Gabrielle Shaquille Ma, pria tampan dengan nama keren, kekayaannya membuat semua wanita tergila-gila dengannya, bahkan banyak dari mereka berharap bisa tidur dengannya satu malam saja.
Tidak disangka, hati pria yang dingin dan suka menyendiri ini akan tergerak oleh seorang pelayan restoran yang sedang dipermalukan di depan umum.
Sejak detik itu juga, gadis ini telah tertancap di hatinya.
Halo gengsss, selamat datang di dunia ke-uwuan kita. Novel ini adalah pecahan dari novel History Of Liang Zhu(Reinkarnasi Kedua). Di sarankan banget buat baca novel itu dulu sebelum lanjut baca ke novel yang ini biar kalian nggak bingung. Selamat membaca dan semoga terhibur ya 😉😉
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rifani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rifani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Terima Kasih
"Euungghhhhh.....Sakit..!".
Gabrielle yang tengah terlelap samar-samar seperti mendengar suara orang yang sedang merintih kesakitan. Dia merasa sedikit enggan untuk sekedar membuka matanya.
"Sa,kit sekali".
Lagi, rintih kesakitan itu kembali terdengar. Gabrielle kemudian berusaha untuk mengumpulkan kesadarannya. Dia terperanjat kaget mendapati istrinya yang sedang meringkuk kesakitan sambil memegangi perutnya.
"Astaga sayang,kau kenapa hah?" tanya Gabrielle panik.
"Sa,kit Kak" cicit Elea lirih.
Jawaban lirih Elea sontak membuat Gabrielle menjadi luar biasa panik. Dia meloncat turun dari atas ranjang kemudian menyalakan lampu kamar yang sengaja di matikan. Jantung Gabrielle seperti ingin melompat keluar dari mulutnya melihat wajah Elea yang begitu pucat. Tampak keringat dingin mengalir deras di wajahnya.
"Ya Tuhan Elea,kau kenapa? Mana yang sakit hemm?".
Mungkin ini sudah menjadi takdir sebagian wanita yang harus mengalami rasa sakit luar biasa setiap kali datang bulan. Dan itulah yang sedang terjadi pada Elea sekarang. Hampir di setiap bulannya Elea akan menderita seperti ini. Bahkan beberapa kali dia sempat tidak sadarkan diri tanpa ada seseorang yang menolongnya.
"Pe,perutku sakit Kak. Sakit sekali!".
Setelah tahu penyebab istrinya kesakitan,Gabrielle segera meraih ponsel di atas nakas. Dia menekan nomor Ares tanpa melepaskan pandangan matanya dari Elea.
"Halo Tuan Muda, ada masalah apa?".
"Siapkan mobil, kita pergi ke rumah sakit sekarang juga!" jawab Gabrielle kemudian melemparkan ponselnya asal.
Gabrielle mengambil tisu kemudian menyeka keringat yang membasahi wajah istrinya. Dia benar-benar sangat panik melihat kondisi Elea sekarang.
"Sayang,apa yang harus aku lakukan untuk mengurangi rasa sakitmu hem? Aku tidak tega melihatmu seperti ini" ucap Gabrielle sedih.
Dalam kesakitannya Elea berusaha untuk tetap tersenyum. Dia tahu kalau suaminya sedang khawatir.
"Aku sudah biasa seperti ini,Kak. Jangan cemas, kalau tamunya sudah pergi rasa sakitnya juga akan hilang sendiri".
"Tamu?".
Gabrielle tidak mengerti dengan tamu yang di maksud oleh istrinya. Dia segera menyingkap piyama Elea kemudian mengelus perutnya dengan hati-hati saat Elea kembali melenguh kesakitan.
"Euuhhhhhhhhhh,sakit..".
"Sayang,aku harus bagaimana?" tanya Gabrielle kebingungan.
Tok,tok,tok
"Masuk!" teriak Gabrielle dari dalam kamar.
Pintu kamar terbuka. Masuklah Ares,Nun dan beberapa pelayan. Wajah mereka terlihat sangat panik.
"Tuan Muda, apa yang sebenarnya terjadi? Siapa yang mau di bawa ke rumah sakit?" tanya Nun khawatir.
"Berbalik!" teriak Gabrielle murka.
Semua orang segera berbalik badan setelah mendengar teriakan Tuan Muda mereka.
"Sial, kalian pasti senang ya bisa melihat perut putih istriku!" omel Gabrielle sembari menutup perut Elea dengan selimut.
"Kami tidak melihat apapun,Tuan Muda!" sahut Ares mewakili semuanya.
"Tidak apanya. Kau pikir mataku buta apa".
