"sugeng rawuh dhateng desa kembangan, sinten mlebet mboten saget medhal".
kalimat pertama yang ryuka dengar ketika memasuki desa kembangan yang penuh misteri.
Dapatkah ia memecahkan misteri asal usul desa kembangan yang penuh kutukan dan menggagalkan ritual kehidupan abadi nyai gandari?
Yuk baca bab-bab selanjutnya yang penuh teka-teki dan misteri ini dicerita kisah nyai gandari✨
_happy reading_
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon RoroAyu_Kimberly, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
KIRIMAN SANTET
Semilir angin malam berhembus kencang. suasana malam kian mencekam. bau kemenyan terasa jelas dari sebuah ruangan di rumah purnomo.
purnomo duduk bersila di depan kemenyan yang baru di bakarnya sebuah boneka di tangannya. boneka yang terbuat dari kain dann di bagian perut terikat rambut panjang.
Boneka itu diputar putar di atas asap kemenyan. sambil di bacakan mantra-mantra. kemudian ia menyayat telapak tangannya dan emteskan daeshnya pada boneka itu.
boneka yang terkena darah itu lalu fi tusuk dengan beberapa jarum yang di biarkan tertancap di sana tanpa di cabut kembali
Brakkk!!!!!,
suara hentakan keras terdengar di atas genteng rumah Mbah Sutijah . Ryuka terbangun dan merasakan sakit di perutnya.
"aakk… sakit sekali perutku!"
Ryuka meremas perutnya sendiri. rasa panas dan seperti tertusuk sembilu.
"mbahhhh!!!" teriak Ryuka.
"mas egii!"
Egi dan Mbah Sutijah masuk ke kamar Ryuka secara bersamaan.
"Ryuka! kamu kenapa?"
"sakiitt… perutku sakit sekali, mas!"
Egi menyentuh perut Ryuka.
"memangnya kamu tadi makan apa, nduk?" tanya Mbah Sutijah sambil mengelus perut Ryuka. "
"aku tidak tahan mbah! rasanya seperti di tusuk tusuk pisau!"
Ryuka terus mengerang kesakitan. tiba-tiba ia merasa ingin muntah
dsn seketika Ryuka muntah darah.darah kental berwarna kehitaman sterus keluar dari mulutnya.
"bagaimana ini, mbah!" Egi mulai panik.
"le! cepat pergi ke rumah pak lurah! minta tolong sama dia!"
egi terdiam.
"kamu dengar simbah ngomong kan?"
"Adakah orang lain yang bisa di mintak pertolongan, mbah? aku takut mengganggu kalau ke rumah pak lurah. ini kan sudah larut malam, " egi membuat alasan, sebenarnya dia malas bertemu danang.
"ya sudah! pergi saja ke rumah ki jembos di pinggir hutan! pilih mana?"
"ya sudah mbah! aku ke rumah ki jembos saja. minta tolong sama kang pandai buat antar ke sana!"
"ya, cepat pergi!"
egi segera pergi ke rumah supardi.
tok…tok…tok…tok…
"kulak nuwun! kang pardhi!"
supardhi membuka pintu. dengan mata yang masih setengah merem dan terus menguap.
"ada apa malam-malam ke sini? aku baru saja bisa tidur"
"temani aku ke rumah ki jembos,kang!" kata Egi sambil menarik tangan supardhi.
"ehhh…kok aku ditarik-tarik kayak maling saja!"
"sudahlah, kang! jangan banyak bicara, ini gawat!darurat!(
supardhi menutupi kepalanya dengan sarung yang sedari tadi di kalung kan di lehernya. hawa dingin kian terada ketika merka melewati perkebunan dan sampai di tepi hutan.
Egi mengetuk pintu dengan keras. lelaki gondrong memakai baju lirik serta blangkon membuka pintu.
"ki, tolong! asik saya di santet!" ucap Egi tanpa basa-basi.
"mlebu!"
(masuk)
ki jembos mulai melakukan gerakan-gerakan aneh. membaca mantra dan menyemprotkan air dari mulutnya pada air yang bergejolak di dalam baskom.
skeetika air di dalam baskom berubah tenang. ki jembos bernapas lega.
"sudah aku atasi!"
"benarkah ki?"
"adikmu sudah sembuh!"
"siapa yang melakukan ini pada adik saya ki?" tanya Egi penasaran.
