“Kata mami, dilimu dikilim mami untuk menolongku dan papi. Apa dilimu ibu peli yang baik hati ? “
“A–aku ?! “
Ucapan anak laki-laki itu membuat Alana terkejut, dia tidak mengerti maksud dari perkataan anak tersebut.
Namun, siapa sangka kehadiran Alaska membuat Alana masuk ke kehidupan keluarga mereka dan siapa yang menyangka bahwa papi yang dimaksud Alaska adalah pria yang selama ini Alana tunggu kehadirannya.
Bagaimana dengan kisahnya ? Jangan lupa mampir !
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon dlbtstae_, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kemarahan Kakek Roberto
Keesokan paginya, di kediaman Maverley dihebohkan dengan suara anak laki-laki yang mencari keberadaan kedua orang tuanya. Dia baru menyadari saat tidak menemukan keberadaan orang tuanya di dalam kamar.
“Mommyyy ! Dimana mommy belada ?” tanya Arasyi memanggil-manggil mommy nya dan mencari ke segala sudut ruangan.
Tidak mendapati keberadaan mommynya, Arasyi berlari keluar menuju kamar Alana dan Azalea. Naas-nya disana juga tidak menemukan keberadaan kakak kembarnya, hal itu membuat Arasyi lesu.
“Dimana cemua olang ni, Laci mau belangkat cekolah nda ada liat na…” ucap Arasyi kesal.
“Rasyi, kok belum siap ?” tegur Oma Cellia yang baru saja keluar dari kamarnya.
“Cudah ciap, oma !” kata Arasyi.
“Seragamnya hari ini polosan apa baju olahraga ?” tanya Oma Cellia bingung karena dia lupa jadwal hari sabtu cucunya.
“Hali ini hali celaca oma. Pakai polocan !” kata Arasyi lagi.
Oma Cellia menggaruk kepalanya bingung, dia masuk kembali ke kamarnya dan meninggalkan Arasyi yang terlihat bingung.
“Celaca kan ya, bukan celecai ? Kenapa oma pelgi cetelah Laci bilang hali Celaca ?” pikir anak itu dan dia bergegas ke dapur dengan langkah lesu.
Alaska dan Marissa sudah di ruang makan bersama Avatur dan Alvara yang menunggu kedatangan keluarga mereka untuk sarapan pagi.
“Dimana Rasyi ?” tanya Alvara yang baru ingat dengan adiknya itu.
“Katanya mau nyali mommy, kakak Palala” sahut Marissa pelan.
“Eh, iya ya ?! Mommy tumben belum ke dapur. Apa masih dikamarnya, tur ?” tanya Alvara kepada kembarannya.
Avatur menggeleng, dia mengatakan bahwa orang tua mereka berada di rumah sakit. Mendengar hal itu membuat Alvara terkejut.
“Siapa yang sakit ?” tanya Alvara kaget.
“Kak Lea kecelakaan,” jawabnya singkat.
Bruk !!
“Apa ?!” Alvara spontan memukul meja makan membuat Alaska terkejut dan menangis. Keduanya tidak tahu jika Alaska takut mendengar bunyi benda keras akibat trauma yang dimilikinya.
Melihat Alaska menangis, Marissa menghibur pria kecil itu dengan memberikan segelas air minum.
“Minum, nda ucah nangis. Lagi pucing Ica nih,”
“Hiks, pucing kenapa ?” tanya Alaska heran.
“Iya kamu pusing kenapa, Ca ? Perasaan kamu setiap harinya, mainnnn ja terosss ! Pusing kenapa coba ?”
Wajah Marissa cemberut menatap Alvara di seberangnya. Hal itu membuat Alvara dan Avatur saling pandang.
“Cudahlah, dijelacin juga nda ngelti !” ketus Marissa kesal dan menyembunyikan wajahnya di atas meja.
