Rachel, seorang CEO muda yang sukses, hidup di dunia bisnis yang gemerlap dan penuh tekanan. Di balik kesuksesannya, ia menyimpan rahasia besar—ia hamil dari hubungan singkat dengan mantan kekasihnya, David, yang juga merupakan pengusaha terkenal. Tak ingin skandal mengancam reputasinya, Rachel memutuskan untuk menghilang, meninggalkan kariernya dan kehidupan glamor di kota besar. Ia memulai hidup baru di tempat terpencil, bertekad untuk membesarkan anaknya sendiri, jauh dari perhatian publik.
Namun, anaknya, Leo, tumbuh menjadi anak yang luar biasa cerdas—seorang jenius di bidang sains dan matematika. Dengan kecerdasan yang melampaui usianya, Leo kerap membuat Rachel terkejut sekaligus bangga. Di usia muda, Leo mulai mempertanyakan asal-usulnya dan mengapa mereka hidup dalam kesederhanaan, jauh dari kenyamanan yang seharusnya bisa mereka nikmati. Ketika Leo secara tak sengaja bertemu dengan David di sebuah kompetisi sains, masa lalu yang Rachel coba tinggalkan mulai terkuak, membawa
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Anjar Sidik, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 6: Jejak di Balik Bayangan
Pagi itu, Rachel bangun dengan perasaan cemas yang masih tersisa dari malam sebelumnya. Pesan-pesan ancaman yang ia terima mulai membayangi setiap langkahnya. Namun, ia tak ingin menunjukkan ketakutannya pada Leo. Ia ingin anak itu tetap merasa aman dan tidak terbebani oleh masalah yang ia hadapi.
Di dapur, Rachel sedang menyiapkan sarapan ketika Leo masuk dengan senyum ceria. “Ibu, hari ini aku ada pertunjukan di sekolah. Ibu bisa datang, kan?”
Rachel menatap mata Leo yang penuh harap. Ia merasa bersalah karena terlalu sibuk dengan kekhawatirannya sendiri. “Tentu, sayang. Ibu akan ada di sana dan akan duduk di barisan paling depan untuk mendukungmu.”
Leo tersenyum lebar dan berlari memeluk Rachel. “Terima kasih, Ibu! Aku janji akan menampilkan yang terbaik.”
Namun, di tengah kebahagiaan Leo, pikiran Rachel masih diselimuti oleh rasa takut yang tak bisa ia abaikan. Ia merasa bahwa ancaman itu semakin dekat, dan siapa pun pelakunya, mereka pasti mengincar Leo.
---
Sementara itu, di kantor David
David tengah membaca dokumen di ruang kerjanya ketika seorang asistennya mengetuk pintu. “Tuan David, ada telepon masuk. Orang itu bilang, ini sangat mendesak.”
David mengangguk, lalu mengangkat teleponnya. “Halo, ini David.”
Suara di seberang terdengar lembut namun penuh misteri. “Kau pikir kau bisa menyembunyikan segalanya, David? Aku tahu apa yang kau sembunyikan. Dan ingat, rahasiamu bisa menghancurkan segalanya.”
David mengepalkan tangannya, berusaha mengendalikan amarah yang membara dalam dirinya. “Siapa kau? Apa yang kau inginkan?”
“Bukan apa yang aku inginkan. Ini lebih tentang apa yang kau takutkan, David. Kau akan segera mengerti.”
Telepon terputus sebelum David sempat merespons lebih jauh. Ketakutan mulai merayap dalam hatinya, terutama karena orang ini tampaknya tahu lebih dari yang seharusnya. Ancaman ini bukan hanya tentang dirinya, tapi juga tentang Rachel dan Leo.
---
Di Sekolah Leo
Rachel duduk di barisan depan, menanti dengan cemas pertunjukan Leo dimulai. Ketika akhirnya Leo tampil di panggung, Rachel merasa bangga melihat anaknya berdiri penuh percaya diri di hadapan para penonton. Leo menunjukkan bakatnya dengan sangat luar biasa, menunjukkan sisi jeniusnya yang membuat kagum semua orang.