"dia ada di sekitar kalian. tidak jauh!"
ki jembos belum selesai bicara. tiba-tiba serangan balik menghantamnya. kliatan cahaya dari atas menerpa tubuhnya hingga terhempas membentur dinding rumah.
"kurang ajar!"
Ki jembos melawan serangan itu. dia seprti sedang bertarung, namun lawannya tidak terlihat.
Egi dsn supardhi hanya melihat dengan raut wajah cemas.
Ki jembos kembali terkena serangan. ia muntah darah dan terkapar di atas tanah.
"ki!" Egi dan supardhi mendekat.
"pur…"
"pur-no-mo!"
"ki, bangun ki!" Egi panik melihat ki jembos tak bergerak lagi.
dia matii, gi! dia sudah mati!" teriak supardhi.
"yang benar saja kang!"
"tidak ada hembusan napasnya! coba kamu rasakan, gi!"
mereka makin panik
"bagaimana ini kang?"
"kita lapor warga saja, biar bantu kuburkan jasadnya!"
Egi kembali ke rumah untuk memberi tahu Mbah Sutijah , semntara supardhi membangunkan beberapa warga yang kemudian membunyikan kentongan.
"tadi Ryuka sempat tenang sebentar , le! tapi dia mengerang lagi. sekarang dia seperti lemas sekali. dia sekarang kejang-kejang"
"bagaimana ini, mbah! ki jembos mati! sekarang akng pardhi sedang memanggil warga untuk melapor pada pak lurah dan membantu mengubur ki jembos. !"
"le, kamu ikut ke rumah pak lurah! sekalian ceritakan tentang Ryuka, biar simbah jaga dia!"
meski sebenarnya malas dengan keluarga lurah itu, Egi terpaksa pergi juga demi Ryuka.
beberapa warga sudah berada di rumah purnomo. Egi berlari menyusul.
"ada apa malam-malam kalian ke sini rame-rame?apa nini gandrung memakan korban lagi?" tanya purnomo
"begini pak lurah, ki jenvos di kabarkan meninggal di rumahnya!"
"bagaimana kalian bisa tahu! sedangkan ki jembos tinggal di pinggir hutan!"
"saya baru saja dari sana, pak lurah!" jawab Egi.
Egi maju ke depan. ia berhadapan dengan laki-laki berkumis tebal itu.
"saya baru saja minta tolong padanya, adik saya kena santet. dan jika berkenan saya mohon pertolongan pada pak lurah untuk membebaskan Ryuka dari kiriman santet iyu!"
"oh, begitu! kenapa tidak langsung minta tolong sama saya saja tadi !"
"saya tidak enak mengganggu"
Dnaang yang sedari tadi berdiri si ambang pintu, terlihat tidak peduli dengan apa yang terjadi.
"baiklah! kalian tolong urus penakaman ki jembos!saya akan coba w mnolong Ryuka" ucap purnomo.
"baik Pak lurah!"
mereka pun pergi meninggalkan rumah purnomk.
"kamu sebaiknya pulang sja, saya menjamin keselamatan Ryuka!"
"terima kasih!" ucap Egi kemudian pergi
Sesampainya di rumah Egi langsung menuju kamar Ryuka. nampak Ryuka sedang duduk di temani Mbah Sutijah .
"bagaimana keadaan kamu sekarang? apa masih sakit?"
"tadi sempat terasa sakit lagi, mas! tapi sekarang sudah tidak sakit"jawab Ryuka dengan suara lemas.
"mbah, tidur saja! biar aku yang jaga Ryuka!"
"apa kamu udah minta tolong sama pak lurah?"
"iya mbah! tadi dia bilang akan menolong kita, terbukti sekarang Ryuka sudah sembuh kan? jadi tidak perlu khawatir lagi, simbah istirahat saja!"
"ya sudah kalau begitu, tapi kamu jangan tinggal pergi Ryuka. sebaiknya kalian tidur di kamar Egi saja,biar besok simbah bersihkan kamar ini"
"njih, mbah!"
mereka ber dua pun pindah ke kamar Egi.
"siapa sebenarnya yang melakukan ini padaku ya mas?".
"apa mungkin Nyai Gandari?"
"bisa jadi, mas!"
