Terbangun dari koma, status Alisha telah berubah menjadi istri Rafael. Saat dia masih terbaring tidak sadarkan diri, ayahnya telah menikahkan Alisha dengan Rafael, laki-laki yang menabraknya hingga koma dan mengalami kelumpuhan.
Alisha tidak bisa menerima pernikahan itu, terlebih sikap Rafael sangatlah jauh dari kata suami idaman. Alisha terus memaksa Rafael untuk menceraikannya. Namun, Rafael dengan tegas menolaknya.
Mampukah Alisha bertahan? Atau Rafael menyerah dan menceraikan Alisha?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Itta Haruka07, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ceraikan Aku ~ Bab 10
Sorot mata tajam yang dimiliki pria berparas tampan bernama Rafael itu membuat Alisha yang baru sadar dari pingsan jadi kebingungan. Pertanyaan Rafael kembali membuatnya ingat bahwa sebelumnya dia memang berada di makam ayahnya. Setelah menangis terlalu lama, dia tidak sadarkan diri, dan saat bangun sudah berada di kamarnya.
“Apa kamu yang membawaku pulang?” tanya Alisha pada suaminya. Dia bertanya untuk menghilangkan rasa takutnya akan tatapan tajam Rafael yang bagaikan elang memburu anak ayam. Walau Rafael menyebutnya sebagai anak itik.
“Apa itu penting? Kamu pikir aku mau repot-repot menggendong kamu. Buat apa aku bayar Felix dan suster itu kalau aku masih harus repot menggendong kamu,” jawab Rafael berbohong.
Alisha mengembuskan napas dengan kesal. Suaminya itu entah bagaimana wujud aslinya, sebentar-sebentar baik, sebentar-sebentar ketus. Dia lalu menatap Felix dan suster yang tadi ikut ke makam bersamanya.
“Terima kasih Tuan Felix, terima kasih Suster,” ucap Alisha menganggukkan kepala.
Rafael jelas tidak terima. Dia yang membawa Alisha pulang tapi orang lain yang mendapat ucapan terima kasih. Ya, ini memang karena ucapannya sendiri yang tidak mengakui bahwa dia yang membawa Alisha pulang.
Felix memberi kode pada Rafael melalui gerak matanya. Rafael pun memberikan jawaban lewat satu kali kedipan mata agar Felix mengiyakan apa yang dikatakan Alisha.
“Ya, sama-sama Nyonya,” jawab Felix.
“Kalau saja aku bisa jalan, pasti aku tidak akan menyusahkan kalian,” kata Alisha dengan mimik sedih yang terlihat jelas.
“Nyonya Alisha pasti bisa jalan. Dokter sudah menjadwalkan terapi khusus untuk kaki Nyonya,” ucap salah satu perawat Alisha.
“Tuh, kamu dengar, ‘kan? Asal kamu berusaha, kamu pasti bisa sembuh,” sahut Rafael. Dia lalu beranjak dari tempat tidur Alisha. “Jangan berpikir macam-macam dan minum obatmu. Aku harus ke kantor.”
Dengan langkah cepat Rafael keluar dari kamar Alisha. Setidaknya dia sudah bisa tenang meninggalkan gadis itu setelah melihat keadaannya yang baik-baik saja.
“Cepatlah Felix, kamu tidak tahu kita sudah terlambat!” seru Rafael saat mereka sudah di pintu utama rumah Rafael.
“Iya Tuan. Saya sudah mengundurkan rapat satu jam ke depan,” jawab Felix yang kemudian terburu-buru membuka pintu mobilnya.
Sementara itu, Alisha ditemani dua perawatnya. Dari kemarin gadis itu sama sekali belum berkenalan dengan perawatnya itu karena dia tidak bisa menerima kenyataan bahwa dia tidak akan bisa lepas dari Rafael.
Setelah dia pikir dengan jernih, dia harus sembuh dan berjalan normal kembali supaya bisa menuntut perceraian dari Rafael, atau mungkin melarikan diri dari rumah mewah ini. Dia mulai melirik dua perawatnya yang dari kemarin seperti patung hidup karena Rafael melarang mereka bicara jika Alisha tidak bertanya.
“Nama kalian siapa?” tanya Alisha.
Dua perawat itu saling memandang satu sama lain. Baru kali ini, Alisha mengajak mereka berbicara padahal selama di rumah sakit sampai pulang ke rumah Rafael, gadis itu hanya menghabiskan waktu dengan melamun dan menangis saja.
“Nama saya Hana, Nyonya,” kata perawat bertubuh tinggi yang lebih senior dibanding temannya.
“Oke Hana. Kalau yang satu lagi siapa?”
“Nama saya Irma, Nyonya,” jawab perawat lainnya.
“Oke, Hana, Irma, kira-kira apa aku bisa sembuh total dan berjalan dengan normal?” tanya Alisha. Dia harus memastikan itu, karena dia butuh kaki yang sempurna untuk menjalankan rencananya.
“Kata Dokter bisa, Nyonya. Asal Nyonya minum obat teratur, makan makanan yang dianjurkan dan juga melewati banyak terapi,” jawab Hana.
“Berapa lama lagi kira-kira aku akan berjalan normal?”
“Mungkin sekitar enam bulan sampai satu tahun lagi, tergantung kondisi kaki Nyonya.”
Oke. Aku harus bersabar menunggu selama itu. Baru, setelahnya aku bisa pergi dari sini. Aku tidak mau memiliki suami temperamen seperti Tuan Rafael. Apalagi menjalani pernikahan tanpa saling cinta. Semoga saja, selama menunggu ini, aku tidak jatuh cinta dengannya.
selebihnya mah jelmaan 😈
sadar diri saat sekarat doang
yakin lah pasti dimaafin kok
kan cuma kata maaf doang ya kan.
ogah banget bersimpati sama manusia laknat kayak gitu.
untung alisha tidak memiliki jiwa 😈 dan pendendam seperti saya.