Gabrielle sangat tidak terima ada orang lain yang melihat tubuh molek istrinya. Seharusnya tadi dia lebih siaga sebelum meminta mereka untuk masuk ke dalam kamar.
'Hisshhhh, kenapa aku ceroboh sekali sih. Seharusnya aku membungkus tubuh Elea dulu tadi, sekarang aku jadi rugi kan! Awas saja kau Ares,Nun, berani-beraninya kalian menikmati aset kebanggaanku. Huhhh!'.
Gabrielle terus menggerutu di dalam hati tanpa menghentikan elusan di perut Elea. Dan tentu saja dia melakukan hal itu dari balik selimut. Gabrielle tidak mau mengambil resiko kecolongan seperti tadi jika mengekspos perut rata istrinya di depan pria lain. Rugi bandar dia.
"Apa masih sakit?" tanya Gabrielle pelan.
Elea mengangguk lemah. Tenaganya seperti terkuras karena terus menahan rasa sakit sejak tadi.
"Ambilkan jaket untuk istriku. Kita ke rumah sakit sekarang!" perintah Gabrielle.
"Apa kami sudah boleh berbalik,Tuan Muda?" tanya Nun.
"Ya".
Ares,Nun dan para pelayan segera melihat kearah ranjang. Mereka kaget melihat wajah nyonya mereka yang terlihat begitu pucat.
"Ya Tuhan Nyonya, apa yang terjadi pada anda?".
Nun melirik tajam kearah Lusi yang sudah lancang bertanya seperti itu di hadapan Tuan Muda-nya. Lusi yang mendapat tatapan seperti itu segera menutup mulutnya. Dia menunduk ketakutan.
"Lancang!" hardik Nun dingin.
Elea menoleh.
"Kak Lusi, perutku sakit sekali, tolong aku" keluh Elea.
Lusi yang mendengar keluhan nyonya kecilnya menjadi sangat tidak tega. Tapi dia tidak berani melakukan apapun karena takut dengan sosok dingin bernama Nun itu.
"Siapa yang bernama Lusi?" tanya Gabrielle.
Gabrielle menatap satu-persatu pelayan yang berdiri di sana. Biarlah, asalkan bukan pria Gabrielle akan mengizinkan orang itu untuk mendekat pada istrinya.
"Sa,saya Tuan Muda" jawab Lusi dengan suara bergetar.
"Kemari!".
Sebelum mendekat, Lusi terlebih dahulu melihat kearah Nun. Dia menghela nafas lega setelah mendapat persetujuan dari pria dingin tersebut.
"Sayang, apa yang ingin kau lakukan hemm?" tanya Gabrielle.
Kesadaran Elea sedikit menghilang. Perutnya seperti di cengkeram oleh cakar yang sangat tajam.
"Elea, hei!" panggil Gabrielle saat menyadari ada yang tidak beres pada istrinya.
"Sakit..." lirih Elea sambil terus meremas perutnya.
Gabrielle kelabakan. Dia bingung tidak tahu harus bagaimana.
"Maaf Tuan Muda, sepertinya saya tahu obat yang bisa mengurangi rasa sakit di perut Nyonya!" ucap Lusi hati-hati.
"Kau jangan sembarangan,Lusi!" sergah Nun khawatir.
Lusi berbalik menatap Nun. Sebagai sesama wanita, Lusi tentu saja tahu seperti apa rasa sakit yang di alami oleh nyonya nya yang sedang mengalami menstruasi.
"Nun, kebanyakan kami para wanita memang mengalami kesakitan seperti Nyonya Elea saat tamu bulanan kami datang. Dan hal seperti itu sudah lumrah terjadi. Jika di izinkan, saya akan membuatkan ramuan untuk mengurangi rasa sakit di perut Nyonya. Saya jamin ramuan itu tidak akan membahayakan keselamatan Nyonya. Nyawa saya jaminannya!" ucap Lusi memberanikan diri.
"Kalau begitu kau tunggu apalagi. Cepat buat ramuan itu sekarang!" sela Gabrielle tidak sabaran.
"Tapi Tuan Muda...
Gabrielle menatap dingin kearah Nun. Sekarang yang terpenting adalah kesembuhan istrinya, Gabrielle tidak tahan melihat istrinya tersiksa seperti ini.
"Jika sampai terjadi sesuatu pada istriku setelah meminum ramuan darimu, aku akan benar-benar membunuhmu, Lusi!" gertak Gabrielle.
Lusi mengangguk tanpa rasa takut.
"Tuan Muda tenang saja, ramuan yang akan saya buat berasal dari tanaman herbal. Jadi tidak akan ada efek samping apapun nantinya karena saya juga meminumnya!".