"tadi waktu ki jembos kalah melawan kekuatan orang jahat itu, dia sempat menyebut nama purnomo!" ucap Egi.
"mungkin dia menyuruh masbegi untuk em minta tolong sama lurah purnomo" kata Ryuka.
"ya, mungkin itu maksudnya, ksihan juga ki jembos jadi korban! "
"iya, mas. tapi itu memang sudah resiko dia. "
________________________________
Pagi hari di rumah pak Haryono....
tok…tok…tok…tok…
Simbok mengetuk pintu kamar nining.
"mbak nining, bangun! di tunggu ibu sama bapak di ruang makan"
berulang kali simbok memanggil, namun nining tak juga menyahut.
"mana nining, mbok? kenapa lama sekali! " tanya suwiyah.
"dari tadi saya panggil-panggil, mbak nining tidak menjawab, bu!"
suwiyah membuka pintu kamar nining. betapa terkejutnya ia ketika mendapati kamar itu kosong. tidak ada putrinya di dalam kamar
"paaakk!!! nining hilang!" teriak suwiyah.
"apa bu?" pak Haryono buru-buru menghampiri istrinya.
"nining mana pak?" suwiyah menangis sejadi-jadinya.
"mana bapak tahu bu!"
Mereka mencari nining di sekitar rumah. juga di luar rumah. namun tidak ada tanda-tanda keberadaan nining.
Hingga para pekerja datang ke rumah oak Haryono.
"ada apa pak? kok sepertinya gelisah" tanya tarno.
"anak saya hilang! hari ini tidak usah angkut sayur dulu, tolong bantu saya cari nining saja! ucap pak Haryono.
Tiga orang wpkerja yang biasa bertugas mengantar sayur pada pedagang, kini oergi mencari nining ke seluruh tempat di desa kembangan.
Sementara jimin baru datang.
"kok sepi, apa belum pada datang, pak?" tanya jimin.
"mereka aku suruh bantu cari Nining, jim! kamu juga tolong bantu ya!" ucap pak Haryono.
"memangnya mbak Nining ke mana pak?" tanya jimin.
"sejak pagi dia sudah tidak ada di kamarnya. kamu tolong pergi lapor pak lurah ya, biar dia bantu terawang keberadaan Nining!"
"iya pak!"
Jimin pun pergi ke rumah purnomo.
"apa? calon menantu ku hilang?" purnomo kaget mendengar berita hilangnya Nining.
"ini pasti kerjaan Egi!" danang tiba-tiba muncul dari balik pintu.
"jangan asal nebak, mas danang! kita semua tidak tahu apa yang terjadi!" ucap jimin.
"aku yakin, dia yang menculik dan menyembunyikan Nining! semalam di saat orang-orang geger dengan kematian ki jembos, dia ambil kesempatan untuk menculik Nining!"
Muka danang merah padam. jimin tidak tahu harus berkata apa lagi.
"pak! biarkan aku temui Egi sekarang!" ucap danang.
"pergilah bersama dua orang penjaga nang!"
"baik pak!"
Jimin hanya meng geleng-gelengkan kepala. ia tidak mengerti kenapa danang langsung menuduh Egi tanpa bukti.
sesampai di rumah Mbah Sutijah , danang langsung menggedor pintu dengan keras.
"ada apa mas danang?" tanya Mbah Sutijah dengan ketakutan.
"mana Egi!" danang langsung masuk tanpa permisi, di ikuti dua orang berbadan kekar.
"aku di sini! ada apa mencariku?"Egi muncul dari balik pintu dapur.
Bugh!.
Satu pukulan mengenai bibir Egi.
"kenapa tiba-tiba memukulku?"
Danang menyeringai. tangannya sudah mengepal siap memukul Egi lagi.
"mas danang anak pak lurah purnomo yang terhormat! ada apa pagi-pagi membuat keributan?" tanya Ryuka yang masih terlihat lemah.
Ryuka baru saja terbangun karena mendengar suara gaduh, sebenarnya tubuhnya masih terasa berat.
"Nining hilang! aku yakin Egi yang menyembunyikan!" teriak danang sampai terlihay urat nadi di lehernya.
"bagaimana bisa kamu menuduhku? sedangkan kamu lihat sendiri aku sibuk mencari bantuan untuk menyembuhkan Ryuka malam!"
"itu hanya akal-akalan kamu saja! sebenarnya kamu mencari kesempatan untuk menculik Nining kan?"
