Velicia dianggap berselingkuh dari Jericho setelah seseorang memfitnahnya. Jericho yang sangat membenci Andrew—pria yang diyakini berselingkuh dengan istrinya, memutuskan untuk menceraikan Velicia—di mana perempuan itu tengah mengandung bayi yang telah mereka nanti-nati selama tiga tahun pernikahan mereka, tanpa Jericho ketahui. Lantas, bagaimanakah hubungan mereka selanjutnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lilylovesss, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kembali ke Tempat
****
Sekitar jam dua dini hari, Jericho harus terbangun karena dering telepon yang terus-menerus terdengar tanpa henti. Baru satu jam lamanya pria itu terlelap. Bahkan sekarang kedua matanya masih terasa perih saat ia memaksakan diri untuk menatap layar ponsel.
Jericho sedikit terkejut saat nama sang ayah tertera dengan jelas di layar ponsel setelah meninggalkan dua puluh panggilan. Jika tidak ada sesuatu yang penting, Jericho yakin ayahnya tidak akan melakukan hal itu di larut malam seperti ini.
"Halo, Ayah. Ada apa? Maaf, aku baru saja terbangun dari tidurku."
Saat Jaks memberikan jawaban atas pertanyaan Jericho, pria itu mendadak kehilangan rasa kantuknya dalam detik itu juga. Kedua kakinya dengan segera menyentuh lantai marmer, sementara sambungan teleponnya tidak sempat ia matikan. Jericho menyimpan ponselnya dalam genggaman tangan.
Pria itu berjalan gontai menuruni anak tangga. Seina yang tengah mengambil air minum di dapur mendengar bagaimana langkah Jericho memenuhi deretan anak tangga. Lantas dengan segera ia berjalan ke ruang tengah dan benat saja dia menemukan Jericho sedang mengambil kunci mobil.
"Tuan Jericho, kau akan pergi ke mana?" tanya Seina. Jericho dengan cepat menoleh ke arahnya.
"Ibuku dilarikan ke rumah sakit. Aku akan pergi ke sana sekarang juga."
Seina tidak melakukan apa pun. Perempuan itu hanya diam di sana memperhatikan Jericho yang kemudian menghilang di balik pintu. Raut wajah Seina datar tanpa ekspresi dengan gelas yang ia mainkan di tangannya.
"Apakah wanita itu akan mati malam ini juga?"
****
Jericho tidak pernah menyangka jika ia akan kembali ke tempat yang telah ia datangi dalam beberapa hari terakhir itu. Jericho bahkan berharap jika ia tidak akan kembali ke tempat itu saat ia menjemput Nathalie. Akan tetapi, harapannya sama sekali tidak terkabul sebab Jericho harus kembali duduk di kursi tunggu dengan kedua tangan yang menyatu. Sementara perasaannya tidak tenang dan cemas.
"Lagi-lagi Ayah tidak bisa menjaga ibumu dengan baik. Ayah sedang pergi ke lantai bawah untuk membuat minuman. Tetapi, saat Ayah kembali ibumu sudah tidak sadarkan diri dengan ponsel yang tergeletak di atas lantai."
"Kenapa dengan ponselnya?"
"Firasat Ayah, ibumu baru saja mendapatkan telepon dari seseorang yang berakhir dengan membuatnya mengalami serangan jantung. Saat Ayah periksa, nomornya tidak terdaftar."
Jantung Jericho seperti baru saja tertimpa beton besar. Entah mengapa pikirannya mendadak berpusat pada masalah yang sedang ia hadapi bersama Velicia. Jika benar Nathalie mengalami serangan jantung perihal seseorang di luar sana memberitahukan tentang masalahnya dengan Velicia, sangat wajar jika Nathalie tidak sadarkan diri sekarang.
"Kau tidak memiliki musuh, kan? Ayah rasa keluarga kita tidak memiliki musuh satu pun, tetapi anehnya telepon yang Nathalie terima seakan meminta ia agar segera mati."
Perasaan Jericho semakin tidak tenang. Jika itu disebabkan oleh Velicia, itu tidak mungkin. Selama ini Jericho sangat tahu bagaimana Velicia sangat menyayangi ibunya. Bahkan Velicia sempat berkata beberapa kali jika ia telah menganggap Nathalie sebagai ibunya sendiri yang baru ia temukan sejak bertemu dengan Jericho.
"Kau tidak membawa Velicia ke sini. Apakah dia sedang terlelap?"
"Dia sedang tidak enak badan, Ayah. Itu lah mengapa aku tidak membawanya ke mari."
"Jika sesuatu yang lebih parah terjadi pada ibumu, maka Ayah tidak akan diam untuk mencari tahu siapa orang yang sudah menghubunginya sebelum ia benar-benar tidak sadarkan diri seperti sekarang."
