Warning bijak membaca!!!
Rangga adalah seorang pemuda yang gemar membuat syair, hingga pada suatu malam dia bermimpi dikejar oleh seseorang kakek misterius yang mengaku sebagai titisan pendekar syair berdarah, sejak itu semua syair yang tercantum menjadi sebuah mantra sakti. dilarang keras untuk mempelajari atau menghafalkan syair yang ada di novel ini, karena semua hanya imaginasi author saja
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon hafit oye, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Suasana Bahagia
Mereka pun saling berpelukan, Cindy yang tak kuasa menahan kepiluan akhirnya menangis tersedu sedu. Baik Rangga dan Wilona hanya memandang kearah mereka dengan penuh haru.
" Kenapa kamu kurus sekali, perlakuan apa yang telah mereka lakukan padamu? " Ferdinand berkata seraya menatap lekat ke wajah Cindy dengan kedua telapak tangan menempel erat dikedua pipinya.
" Mereka tak melakukan apa pun terhadapku pah, hanya saja aku dikurung tanpa bisa keluar, saat aku berusaha melarikan diri, aku hanya menemukan rumah bilik itu lagi, padahal aku merasa sudah berjalan cukup jauh. " Jawab Cindy masih dengan masih terisak.
" Kamu tak tahu siapa mereka? " Tanya Ferdinand kembali dengan masih memegang kedua pipi Cindy.
Cindy hanya menggeleng, lalu kembali memeluk Ferdinand, dirinya merasa bersyukur akhirnya bisa terselamatkan dan kembali pulang kerumah, walau belum tahu motif atau siapa pelaku dari penculikan dirinya itu.
" Iya sudah, sekarang beristirahatlah. " Ferdinand melepaskan tangannya dikedua pipinya Cindy. Tidak lama keduanya menoleh kearah Rangga dan Wilona.
" Rangga, aku ucapkan terima kasih banyak, berkat kamu istriku bisa kembali kerumah, kamu memang hebat Rangga. " Ferdinand menuntun Cindy untuk mendekat kearah mereka.
" Dengan senang hati pah, " Rangga menunduk hormat setelah Ferdinand berdiri dihadapannya.
" Loh, ini kok manggilnya pah? Kamu curang Rangga kenapa hanya sama suamiku saja memanggil dengan sebutan itu. "
" Aku yang menyuruhnya mah. " Ferdinand menoleh kearah Cindy yang berada disebelahnya. Tangannya masih menggenggam erat.
" Kalau begitu mulai sekarang kamu jangan manggil tante lagi, tapi panggil mamah! " ucapan itu penuh penekanan.
" Kalau begitu baik tante, eh mah. " Ucap Rangga.
" Karena sebentar lagi Rangga akan menjadi menantu kita mah. " Ucap Ferdinand seraya tersenyum, senyum yang menandakan sebuah kebahagiaan.
Tentu saja mendengar penuturan Ferdinand seperti itu, Rangga merasa senang bukan kepalang. Padahal besok atau lusa dia akan mengatakan jika dirinya ingin memperistrikan Wilona. Namun semua jalan itu terlihat mudah untuk Agra, walau belok sempat mengatakan hal itu, Ferdinand sudah berharap dia menjadi menantunya.
" Oh ya.. wah kalau itu aku sangat setuju pah. Tau tidak pah, sepanjang jalan Rangga melakukan Wilona dengan sangat romantis. Padahal saat itu mamah belum tidur. Hanya memejamkan mata saja. Jadi bisa melihat Rangga memperlakukan Wilona penuh kelembutan. " Ucapan Cindy penuh kekaguman.
Wajah Rangga seketika berubah memerah, seperti kepiting rebus. Jadi selama dimobil mamah Wilona melihatku. Oh malu sekali ini, ucap Rangga dalam hati.
Wilona pun tentu saja merasa sangat senang mendengar penuturan mamahnya itu, dirinya memang tertidur pulas, karena cukup merasa lelah. Wah pastinya Rangga selalu membelai belai rambutku saat aku tertidur... Hhhmm Rangga nikahnya besok saja ya? Wilona menggumam dihatinya ada guratan senyum yang tentu saja itu dilihat oleh Rangga dan kedua orang tuanya.
" Kamu kenapa Wilona? Sedang memikirkan apa, sampai senyum senyum begitu. " Seloroh Cindy yang pastinya anaknya itu sedang memikirkan sesuatu yang indah bersama Rangga.
" T-tidaak memikirkan apa apa mah, hanya saja lagi memikirkan perlakuan Rangga, pasti dia lagi merasa malu mah, mamah skak mat begitu. " Ucap Wilona menyembunyikan apa yang terlintas dipikirannya tadi.
" Hhhmm mamah sangat hafal dengan kamu Wilona. " Cindy sedikit melebarkan matanya.
" Sudah, sudah, kenapa jadi debat begini, oh ya Rangga ada satu yang mau papah tanyakan padamu. " Ferdinand berkata, sekarang tatapan terlihat serius kearah Rangga.
" Tentang apa pah? "
" Papah sangat percaya dengan apa yang akan kamu katakan, jadi papah harap dengan kemampuan yang kamu miliki, bisa mengetahui siapa dalang dari penculikan istriku. " Ucap Ferdinand sorot matanya kali ini seperti elang.
