Bahira Isvara Aisyah, dia gadis cantik bercadar yang berkulit putih dan bermata lentik.
Aisyah di jodohkan oleh orang tua nya saat memasuki usia dua puluh tahun, saat dirinya baru menggelar status nya sebagai mahasiswa di fakultas negeri disalah satu kota metropolitan.
namun siapa sangka, suaminya yang bernama Abimana Satya Nugraha menolak mentah-mentah kehadiran Aisyah.
Lalu bagaimana dengan Cinta Aisyah?
Apakah Aisyah akan tetap menerima pria itu yang baru saja sah menjadi suaminya?
atau bahkan akan meninggalkan suaminya?
Kita simak yuk ceritanya di karya Novel => Cinta Aisyah By: Miss Ra
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rania Alifah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 20
Kini Matahari sudah mulai menampakkan diri menyambut pagi. Malam panas bagi kedua pasangan pengantin yang sedang di mabuk asmara kini telah usai. Abi yang sudah bangun terus menatap wajah seorang wanita yang sejak tadi masih dalam dekapannya. Abi menarik sudut bibirnya saat mengingat sesuatu hal yang baru saja ia lakukan bersama Aisyah semalam.
"Ya Tuhan, terimakasih Kau telah menjodohkan aku dengan wanita seperti dia. CiptaanMu sungguh indah." gumam Abi tersenyum simpul.
Abi mengusap bibir Aisyah yang ingin sekali ia kecup. Aisyah merasa tak terusik dengan apa yang di lakukan suaminya. Tidurnya terlihat sangat pulas membuat Abi tak tega untuk membangunkannya.
Abi kemudian beranjak perlahan menuju kamar mandi agar tidak mengganggu Aisyah. Abi membersihkan dirinya lebih dulu. Setelah selesai, Abi terlihat sudah rapi dengan pakaian santainya. Kaos polos warna putih dan celana levis selutut yang menjadi pilihannya pagi ini.
Aisyah perlahan membuka matanya yang masih begitu berat ia rasakan. Tubuhnya terasa sakit dan kaku saat di gerakkan. Aisyah menarik selimut sampai lehernya. Aisyah menatap Abi yang sudah terlihat tampan dan harum di depan cermin. Abi yang melihat Aisyah sudah membuka matanya langsung menghampirinya.
"Selamat pagi sayang.." sapa Abi memanjakan istrinya dan di balas dengan senyum malu oleh Aisyah.
"Kenapa mas Abi tidak membangunkan aku untuk sholat subuh. Ini sudah jam tujuh pagi." sahut Aisyah dengan suara khas bangun tidur.
"Nggak usah, libur dulu sehari sholat subuhnya. Tuhan nggak akan marah karena Dia tahu kau baru saja mengurusku semalam." kata Abi tanpa rasa bersalah seakan Tuhan adalah teman baiknya yang bisa ia hubungi kapan saja.
"Ck.. Mas Abi apaan sih. Sempat-sempatnya bercanda." Aisyah berdecak kesal dengan nada yang begitu lemas.
"Eh kamu mau kemana sayang ?" Abi menahan Aisyah yang beranjak duduk dan menyandarkan dirinya sebentar.
"Aku mau mandi mas, mau menyiapkan sarapan untuk mas Abi." kata Aisyah sembari menahan selimutnya di dada.
"Tidak usah kemana-mana dulu pagi ini. Kamu pasti sangat sulit untuk berjalan." sahut Abi.
"Nanti umi akan khawatir padaku jika aku terus berada di kamar." kata Aisyah masih kekeh dengan pendiriannya.
"Nggak. Aku yang akan menjelaskannya pada Umi jika ia bertanya." kata Abi sembari mengulas senyum hangatnya.
"Ya sudah terserah mas Abi saja." sahut Aisyah tak ingin berdebat.
Aisyah berusaha bangkit dan beranjak turun dari kasurnya tanpa melepaskan selimut dari tubuhnya. Abi melihat Aisyah meringis kesakitan berusaha menahan rasa sakitnya di bagian bawah perutnya.
"Kenapa sayang ?" Abi khawatir dan merangkul punggung Aisyah yang membungkuk.
"Nggak apa mas, cuma sedikit sakit saat berjalan." sahut Aisyah sambil meringis menahan sakitnya.
Abi yang melihat Aisyah menjadi tak tega jika membiarkannya berjalan sampai ke kamar mandi. Tak butuh waktu lama Abi membopong tubuh Aisyah yang masih di balut selimut.
"Ah mas kamu mau apa ?" Aisyah terkejut yang tiba-tiba tubuhnya melayang karena ulah suaminya.
"Aku akan membantu mu mandi." kata Abi membuat mata Aisyah membola seketika.
"Nggak usah mas aku bisa melakukannya sendiri. Turunin aku mas." ujar Aisyah berusaha berontak untuk turun dari gendongan Abi.
Saat Abi membuka pintu kamar mandi, tiba-tiba pintu kamar Aisyah ada yang mengetuknya dari luar dan teriak memanggil Aisyah.
Tok..Tok..Tok..
"Aisyaahh.." teriak Umi Nisa dari luar.