****
Sharine mendadak membeku saat Andrew tiba-tiba datang menemuinya ke rumah. Beruntung kedua orang tua perempuan itu sedang berada di rumah. Jadi, Sharine tidak perlu menyiapkan bahan pembicaraan untuk Andrew agar kecanggungannya tidak terlihat kentara.
"Sudah lama saya tidak melihatmu, Andrew. Mungkin karena saya dan istri yang super sibuk juga."
"Saya juga sudah sedikit jarang bertamu ke rumah ini, Paman."
Sharine menatap kedua mata Andrew. Mengisyaratkan pada pria itu jika ia ingin segera diajak pergi. Tidak ingin berlalu lama berada di dalam rumah denga kedua orang tuanya yang ikut mengobrol bersama. Masalahnya, ibu Sharine mengetahui bagaimana putrinya tersebut sangat menyukai Andrew.
"Paman, hari ini saya ingin mengajak Sharine pergi ke suatu tempat. Apakah boleh saya membawanya?" tanya Andrew, setelah pria itu menyadari signal yang diberikan oleh Sharine barusan.
"Tentu. Kalian boleh pergi bersama. Kalian juga bebas pulang kapan pun," ucap ibu Sharine, ikut menyelam membuat Sharine memelototkan kedua matanya pada wanita paruh baya tersebut.
"Terima kasih, Bibi. Saya akan membawa kembali Sharine tanpa kekurangan apa pun."
"Oh, tentu, Andrew. Kau memang harus melakukannya."
****
"Kenapa kau mendadak berkunjung ke rumahku? Kenapa tidak memberitahuku terlebih dulu? Kedatanganmu sungguh membuatku sangat terkejut, kau tahu?"
Sharine berjalan mendahului Andrew. Pria itu dengan segera membukakan pintu mobilnya agar Sharine segera duduk di samping kursi kemudi. Setelahnya, pria itu menyusul masuk tanpa menjawab pertanyaan Sharine yang telah ia lewatkan dalam beberapa menit.
"Andrew. Kau tidak akan menjawab pertanyaanku?" raut wajah Sharine nampak kesal.
"Untuk apa memberitahumu di saat aku sudah pernah membahasnya denganmu? Kau masih ingat, kan apa yang pernah aku katakan padamu?"
Sharine berdeham kecil. Ia benar-benar merasa sangat tidak enak hati sebab Andrew menepati janjinya meskipun sedikit lebih cepat dari hari yang ditentukan. Meskipun begitu, Sharine merasa ia tidak layak mendapatkannya sebab ia memang tidak bisa menjaga Velicia sampai hari yang ditentukan oleh Andrew sendiri.
"Menurutku kau tidak perlu melakukan ini. Aku juga memiliki jadwal pertemuan dengan saudara-saudaraku nanti sore. Sebelum kita berangkat, bagaimana semisal kita batalkan saja rencanamu hari ini?"
Alih-alih merespon pembicaraan Sharine, Andrew justru menancapkan gasnya. Mobil itu pun melaju meninggalkan halaman rumah Sharine. Sementara itu, Sharine hanya bisa terdiam dengan jantungnya yang mulai berpacu lebih cepat. Sulit ia kontrol saat berhadapan dengan Andrew di mana mereka hanya berdua di sana.
"Kau ingin pergi ke mana hari ini. Aku akan mengantarmu ke manapun."
"Kubilang batalkan saja. Lagi pula aku memiliki pertemuan dengan keluarga besarku, Andrew. Meskipun kita pergi ke tempat yang aku inginkan, kita tidak akan lama di sana. Setelah lima menit, kau harus memutar balik mobilmu untuk mengantarku pulang lagi."
"Kau tidak ingat ala yang ibumu katakan tadi? Ibumu bahkan memintaku mengajakmu pergi sampai lupa waktu. Aku rasa, tidak masalah jika kau tidak bisa datang ke pertemuan keluarga hari ini, Sharine."
Sharine menghela napas dalam. Alasan itu sama sekali tidak bisa mengalahkan Andrew. Semuanya sia-sia dan sekarang ia hanya perlu pasrah sampai Andrew membawanya ke tempat yang tidak bisa ia tentukan sama sekali. Kemungkinan besar, mereka akan terus-menerus berada di jalanan sampai Sharine merelakan mulutnya untuk mengajukan tempat yang ingin ia datangi.
"Sialan! Ini menyesakkan. Aku tidak bisa berlama-lama dengannya seperti ini. Aku harus mencari cara agar Andrew memutar balik mobilnya dan aku bisa kembali pulang ke rumah."
****
yg pinter disini cuma Jeremy 👍😤
kau masuk dalam jerat wanita siluman itu 😏🤨
bahkan kau tak memikirkan perasaan orang tua mu yg ingin sekali bertemu Velicia disaat terakhir nya 😡😡
jika bertemu Valencia dalam keadaan yang lebih baik dan begitu bahagia 🙂