya syok.
Karena cukup tebal dan tak mungkin membacanya semua disini, Catharine membuka buku dengan cepat, mencoba mencari tahu secara garis besar mengenai keluarga leluhurnya itu.
Gerakan tangan Catharine terhenti ketika dia melihat gambar sebuah kalung dengan liontin berwarna biru safir yang cantik.
"Hanya keturunan yang terpilih yang bisa memanggil dan mengaktivkan kekuatannya"
Setelah membaca tulisn tersebut dalm hati, Catharine melanjutkan membaca tulisan kuno yanh cukup kecil dibawah gambar kalung tersebut.
Clinggg....
Buku tersebut tiba-tiba bersinar dan muncul dipermukaan.
"Ini... bukankan ini kalung yang ad di buku", ucap Catharine terkejut.
Setelah mengamati dan memastikan jika kalung itu sama persis dengan yang ada dibuki, perlahan Catharine mengambilnya.
Baru saja Catharine menyentuh, kalung tersebut tiba-tiba menghilang dengn cepat.
Merasa ada yang aneh dilehernya, Catharine pun merabanya.
"ini..",gumannya tercengang, menyadari jika kalung yang tadi di sentuh sudah terpasang di lehernya.
"Apakah, aku merupakan keturunan yang terpilih itu?, gumannya penuh tanya.
Karena penasaran, Catharine pun segera membaca penjelasan mengenai kalung warisan leluhurnya itu dengan seksama.
srettt...
Catharine mengiris sedikit telunjuknya dengan belati kesayangannya hingga darah segar mengucur dan leka dia oleskan ke liontin kalung yang langsung mengeluarkan sinar yang sangat terang.
Clingggg!
Tubuh Catharine menghilang dan muncul disebuah tempat yang sangat luas dengan aneka rak yang berjejer rapi serta mej putih panjang di sudut ruangan dengan anek macam peralatan seperti di laboratorium miliknya namun lebih lengkap.
"Apakah ini dimensi ruang yanh disebutkan dalam buku", gumannya bermonolog.
Catharine yang memiliki pendengaran yang tajam menghentikan langkah kakinya untuk menjelajah dimensi ruang yang baru saja dia aktivkan sambil mengernyitkan kening begitu dia mendengar suara keributan didepan kamarnya.
“Ck, para benalu itu terus saja menganggu”, ujarnya penuh kekesalan.
Catharine pun segera membayangkan ruang pribadi sang kakak agar bisa keluar.
Clinggg!
Tubuh Catharine pun kembali keruang rahasia milik sang kakak yang ada didalam kamar.
Karena tak memiliki banyak waktu, Catharine memasukkan semua buku dan barang yang ada disana ke dimensi ruangnya dengan cepat dan akan dia tata dan pelajari nanti.
Kini ruang rahasia tersebut telah kosong.
Begitu Catharine hendak keluar, tanpa sengaja netranya menangkap sebuah gelang giok tergeletak disamping guntingan perban yang belum berserakan dilantai.
Tak ingin menyisakan apapun disana , Catharine segera mengambil gelang giok tersebut dan memakainya. “Ternyata pas”, gumannya senang.
Sebelum ada yang menerobos masuk kedalam kamarnya, Catharine pun dengan cepat keluar dari ruang rahasia dan berjalan menuju ranjangnya dan berbaring.
Begitu pintu dibuka dengan paksa, Catharine yang pura-pura terbangun mengerjap beberapa kali, seolah dia sedang mengumpulkan nyawanya.
“Lili, apakah makan siang sudah siap”, ujarnya sambil menguap.
Bukan suara Lili yang menjawab membuat Catharine menegakkan badannya dan bersandar di kepla ranjang untuk melihat siapa yang datang.
“Maaf kak, jika aku membangunkanmu”, ujar Adelia dengan wajah merasa bersalah.
Melihat yang datang adalah adik tirinya, Catharine mengacuhkannya.
Tak mendapat respon, Adelia yang melihat Catharine masih anteng duduk diatas ranjang, tak segera turun untuk mendekat dan menghiburnya merasa tak senang.
“Cih, jika bukan disuruh ibu dan demi warisan keluarga Wilson yang masih belum sepenuhnya ada ditangan ayah aku juga tak sudi berbincang dengan wanita bodoh ini”, batin Adelia geram.
Adelia yang pintar bersandiwara seperti sang ibu segera menggunakan jurus rayuan manjanya yang selama ini tak pernah ditolak oleh siapapun.
“kakak...apa kamu marah kepadaku”, ujarnya merajuk.
Kembali tak mendapat respon, Adelia tak patah semangat dan terus mencoba merayu sang kakak.
“Kak, aku minta maaf karena bertingkah ceroboh dan membuat tuan Roger memiliki penilaian buruk terhadap keluarga kita”, ucapnya penuh penyesalan.
Jika ini Catharine yang asli, dia akan langsung luluh, tapi sayangnya yang ada dihadapan gadis tersebut bukanlah kakak tiri yang selama ini menyayanginya tanpa syarat sehingga tak terpengaruh sedikitpun oleh drama murahan yang sedang dimainkannya.
Catharine masih terdiam menunggu apalagi yang hendak dikatakan oleh adik tirinya itu sebelum dia memberikan respon.
“Kak, kamu sekarang merasa sedih”, Adelia berkata dengan wajah senduh sambil memegang tangan sang kakak, seolah ingin menguatkannya.
“Raja Dexter telah meninggalkanmu dialtar waktu pernikahan dan sekarang, dia hanya menyuruh kepala pelayannya untuk mengantarmu pulang. Apa ini bukan termasuk sebuah penghinaan ”, ujarnya dengan suara sedikit bergetar.
“Meski dia tak menyukaimu, tak seharusnya Raja Dexter kembali mempermalukanmu seperti ini”
“Jika kabar ini sampai bocor keluar, bukankah kakak akan kembali menjadi bahan lelucon di ibukota”.
Adelia terus mengucapkan kata-kata provokatif, berusaha untuk menebar perselisihan yang ada sehingga Catharine akan merasa sangat tak puas dengan tindakan Raja Dexter terhadapnya.
Namun sayangnya, seberapa keras upaya Adelia untuk menghasut, Catharine sama sekali tak terpengaruh.
Bahkan dia sudah menyiapkan hadiah kecil untuk adiknya itu dalam diam, termasuk kepada ibu dan adik tirinya yang lain.
Obrolan mereka terhenti ketika Lili mengatakan jika makan siang telah tiba, membuat Adelia menunggu sang kakak untuk jalan bersamanya menuju meja makan.
“Auwww...”, teriak Adelia spontan.
“Kenapa ?”, tanya Catharine cemas.
“Aku seperti tertusuk sesuatu, entah apa itu”, ujar Adelia sedikit bingung karena tak menemukan apapun dipakaiannya sehingga mengabaikannya.
Catharine yang melihat Adelia tak lagi curiga, hanya tersenyum samar dan berharap racun yang dia tusukkan tadi segera bereaksi.
“Kuharap, malam nanti dia bisa tertidur dengan nyenyak”, batin Catharine menyeringai licik.