Aisyah dan Abi terdiam saling pandang. Abimana yang tahu harus keluar menyerah dan membiarkan Aisyah untuk mandi sendiri. Abi lebih memilih membuka pintu kamar Aisyah sebelum Umi Nisa kembali mengetuknya.
Setelah pintu di buka ternyata Umi Nisa masih berdiri di depan pintu.
"Nak Abi, Aisyah kenapa ? Apa dia baik-baik saja ?" Umi Nisa memberikan beberapa pertanyaan khawatir dengan keadaan putrinya yang sudah hampir jam delapan belum juga menampakkan batang hidungnya.
"Ah Aisyah itu Mi, em.." Abi salah tingkah lalu menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.
"Ya Tuhan aku harus jawab apa ?" gumam Abi dalam hati tak tahu harus menjawab apa.
"Nak Abi.." panggil Umi Nisa lagi menuntut jawaban dari menantunya.
"Maaf Mi, semalam aku, itu, em.. Aisyah, ini.. Ah Aisyah masih sulit berjalan untuk saat ini. Jadi dia.."
"Astaghfirullah.. Umi mengganggu yaa ? Maafkan Umi nak. Ya sudah Umi siapkan sarapan dulu untuk kalian berdua. Umi akan menyuruh mbak siyem untuk mengantarkannya. Masuklah, temani Aisyah di dalam." jelas Umi Nisa sudah paham arah pembicaraan Abi kemudian berlalu pergi dan membuat Abi menghembuskan nafasnya lega.
Meski terpaksa jujur dan malu. Setidaknya orangtua Aisyah mengerti dengan keadaannya saat ini.
Tak berselang lama, Aisyah sudah selesai melakukan ritual mandinya. Caranya berjalan membuat Abi merasa bersalah karena melakukannya berkali-kali semalam hingga membuat Aisyah sulit untuk melakukan kegiatannya seperti biasa.
Di pandangnya wajah cantik nan ayu di balik cermin, Abi yang duduk di tepi kasurnya menatap lekat punggung Aisyah dari jauh dan terlihat rambut panjangnya yang basah. Saat sedang fokus menatap istrinya di balik cermin, pintu kamar kembali di ketuk dari luar.
Tok..Tok..Tok..
"Ning Ais, ini sarapannya.." teriak kecil mbak siyem yang sudah berada di depan pintu.
Abi kemudian membuka pintu kamarnya dan terlihat mbak siyem membawa nampan berisi dua piring nasi beserta lauk juga dua gelas air putih. Abi menerima nampan itu dan mengucapkan terimakasih pada mbak siyem.
"Terimakasih bu.." ucap Abi yang tahu harus memanggil apa.
"Sama-sama den.." sahut mbak siyem dan kembali turun ke dapur.
***
Sedangkan di teras depan rumah. Abah Yusuf yang sedang bersantai sambil berzikir merasa heran karena anak menantunya belum juga ada yang turun kebawah. Hingga Abah Yusuf berinisiatif ingin menghampiri Aisyah di kamarnya. Saat baru satu langkah kakinya menaiki tangga, Umi Nisa memanggilnya.
"Abah, mau kemana ?" tanya Umi Nisa.
"Abah mau ke kamar Aisyah, kok dari subuh belum ada yang keluar ? Abah takut Aisyah sakit." sahut Abah Yusuf yang tak tahu apa yang sebenarnya terjadi.
"Sstt.. Jangan keras-keras Abah. Semalam Aisyah baru memberi nafkah batin untuk suaminya. Aisyah masih belum bisa berjalan." kata Umi Nisa menjelaskan pada Abah setengah berbisik.
"Loh, Umi tahu dari mana ? Umi ngintip ya ?" ujar Abah Yusuf menaruh kecurigaan pada Umi Nisa.
"Sstt.. Abah jangan keras-keras. Nanti Ais malu jika kita mengetahuinya."
Abah Yusuf yang kategori bersuara tinggi takut anaknya akan mendengar pembicaraan mereka. Umi Nisa lalu menarik tangan Abah Yusuf untuk pergi ke halaman belakang agar tidak ada yang mendengar.
"Ada apa sih Mi, kenapa harus disini ngomongnya ?" tanya Abah sudah sangat penasaran.
"Tadi Umi sudah menghampiri kamar Aisyah bah. Dan nak Abi yang keluar membuka pintu. Umi tanya ada apa dengan Aisyah ? Lalu nak Abi menjawab dengan jujur, bahwa Aisyah masih sulit berjalan untuk saat ini dan belum bisa turun ke bawah." jelas Umi Nisa membuat Abah mengambil nafas nya panjang.
"Jadi selama ini mereka berdua baru melakukannya Mi ?"
"Mungkin keduanya belum siap Abah, jangan suudzon. Doakan saja semoga kita bisa cepat menimang cucu Abah."
"Cucu ?"
...----------------...
Bersambung...
***
Alhamdulillah sudah sampai tahap 20 episode.
Doakan Author semoga bisa mendapat 20 episode terbaik dari NovelToon yaa..
terimakasih atas dukungannya selama ini..
iloveu full
🥰🤗😘
kk hadiah satu cawan kopi ☕ utk Rahma