PLAK
Dewa menatap kaget campur kesal pada perempuan aneh yang tiba tiba menampar keras pipinya saat keluar dari ruang meeting.
Dia yang buru buru keluar duluan malah dihadiahi tamparan keras dan tatapan garang dari perempuan itu.
"Dasar laki laki genit! Mata keranjang!" makinya sebelum pergi.
Dewa sempat melongo mendengar makian itu. Beberapa staf dan rekan meetingnyaa pun terpaku melihatnya.
Kecuali Seam dan Deva.
"Ngapain dia ada di sini?" tanya Deva sambil melihat ke arah Sean.
"Harusnya kamu, kan, yang dia tampar," tukas Sran tanpa menjawab pertanyaan Deva.
Semoga suka ya... ini lanjutan my angel♡♡
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rahma AR, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ke Club
"Boleh juga, Dev. Buat kamu pantas, tuh," cetus Sean setelah mereka cukup jauh meninggalkan Om Nathan dan relasinya.
"Terlalu kalem," tolak Deva. Dia bakalan bingung harus ngomong apa aja kalo hanya berdua saja. Tadi pun cuma senyum, mengangguk dan mengiyakan saja.
Beda dengan Vina yang kerap memprotesnya dan ngga tanggung tanggung saat mengomelinya.
Gadis itu sudah kembali ke Inggris lagi menyelesaikan kuliahnya. Skripsinya belum di acc.
Dia dan Dewa hanya tunggu jadwal sidang saja.
"Rumah tanggamu bakal aman dan damai," komen Ziyan menanggapi.
"Malah terlalu tenang. Aku malah bosan," bantah Deva lagi.
"Oooh.... Jadi kamu lebih suka kalo rumah tanggamu ribut terus tiap detik?" selidik Ziyan.
"Jangan jangan kamu suka sama Vina," tebak Dewa setelah mengamati kembarannya.
"Enak aja. Dengan dia malah darah tinggiku bakalan naek terus," omel Deva menyangkal.
Mungkin dia cukup terbiasa saja dengan kebawelan Vina.
"Cepat stroke, dong," gelak Dewa diikuti yang lainnya.
"Ya, ya. Theo juga sempat bete karena Vina protes terus dan mengomelinya tiap bertemu," kekeh Sean.
Mereka pun tergelak. Teringat masalah Theo dan Ruby dulu. Vina jadi alat Theo agar Ruby cemburu dengannya.
"Theo ternyata lebih kekanakan dibandingkan Quin," cela Sean.
"Mereka berdua sama aja. Hanya saja Theo kelewat pintar menyembunyikan sifat aslinya," gelak Deva.
Tawa pun meledak lagi.
"Aku ngga ikut kalian, ya," pamit Dewa ketika mereka sudah tiba di lobi hotel.
"Mau kemana? Atau mau balik lagi ketemu si Nagita?" ejek Deva.
"Ngawur. Aku mau memeriksa file kerja sama daddy yang baru," jelasnya sambil memberi kode pada valet parkingnya agar segera membawakan mobilnya.
"Kenapa kamu harus kerja sekeras ini, sih. Hari ini kita libur. Lebih baik kita clubbing," tukas Deva mencegah niat kembarannya.
Dewa hanya tertawa.
"Harusnya kamu bersyukur karena Dewa menangani pekerjaanmu," nasehat Ziyan.
"Kamu juga mau pulang?" dengus Deva, karena Ziyan dan Dewa setali tiga uang, sama saja, ngga ada bedanya.
Ziyan tertawa lepas.
"Aku mau tidur. Capek seharian berdiri terus."
"Iya juga, sih. Eh, tapi bukannya besok libur, jadi kita bisa tidur lama," sahut Sean meralat ucapan awalnya.
"Ya, ya. Tapi besok pagi aku mau nemeni daddy mancing."
"Oh iya, ya. Ngomong ngomong kita udah lama ngga mancing lagi," tukas Deva.
"Minggu depan boleh juga, setelah yang bulan madu pulang,' usul Dewa.
"Ya, setuju," sahut Ziyan.
"Oke, kalo gitu," putus Sean.
"Sayangnya kita akan disuguhi keromantisan suami istri," keluh Deva. Dia semakin yakin, kalo Quin akan memanas manasi mereka yang masih jomblo.
"Kalo ada Vina mendingan," sahut Sean. Gadis itu selalu bisa meramekan suasana.
"Skripsinya ditolak terus," tukas Dewa memberitau.
"Ya sudah, Wa. Dikasih tau biar bener. Kamu juga, Va, malah dibiarkan aja," omel Ziyan.
"Bukannya aku atau Dewa ngga mau ngasih tau. Vina tuh ngga mau dibantuin. Quin sama Theo aja yang satu kampus suka ditolak kalo mau bantu," keluh Deva.
"Betul. Katanya dia lebih bangga dengan hasil kerja sendiri," senyum Dewa.
"Cewe mandiri memang. Ngga butuh laki dia," tawa Sean.
Setelah Dewa dan Ziyan pulang, Deva dan Sean saling bertatapan.
"Jadi clubbing?" tanya Sean memastikan. Jangan sampai dia pergi sendirian. Mending tidur seperti Ziyan kalo Deva menolak.
"Jadi, dong."
Wajah Sean langsung sunringah.
"Wokeh...."
*
*
*
Malam ini Emily memilih pergi clubbing bersama kedua temannya dari pada berdiam diri di dalam kamarnya.
Dia beralasan akan mengerjakan tugas kelompok.