Tak lama Arasyi datang bersama Opa Cakro dan Oma Cellia. Ketiganya duduk di kursi masing-masing. Oma Cellia segera mengambilkan makanan untuk suaminya dan dilanjutkan mengambil makan ketiga cucunya.
Avatur dan Alvara memilih mengambil makanan mereka sendiri. Marissa terlihat langsung menyantap hidangannya dengan lahap. Inilah yang dia maksud, namun sepertinya tidak ada yang peka dengan perutnya sedari tadi berdendang ria.
Arasyi makan seperti biasa, merasa tidak ada kakak kembarnya dia memilih makan dengan paha ayam tanpa sayur.
“Nda ada Kak Lea, makan paha ayam nda papa lah… nda ucah cali pelhatian hali ini hihi,”
“Alas, Ica, Rasyi dan kalian berdua. Nanti berangkat sekolah diantar sopir ya ! Opa dan oma mau ke rumah sakit lagi !”
“Lumah cakit ? Mau ketemu ciapa ?” tanya Arasyi bingung.
Sepasang paruh baya itu saling pandang dan memutuskan untuk tidak menjawab pertanyaan Arasyi. Takut anak itu menangis.
Arasyi yang tak mendapat jawaban terus bertanya. Avatur menegur adiknya agar menyelesaikan sarapannya dan mereka akan berangkat sekolah.
*
*
*
*
Sesampainya di sekolah, Avatur membuka pintu mobil dan membantu ketiganya turun dari mobil. Sebelum pergi, Avatur memberi pesan kepada ketiganya untuk tidak kemana-mana sebelum ada yang menjemput.
“Ingat pesan abang !” seru Avatur datar.
“Ingat, kalo belom ada yang jemput jangan kemana-mana !” seru ketiganya kompak.
“Bagus ! Kalo gitu abang sama kakak berangkat ke sekolah dulu, kalian hati-hati !”
Ketiganya mengangguk. Alvara membuka kaca jendela dan melambaikan tangannya ke arah ketiga bocah menatap mobil yang perlahan bergerak menjauh.
Setelah mobil tidak terlihat, Arasyi menatap Alaska dan Marissa dengan tatapan curiga.
“Cepeltina aku culiga, gimana menulut kalian ?” tanya Arasyi dengan kening yang berkerut, tatapan yang tajam.
“Ica juga culiga, cepelti….”
“Cudahlah, itu ulusan olang dewaca. Kita olang kecil mikil makan, tidul, main !” ucap Alaska jengah.
“Ayo, macuk !” ajak Alaska membuat keduanya melongo.
“Cepeltina dia nda cocok belteman cama kita, Ica. Nda celuuuuuu !!” bisik Arasyi pelan.
“Nda tau, Ica nda tau !” seru Marissa berjalan mengejar langkah Alaska.
“Nda cetia niiii,”
Sedangkan di sisi lain, Alana mengajak kedua orang tuanya untuk pulang ke rumah. Alana hari ini memutuskan untuk tidak pergi ke kantor dan meminta Asistennya untuk mengirimkan beberapa berkas ke rumah sakit setelah nanti dia kembali dari rumah.
Awalnya Mommy Audrey tidak ingin jauh dari Azalea namun mau bagaimana pun dia harus pulang untuk membersihkan diri. Sedangkan Daddy Chandra mulai hari ini dia akan mengambil alih perusahaan dan mencari dalang penyebab terjadinya kecelakaan putrinya.
Mendengar cerita Asisten Jo, Daddy Chandra dan Opa Cakro yakin ada seseorang yang sengaja mencelakai Azalea kemarin sehingga berakibat fatal.
“Cio, kamu nggak ke kantor ?” tanya Oma Cellia setelah anak, menantu dan cucunya pergi.
“Tidak oma, Cio mau jagain kakak” kata Acio yang tidak mau meninggalkan Azalea.
Oma Cellia mengangguk, tak lama sebuah panggilan masuk di ponsel Acio membuat dirinya langsung menggeser tombol hijau.