"suruh saja bapakmu cari tahu keberadaan dia bukanlah pak lurah ahli dalam hal ini!"
"hajar dia!" perintah danang.
kedua centeng lurah purnomo langsung menghajar Egi habis-habisan. meski Ryuka dan Mbah Sutijah berteriak histeris dan mencoba melerai, mereka tidak peduli. bahkanMbah Sutijah sampai terjatuh karena terkena pukulan mereka..
"awas saja kau berani Macam-macam!" ancam danang kemudian pergi.
Mbah Sutijah mengompres wajah Egi yang pemuj luka memar. Egi hanya bisa berbaring di tempat tidur. smentara Ryuka duduk di sebelahnya.
"simbah prgi ke sungai dulu"
"iya mbah!"
Selepas kepergian Mbah Sutijah terdengar ketukan pintu.
"siapa lagi?" Ryuka dengan malas beranjak dari tempatnya duduk.
"Hati-hati, Ryuka! intip dulu siapa yang datang, " ucap Egi memperingati.
Ryuka mengintip dari balik tirai jendela. rupa jimin yang berada di depan pintu. Ryuka pun membuka pintu.
"kamu sudah sembuh?" tanya jimin ketika melihat Ryuka membuka pintu.
"iya, sekarang mas Egi yang sakit, " jawab Ryuka.
"Egi kenapa?ahh… pasti ulah danang!"
"iya, kok kang jimin tahu?"
"soalnya aku baru dari rumahnya!
Ryuka mempersilahkan jimin masuk. jimin melihat keadaan Egi.
"memang kurang ajar si danang itu! mentang-mentang anak lurah berbuat semena-mena!" kata jimin.
"biar aku balas nanti kalau aku sudah benar-benar sehat!" sahut Ryuka.
"jangan nekat! dia itu punya kuasa, juga punya kekuatan ghaib!" kata jimin.
"yang di katakan jimin itu benar! apa lagi kalung mu belum di temukan, jadi jangan macam-macam!" Egi menimpali.
"tapi aku kesal sekali dengan mas danang yang tingkahnya angkuh dan sombong itu! Jangan-jangan mbak Nining pergi dari rumah karena tidak tahan dengan sifat mas danang yang keras kepala"
"atau Nining jadi tumbal bulan purnama! " celetuk jimin.
"ah, iya. apa mungkin Prakas Bhayangkara meminta tumbal setelah ritual perkawinan anaknya yang gagal?" Ryuka mulai curiga.
"nanti malam adalah bula purnama, kita tunggu sampai besok. kalau sampai mayat Nining tiba-tiba di temukan. malu sendiri tuh si danang itu!" timpal jimin.
"kok jadi nyumpahin Nining sih! apa tidak ada niatan buat kita tolong dia. seandainya dia fi jadikan calon tumbal, mungkinkah bisa kita gagalkan" ujar Egi.
"kalau saja aku tidak sakit, pasti aku akan pergi ke sarang iblis itu lagi dan mencari tahu, "ucap Ryuka.
"tidak perlu berpikir terlalu jauh! yang ada kamu menyusahkan banyak orang. kecuali jika kamu minta tolong sama kekasihmu itu!" jimin melirik pada Ryuka yang duduk di sampingnya.
Ryuka langsung melotot.
"siapa yang kamu maksud?"
"siluman elang!" jawabnya singkat tanpa menoleh.
"ada benarnya juga! dia bisa di manfaatkan!" Egi membenarkan.
Ryuka terdiam. apa yang jimin katakan ada benar nya juga.
_______________________________________
dingin malam yang mencekam. bulan bersinar penuh. suara lolongan anjing hutan memecah kesunyian. jarum jam menunjukkan pukul sepuluh malam.
Ryuka sudah sangan mengantuk. ia berbaring dan langsung terlelap.
Glodakk!! suara benda jatuh dari atas genteng terdengar sangat keras. namun, hanya Ryuka yang dapat mendengarnya
Ryuka terbangun dan merasakan perutnya sangat sakit. jauh lebih sakit daripada malam sebelumnya. sampai-sampai dadanya pun itu sesak dan sulit bernapas.
ingin berteriak namun tak bisa. terasa seprti ada yang mencekik lehernya.
terpaksa deh...nikah sm org jahat