" Baik pah, sebenarnya kita hanya perlu bukti saja, untuk nantinya bisa di proses dengan secara hukum yang berlaku, Rangga punya satu petunjuk, bahwa yang melakukan hal ini tidak lain yang pernah saya singgung sebelumnya, yaitu Federico. "
" Tidak mungkin! " Setelah mendengar ungkapan dari Rangga Cindy merasa terkejut, karena nama yang disebutkan tadi adalah sahabat dekat dari suaminya.
" Sabar mah, aku pun sama sulit untuk dipercaya tentang semua ini, tapi kembali lagi papah sangat percaya Rangga, lalu bagaimana kelanjutan supaya bisa mencari bukti yang kuat kalau Federico adalah pelukannya. " Ferdinand sangat percaya dengan apa yang diucapkan oleh Rangga, hanya saja dia sama sekali tidak mengerti kenapa Federico melakukan semua ini,
" Aku hanya harus bisa menemukan kaki tangan Federico, menurut petunjuk dialah yang membayar mahal Baladewa dan eyang Cantilan untuk menculik mamah. "
" Alex? " Ferdinand sangat mengenali siapa kaki tangan Federico. Bahkan kaki tangannya itu dulu pernah bekerja dengannya.
" Papah tahu siapa kaki tangan Federico? "
" Iya sangat kenal Rangga, lalu apa yang harus kita lakukan untuk mencari semua bukti. "
" Tidak ada jalan lain, selain memang menyerang markas mereka dikota ini. Dan menyuruh mereka membuka mulut. Karena mereka sangat pintar dalam menyembunyikan bukti kalau kita menyelidiki secara diam diam. " Tutur Rangga.
" Baiklah Rangga, hal itu aku serahkan semua padamu, jika kamu memerlukan banyak pengawal, nanti aku akan siapkan untuk membantumu. "
" Boleh pah, tapi yang terpenting papah bisa ikut dalam penyerangan ke markas mereka, supaya nanti papah pun akan lebih percaya lagi. Setelah cukup bukti. Kita minta interpol disana untuk membantu menangkap Federico. " Sedikit pun dalam ucapan Rangga tidak ada keraguan, dia sangat tahu bagaimana seharusnya misi itu bisa berjalan dengan baik.
" Oke Rangga, satu hal Rangga, setelah semua selesai. Aku akan segera menikahkan Wilona dengan mu. " Ucap Ferdinand serius.
" Untuk hal itu tentunya aku sangat senang pah, aku mencintai Wilona seperti yang pernah aku bilang ke papah tempo hari, tapi bagaimana pun aku ini laki laki pah, setidaknya aku harus punya pekerjaan. Bagaimana pun nantinya aku akan menjadi kepala rumah tangga. " Ucapan Rangga tak lepas dari perilaku hormat pada calon mertuanya itu, walau dia sudah berjasa besar, dia tidak ingin memanfaatkan hal yang memang tumbuh dari sebuah ketulusan, tidak sedikit pun ada hati yang merasa jumawa.
" Kamu memang pemuda yang sangat luar biasa Rangga, kalau begitu, ijinkan papah menempatkan kamu disebuah perusahaan papah, sebagai kepala bagian. Apa kamu bersedia Rangga? "
" Bersedia pah, tapi tetap harus melalu jalur interview layaknya menerima karyawan baru pah, supaya tidak ada nepotisme dalam hal ini. " Ucap Agra seraya tersenyum tipis.
" Iya, kalau hal itu yang kamu inginkan papah akan mengikuti apa yang kamu mau Rangga. Kamu memang sangat keren Rangga. " Setelah berkata seperti itu, Ferdinand menghampiri Rangga lalu memeluk erat Rangga.
" Aku tak salah menjatuhkan pilihan ke kamu Rangga, jaga putriku ya. Sekarang kamu sudah menjadi bagian keluarga kami, walau kamu belum sah menjadi istri dari anakku. "
" Pasti pah. Itu pasti. "
Wilona yang sedari tadi diam saja, karena dirinya sudah tidak bisa lagi menggambarkan kebahagiaan yang saat ini tengah dirasakan. Tak kuasa menetes air mata menyadari hal itu Cindy sebagai orang tua yang paham perasaan anaknya, mendekati Wilona dan memeluknya.
" Sekarang kalian bisa beristirahat di panthouse, bagaimana pun perjalan kalian cukup jauh dan melelahkan. Apa lagi kamu mah, selama 8 bulan terkurung layaknya dipenjara. Biadab kau Federico! apa salahku selama ini? Dengan teganya kamu melakukan semua ini. " Tangannya Ferdinand mengepal menahan emosi yang ada.
" Kalau begitu aku permisi dulu pah. Aku mau minta Wilona untuk mengantarkan kekamar tamu. " Rangga berkata seraya dirinya bersiap siang untuk melangkah.
" Ehh.. jangan pakai kamar tamu dong Rangga. Kamar keluarga. " Cindy merasa tidak setuju jika Rangga beristirahat dikamar tamu.
" Iya dikamar atas saja, samping kamar Wilona. " Ucap Ferdinand ikut tak setuju dengan permintaan Rangga.
" Oh, kalau begitu terima kasih pah, mah. Ayo sayang antar aku sebentar, habis itu kamu harus beristirahat ya. "
" Iya sayang. "
" Untuk makan nanti ada pelayan yang akan mengantarkan ke kamar kalian ya. "
" Iya mah.. "
Rangga dan Wilona pun menaiki tangga setengah melingkar menuju kelantai atas.