Arya Perkasa seorang teknisi senior berusia 50 tahun, kembali ke masa lalu oleh sebuah blackhole misterius. Namun masa lalu yang di nanti berbeda dari masa lalu yang dia ingat. keluarga nya menjadi sangat kaya dan tidak lagi miskin seperti kehidupan sebelum nya, meskipun demikian karena trauma kemiskinan di masa lalu Arya lebih bertekad untuk membuat keluarga menjadi keluarga terkaya di dunia seperti keluarga Rockefeller dan Rothschild.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Chuis Al-katiri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 29: Fondasi Masa Depan
Bab 29: Fondasi Masa Depan
Rabu, 29 Februari 1984, Sore Hari
Di kantor Perusahaan Perkasa, ruangan Sulastri dipenuhi dengan berkas dan peta rencana besar yang sedang didiskusikan bersama Arya. Mereka baru saja menyusun laporan perkembangan proyek-proyek strategis yang telah mencapai tahap awal.
Arya sedang mempelajari peta ekspansi lahan HGU untuk sawit dan karet yang baru saja disetujui pemerintah pusat. “Bu, dengan ekspansi lahan sebesar ini, kita harus memastikan ada efisiensi dalam distribusi hasil perkebunan agar tidak terjadi pemborosan. Sudahkah ada strategi logistik khusus untuk mengangkut hasil panen ke pelabuhan?” tanyanya.
Sulastri menatap putranya sambil menunjuk salah satu titik di peta. “Pak Rudi sedang merancang jalur distribusi baru dari karang agung ke pelabuhan sungai lilin dan pelabuhan laut yang akan kita bangun di masa depan. Dia juga tengah membangun beberapa gudang logistik untuk mendukung sistem distribusi. Dengan demikian, kita bisa memaksimalkan keuntungan dari ekspor.”
Arya mengangguk puas. “Bagus, ini penting agar kita tidak hanya mengandalkan keuntungan dari hasil perkebunan tetapi juga membangun jaringan distribusi yang kuat.”
***
Diskusi beralih ke sektor makanan dan minuman. Sulastri menunjukkan laporan dari Bu Heni, yang bertanggung jawab atas proyek ini. “Dua pabrik makanan dan satu pabrik minuman sudah dalam tahap pembangunan. Bu Heni juga sedang menyelidiki perusahaan Krating Daeng di Thailand seperti yang kamu minta.”
Arya tersenyum. “Kalau akuisisi itu berhasil, kita bisa membawa merek itu ke Indonesia dengan branding lokal. Minuman energi memiliki potensi besar di pasar domestik, terutama bagi pekerja dan atlet.”
Sulastri mengangguk setuju. “Tapi kita harus berhati-hati agar tidak terlalu agresif di awal. Kita perlu memantapkan merek lokal kita terlebih dahulu sebelum memasuki pasar internasional.”
***
Arya melihat laporan tentang perusahaan media yang baru didirikan di bawah pimpinan Kevin. “Bu, bagaimana progress dari perusahaan media?”
“Kevin baru saja menyelesaikan perekrutan karyawan inti. Mesin cetak dari Jepang sudah tiba, dan mereka sedang mempersiapkan edisi pertama koran lokal kita. Sesuai saranmu, isi koran akan mencakup berita harian, cerita bersambung, komik strip, dan konten hiburan lainnya,” jelas Sulastri.
“Bagus, kita harus memastikan konten hiburan menjadi daya tarik utama. Cerita bersambung dan komik strip bisa menarik perhatian anak muda dan keluarga,” komentar Arya.
***
Sulastri melanjutkan pembahasan tentang proyek retail yang dikelola oleh Pak Hamdan. “Anak perusahaan retail kita, Indomart, sedang merenovasi beberapa toko di Jawa. Mereka menargetkan pembukaan 10 toko pertama pada kuartal kedua tahun ini.”
Arya tersenyum lebar. “Dengan 50 toko yang direncanakan tahun ini, kita akan memiliki jaringan distribusi yang solid untuk mendukung produk makanan dan minuman kita.”
Bagaimana dengan nama perusahaan retail nya bu?" Tanya Arya.
"Karena kita memiliki niat untuk ekspansi ke luar negeri, untuk menonjolkan identitas Indonesia. Ibu menamai perusahaan retail tersebut dengan nama Indomart," Jelas Sulastri.
"Jika rencana ini berhasil dijalankan perusahaan kita akan membutuhkan paling tidak 20.000-30.000 karyawan baru, dan ibu berencana merekrut 50% dari para transmigran terutama di sektor perkebunan dan 50% dari penduduk lokal, " Ucap Sulastri melanjutkan.
"Itu rencana yang bagus bu. Dengan begitu perusahaan kita bisa membantu mengurangi tingkat pengangguran dan kemiskinan secara signifikan," Kata Arya dengan bangga.