Namun, di tengah penampilan Leo, Rachel menyadari ada seseorang di sudut ruangan yang menatap ke arahnya dengan pandangan tajam. Pria itu tampak misterius, mengenakan jaket gelap dan kacamata hitam. Rasa takut kembali menyergapnya. Apakah ini orang yang mengirimkan ancaman padanya?
Setelah pertunjukan selesai, Rachel bergegas menghampiri Leo yang sedang menerima pujian dari guru dan teman-temannya. “Leo, ayo kita pulang sekarang,” ucapnya dengan nada mendesak.
“Tapi, Ibu... aku ingin bicara sebentar dengan teman-temanku.”
Rachel mengusap bahu Leo dengan lembut, berusaha tenang. “Nanti kita bisa bertemu teman-teman lagi, tapi sekarang Ibu perlu bicara denganmu di rumah.”
Melihat wajah ibunya yang tegang, Leo mengangguk pelan. “Baik, Ibu.”
---
Di perjalanan pulang
Rachel tak henti-hentinya memandang ke kaca spion, memastikan tak ada yang mengikuti mereka. Ia mencoba bersikap tenang di hadapan Leo, namun rasa khawatir yang menggerogoti hatinya tidak bisa sepenuhnya ia sembunyikan.
“Ibu, kenapa kita buru-buru?” tanya Leo, mulai menyadari ada sesuatu yang salah.
Rachel menarik napas dalam-dalam, mencoba menjawab dengan lembut. “Ibu hanya ingin kita cepat sampai di rumah, sayang. Ada sesuatu yang ingin Ibu bicarakan denganmu.”
Saat mereka tiba di rumah, Rachel segera mengunci pintu dan menutup semua tirai, memastikan tidak ada yang bisa melihat ke dalam. Ia berlutut di hadapan Leo, memegang kedua bahunya.
“Leo, Ibu ingin kamu tahu kalau apa pun yang terjadi, Ibu selalu ada di sini untuk melindungimu. Jadi, kalau kamu melihat atau mendengar sesuatu yang aneh, segera beritahu Ibu, ya?”
Leo mengangguk, meskipun masih tampak kebingungan. “Ibu, kenapa? Apa ada yang mengancam kita?”
Rachel terdiam sejenak, berusaha menemukan kata-kata yang tepat. “Hanya saja... Ibu ingin kamu tahu bahwa kadang ada orang yang mungkin tidak suka dengan Ibu. Tapi kamu tidak perlu khawatir, Ibu akan menjaga kamu.”
---
Di malam harinya
Rachel duduk di ruang tamu, mencoba memikirkan langkah selanjutnya. Ia tahu ia tidak bisa berjuang sendirian dalam situasi ini. Tanpa pikir panjang, ia memutuskan untuk menghubungi David.
Telepon itu hanya berdering beberapa kali sebelum David mengangkatnya. “Rachel, ada apa?”
Rachel berbicara dengan suara pelan, takut suara itu terdengar oleh Leo di kamar sebelah. “David, aku merasa ada yang mengikuti kami. Bahkan di sekolah tadi, ada pria misterius yang terus menatap kami.”
David terdengar berpikir sejenak sebelum menjawab. “Rachel, dengarkan aku. Aku akan memastikan semuanya aman. Besok aku akan mengirim orang untuk menjaga kalian, setidaknya sampai kita tahu siapa yang bermain-main dengan kita.”
Rachel mengangguk meskipun tahu David tidak bisa melihatnya. “Terima kasih, David. Aku... aku tidak tahu harus bagaimana tanpa bantuanmu.”
“Rachel, aku janji, aku tidak akan membiarkan siapa pun melukai kalian. Kau dan Leo adalah segalanya bagiku,” ucap David dengan nada penuh ketulusan, membuat Rachel merasa sedikit tenang.
---
Cliffhanger
Di tengah keheningan malam, Rachel tak menyadari bahwa ada sebuah mobil hitam yang berhenti di depan rumahnya. Seseorang di dalam mobil itu mengamati rumahnya dengan tatapan penuh dendam, memperlihatkan senyum licik di wajahnya.