“Ha—”
“Bagaimana keadaan Lea, Cio ? Bagaimana kecelakaan itu terjadi !! Kenapa tidak ada yang mengawal ? Dimana penjaga bayangan yang daddy mu atur itu !!” teriak seseorang disana marah.
Acio menjauhkan ponselnya, telinganya yang terasa berdengung. Suara kakeknya membuat Acio harus menghela nafas panjang.
“Maaf kakek, kejadian itu diluar prediksi”
“Diluar prediksi gimana !!! Daddy kamu itu dari dulu suka ceroboh !! Waktu kecil Ana, sekarang Lea !!! Kapan daddy mu itu tidak ceroboh haaa !!! Astagaaa !!! Kakek dan nenekmu nanti malam tiba di kota J !!”
“Kita harus selidiki kejadian ini !” kata Kakek Roberto dan langsung memutuskan panggilan secara sepihak.
Acio mengusap rambutnya kasar, hal itu membuat Oma Cellia bertanya. Dia tidak mendengar percakapan Acio dengan Kakek Roberto karena beliau tadi tengah berada di kamar mandi.
“Ah, nggak papa oma !” seru Acio salah tingkah.
Oma Cellia mengangguk, dia menarik kursi dan duduk di sana di sebelah ranjang cucunya yang masih tidak sadarkan diri.
“Siapapun dia, pasti ada hubungannya dengan kejadian beberapa tahun yang lalu !” ucapnya dalam hati sambil menyentuh tangan cucunya yang bebas dari suntik infus.
Sementara itu, Asisten Jo baru saja tiba di kediaman kakek dan neneknya. Dia melihat seorang wanita cantik tengah bersenda gurau dengan neneknya di kursi depan.
“Untuk apa dia disini ? Apa dia nggak kerja ?”
“Eh, Jo sudah pulang ?” sambut Nenek Jelita. Wanita yang duduk di sebelah Nenek Jelita menatap Asisten Jo.
“Kenapa dia disini nek ?” tanya Asisten Jo kesal.
“Jo, dia kan —”
“ Ngapain ke sini ? Nggak kerja lo ! Gue aduin lo ke bos lo gara-gara lo bolos kerja ! Giliran bos sakit lo ke rumah. Kemarin-kemarin kemana aja lo, kuntiiii !!” ketus Asisten Jo saat melihat wajah wanita cantik itu.
“EEEE ENAK AJA MANGGIL GUE KUNTIIII !!”
“Emang lo kunti ! Kunti bog3lll !!”
“Eh ?! Eh ?! Sudah ! Sudah ! Kalian kenapa bertengkar sihhh !!” tegur Nenek Jelita kesal.
“Apa lo !!” tantang wanita itu menyisingkan lengan kemeja kerjanya.
Asisten Jo yang baru pulang dari rumah sakit, memutar bola matanya malas.
“Aduhhhhhhh !!! Kalian itu dari kecil nggak pernah akur gimana sihhhh !! Nenek loh sudah tua, yang mau dilihat cucu-cucu nenek ini akur, bukan kayak gini !!! Piye to leeeee !!”
Wanita cantik itu dengan nafas memburu menatap sengit Asisten Jo, “ Apa liat-liat !!” sindir Asisten Jo.
“Sudah, cu kamu berangkatlah kerja. Dan kamu Jo, sana mandi dari kemarin juga belum mandi kamu !”
“Ya sudah nek, bilang sama kakek Manda berangkat kerja. Nanti malam Manda menginap disini !” seru Manda sambil curi-curi pandang.
“Nggakkk !! Nggak !! Nggak ada nginap-nginap !!” protes Asisten Jo.
“Dih, mane duli ! Bye Nenek !! Bye bujang kar4tan !!”
“AMANDAAAAAAAAAAAAA !!!”
ini meninggal bneran atau cuma sandiwara sih,,masa iya meninggal lea nya 🤔🤔