Emily mulai berani pergi ke tempat tempat yang dilarang papanya setelah mengenal Carmen dan Nani. Dua orang temannya yang dia kenal sejak dia masuk kuliah.
Hanya mereka yang mau berteman dengannya setelah identitasnya diketahui publik.
Awalnya hanya sekadar untuk menghibur dirinya saja. Dia hanya ingin membuang segala penolakan yang selalu diterimanya tentang keberadaannya selama ini.
Tapi dia keterusan karena ternyata Carnen dan Nani juga paling sering clubbing. Mungkin hampir tiap malam. Hanya saja Emily ngga separah mereka. Dia nggak mau ketahuan papanya dan makin dimarahi kakek neneknya karema sudah mencoreng arang lagi di wajah papanya yang merupakan anggota dewan yang terhormat
"Belum mau pulang nona muda yang terbuang?" kekeh Nani sambil menggoyang goyangkan gelas alkoholnya yang tinggal seperempatnya. Tapi hebatnya dia belum terlalu mabok. Mereka sudah dua jam di sini.
Emily hanya tersenyum. Dia juga sudah meneguk sedikit alkoholnya. Lumayan bisa sedikit meringankan beban berat di kepalanya.
"Ayo, kita ngedance lagi. Paling papa kamu pulangnya masih lama," ujar Carmen sambil menyeret tangan Emily agar melantai bersamanya.
Emily pun melakukannya. Dia meliuk liukkan tubuhnya dengan lincah. Seakan musik yang menghentak bisa membangkitkan semangat hidupnya lagi buat besok hari. Carmen pun mengimbanginya dengan gaya yang lebih sensual. Nani pun ngga kalah heboh ngedancenya.
Deva dan Sean yang baru saja memasuki club langganan mereka, cukup terkesima melihat kehebohan tiga gadis itu yang sedang menari.
Untungnya ini bukan club murahan, sehingga mereka masih belum dimangsa predator.
"Boleh juga," ucap Deva sambil menggerakkan dagunya memberikan petunjuk.
"Ya," senyum Sean agak melebar.
"Lihat cewe itu. Aku akan cium dia. Menurutmu aku bakalan ditampar, nggak?"
"Palingan balas dicium," kekeh Sean.
Deva pun mendekat.
Carmen dan Nani yang duluan sadar langsung melemparkan senyum manisnya
Ganteng banget, puji Carmen dalam hati.
Wow, dewa yunani turun ke.bumi, sorak Nani dalam hati.
Carmen dan Nani tanpa malu malu mengalungkan tangan mereka ke leher Deva.
Deva hanya tersenyum sambil melirik Emily yang tetap cuek dan masih asyik saja bergoyang seakan dia hanya sendirian saja.
Sementara itu Carmen dan Nani makin berani. Mungkin mereka juga sudah setengah mabuk.
Tapi Deva membiarkannnya saja sampai akhirnya dia mendapatkan perhatian targetnya.
"Carmen, Nani! Kalian ngapain?" Emily baru tersadar saat melihat teman temannya bermesraan dengan seorang laki laki yang tampak membiarkan saja dirinya dile-cehkan oleh kedua temannya.
Yang menjijiklan kedua tangan laki laki itu dengan entengnya memegang bagian bagian sensitif temannya. Dan keduanya malah kesenangan sepertinya.
Dia langsung menyeret kedua temannya agar menjauh. Dia yakin temannya ngga sadar karena sedang mabuk.
Tapi karena dia juga mulai sedikit mabuk, tubuhnya jadi agak limbung saat menarik kedua temannya dengan sekuat tenaga.
"Kamu ngga apa apa?" lembut suara Deva menyapa saat menahan tubuh Emily yang hampir jatuh. Sementara kedua temannya malah jatuh karena tarikan kerasnya.
CUP
Deva mencium pipi Emily sekilas membuat gadis itu terpaku.
"Hati hati pulangnya," ucap Deva sambil mengerling pada Sean yang tergelak.
Deva pun melangkah meninggalkan Emily yang linglung sesaat. Selain kaget, kepalanya juga terasa pengar.
"Eh, kalian ngga apa apa?" Dia baru tersadar setelah melihat kedua temannya menatap marah padanya, masih dengan posiisi keduanya yang jatuh terduduk di lantai.
"Pikir lo!" kesal Carmen.
"Sorry, aku ngga sengaja. Aku mau nyelamatin kalian." Emily bermaksud menolong tapi langsung ditepis tangannya oleh Carmen dan Nani.
"Emily....! Kamu nyebelin," seru Nani marah. Dengan agak kesusahan dia bangkit dari jatuhnya
"Sakit, ya?" Emily langsung merasa bersalah. Niat baiknya disalahartikan. Tapi juga memang salahnya juga.
"Sakit tau, Emily," sungut Carmen sambil menepuk nepuk bagian roknya yang berdebu.
Emily melayangkan netranya mencari laki laki kurang ajar yang tadi sempat mencium pipinya.
Yang memyebalkan tadi kenapa dia harus freeze saat dikecup pipinya tadi.
Gara gara alkohol si-alan. Awas aja kalo nanti ketemu lagi! ancamnya dalam hati yang dipenuhi kemarahan.
rasakan kau Baron.. sekarang rasakan akibatnya mengusik calon istrinya Dewa... 😫😫
sudah tahu bakal besan juhan orang berkuasa mlh cari masalah muluk baron
kalau mereka ketemu gimana ya...
DinDut Itu Pacarku ngasih iklan
atau nanti Agni juga ikut-ikutan bersandiwara... buat ngetes calon menantu... he he he he ..
DinDut Itu Pacarku ngasih iklan