Gabrielle mengangguk. Dia lalu menatap sedih kearah Elea yang sedang meringik kesakitan.
"Tunggu apalagi, cepat buat ramuan itu sekarang!" perintah Nun.
Lusi dan para pelayan segera berlari keluar. Sedangkan Ares dan Nun tetap siaga di dalam kamar.
Gabrielle dengan penuh perhatian terus mengusap-usap perut istrinya. Sesekali dia juga menyeka keringat yang tidak berhenti mengalir di wajah Elea.
"Kak Iel".
"Ya sayang, ada apa?".
Elea tidak melanjutkan perkataannya. Dia sebenarnya sangat ingin mengatakan kalau sentuhan Gabrielle di perutnya sedikit banyak mampu membuat rasa sakit itu sedikit berkurang. Tapi Elea malu untuk mengatakannya. Dia takut Gabrielle akan menganggapnya sebagai wanita murahan yang haus akan belaian seseorang. Meskipun pada kenyataannya Elea memang sangat menginginkan belaian kasih sayang dari orang lain.
Gabrielle yang mendengar isi pikiran istrinya tersenyum sedih. Elea-nya sangat menderita selama ini. Bahkan untuk sekedar menerima perhatian darinya saja dia harus merasa malu.
"Apa seperti ini lebih baik?" tanya Gabrielle sambil terus mengusap perut Elea secara merata.
Elea menatap wajah Gabrielle sebentar, dia kemudian mengangguk.
"Apa kau selalu merasa kesakitan seperti ini setiap datang bulan?".
"Iya Kak" jawab Elea lirih.
"Lalu siapa yang merawatmu?".
"Tidak ada. Aku menahan rasa sakitnya sendirian sampai terkadang jatuh pingsan. Tapi aku tidak mati kok Kak, aku masih sanggup untuk bekerja setelah sadar!" jelas Elea seraya tersenyum kecut.
Pedih. Itulah yang di rasakan oleh Gabrielle,Ares dan Nun setelah mendengar ucapan Elea. Semenderita itukah kehidupan yang di jalani oleh gadis kecil ini?.
"Kenapa tidak mengambil cuti hem? Di dalam laporan absen aku lihat kau satu-satunya karyawan yang tidak pernah bolos!".
Gabrielle berusaha untuk terlihat baik-baik saja di depan Elea. Padahal sesungguhnya di dalam hati dia sedang menangis batin membayangkan kesulitan yang di alami oleh istrinya.
"Manager bilang jika aku sampai membolos dia akan langsung memecatku. Jadi ya meskipun sakit aku harus tetap berangkat bekerja, Kak".
Hening. Ruangan kamar tiba-tiba saja menjadi sangat sesak.
"Kenapa?" tanya Gabrielle lirih.
Rasanya sangat menyakitkan.
"Karena aku tidak boleh sampai kehilangan pekerjaan itu, Kak. Dimana lagi ada orang yang mau mempekerjakan gadis bodoh dan miskin sepertiku!" jawab Elea sambil menampilkan senyum manis di bibir pucatnya.
Rahang Gabrielle mengetat. Dia lalu melirik kearah Ares.
Ares yang paham akan arti lirikan tersebut segera mengangguk. Dia mencatat tugas penting itu di dalam otaknya.
"Kak Iel, apa aku boleh tidur?" tanya Elea sambil menutupi mulutnya yang sedang menguap.
"Tidurlah. Aku akan membangunkanmu nanti jika obatnya sudah siap!" jawab Gabrielle lembut.
Elea mengangguk. Dia terus memandangi wajah suaminya hingga terlelap. Dalam alam bawah sadarnya, Elea menggumamkan satu kata yang langsung membuat mata ketiga orang itu berkaca-kaca.
"Terima kasih!".
'Sayang, aku bersumpah setelah ini tidak akan ada lagi airmata. Kau harus hidup dengan sangat bahagia bersamaku. Aku Gabrielle, tidak akan pernah membiarkan rasa sakit itu kembali terulang. Kau hanya kuizinkan untuk terus tersenyum dan menikmati semua kekayaan yang aku miliki. Aku mencintaimu Elea, benar-benar sangat mencintaimu!'.
🍄🍄🍄🍄🍄🍄🍄🍄🍄🍄🍄🍄🍄🍄🍄🍄
🌻 VOTE SEBANYAK-BANYAKNYA YA GENGSS...
LIKE, COMMENT, DAN RATE BINTANG LIMA
🌻 IG: nini_rifani
🌻 FB: Nini Lup'ss
🌻 WA: 0857-5844-6308
ga tau diri