***
Ketika diskusi mereka hampir selesai, telepon di meja Sulastri berbunyi. Sulastri segera mengangkatnya, dan suara Silvia terdengar dari seberang. “Halo, saudari Sulastri. Kami baru saja menyelesaikan pendirian Westeros Innovation di Amerika sesuai rencana Arya.”
Sulastri tersenyum. “Kebetulan Arya ada di sini. Silakan bicara langsung dengannya.”
Arya mengambil telepon. “Halo, Bibi Silvia. Bagaimana situasi di sana?”
“Semua berjalan sesuai rencana, Arya. Kami sudah menunjuk beberapa direktur untuk Westeros Innovation di Amerika. Jadi, siapa ilmuwan yang ingin kamu libatkan?” tanya Silvia.
Arya menjelaskan dengan tenang, “Ada tiga ilmuwan yang harus kita rekrut: Harold Kroto, Robert Curl, dan Richard Smalley. Mereka bertiga berada di Rice University, Amerika Serikat. Penelitian mereka tentang struktur karbon fullerene sangat penting untuk masa depan.”
Silvia terdiam sejenak. “Fullerene? Apa itu, Arya?”
***
Arya mulai menjelaskan. “Fullerene adalah struktur karbon yang menyerupai bola sepak. Teknologi ini akan menjadi revolusi di berbagai industri. Jika kita mendukung penelitian mereka, kita bisa mendapatkan hak paten atas teknologi ini, yang akan sangat berharga di masa depan.”
Silvia mendengarkan dengan saksama. Arya melanjutkan, “Kerjasama ini memberi kita kredibilitas ilmiah, kontrol penuh atas hak paten, dan peluang untuk diversifikasi bisnis di bidang energi, elektronik, dan medis.”
“Bagaimana kita bisa membantu mereka?” tanya Silvia.
“Kita perlu menyediakan dana penelitian, fasilitas laboratorium, dan dukungan staf. Selain itu, kita harus memastikan hak paten dari hasil penelitian mereka dimiliki oleh Westeros Innovation, dengan tetap menghormati pengakuan ilmiah mereka,” jelas Arya.
***
Arya juga memaparkan poin penting dalam perjanjian yang harus dibuat. “Hak paten utama akan dimiliki oleh Westeros Innovation. Namun, mereka tetap diakui sebagai penemu ilmiah. Jika teknologi fullerene dilisensikan, mereka akan mendapatkan royalti, misalnya 5-10%.”
Silvia kagum dengan perencanaan Arya. “Arya, usiamu baru 10 tahun, tetapi pemikiranmu seperti seorang eksekutif senior. Aku akan memastikan tim di Amerika menjalankan ini dengan baik.”
***
Arya melanjutkan, “Bibi, kita harus mendekati tim peneliti dengan menawarkan dukungan finansial dan kebebasan akademik. Setelah paten didaftarkan, kita bisa membangun divisi riset internal untuk mengembangkan teknologi turunan, seperti metode produksi massal fullerene dan aplikasi medisnya.”
Silvia mencatat semua detail itu. “Baik, Arya. Aku akan memastikan rencana ini berjalan lancar.”
Arya kembali melanjutkan, " Bibi, jika pada akhir tahun 1984 fullerener berhasil di temukan, biarkan para ilmuwan mempublikasikan teori ilmiah nya dan perusahaan kita akan langsung mematenkan struktur fullerener dan metode produksi awal pada tahun 1985, kemudian jika penelitian terus berkembang kita bisa mematenkan teknologi produksi massal pada tahun teknologi tersebut di temukan, misal pada tahun 1987-1988."
"Baiklah Arya, bibi akan melakukan sesuai permintaan mu, " Jawab Silvia dari balik telepon.
***
Setelah telepon ditutup, Arya dan Sulastri duduk kembali. Sulastri menatap putranya dengan penuh kebanggaan. “Arya, Ibu semakin kagum dengan pemikiranmu. Tapi kamu juga harus ingat, jangan terlalu memaksakan diri. Nikmati juga masa kecilmu, biarkan urusan perusahaan ibu yang mengurusnya.”
Arya tersenyum. “Ibu tidak usah khawatir. Aku masih bermain dan bersenang-senang dengan teman-temanku, setiap minggu kami sudah berjanji untuk sering bermain dan berkumpul bersama, apalagi kami memiliki teman baru dari sekolah lain.”
Mereka berdua tersenyum. Di balik keseriusan Arya, ia tetaplah seorang anak kecil yang menikmati masa kecilnya. Namun, di sisi lain, ia memiliki visi besar yang perlahan-lahan sedang diwujudkan.
kopi mana kopi....lanjuuuuttt kaaan Thor.....hahahahhaa