Devina Putri Ananta berusaha menata hati dan hidupnya setelah bercerai dari suaminya, Arthur Ravasya Barnett. Perceraian yang terjadi lima tahun yang lalu, masih menyisakan trauma mendalam untuknya. Bukan hanya hati yang sakit, namun juga fisiknya. Terlebih ia diceraikan dalam keadaan hamil.
Devina dituduh berselingkuh dengan adik iparnya sendiri. Akibat kejadian malam itu, saudari kembar Devina yakni Disya Putri Ananta harus meninggal dunia.
"Menikahlah dengan suamiku, Kak. Jika bersama Kak Arthur, kakak enggak bahagia dan terus terluka. Maafkan aku yang tak tahu jika dulu Kak Reno dan kakak saling mencintai," ucap Disya sebelum berpulang pada Sang Pencipta.
Bayang-bayang mantan suami kini kembali hadir di kehidupan Devina setelah lima tahun berlalu. Arthur masih sangat mencintai Devina dan berharap rujuk dengan mantan istrinya itu.
Rujuk atau Turun Ranjang ?
Simak kisah mereka yang penuh intrik dan air mata 💋
Merupakan bagian dari novel : Sebatas Istri Bayangan🍁
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Safira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 11 - Mantan Istri
"Om... Om kenapa?" tanya Aaron yang mengibas-kibaskan tangannya di depan wajah Arthur yang sedang termenung. Seketika Arthur tersadar dari lamunannya.
"Oh, enggak apa-apa kok. Maaf ya, Om tadi melamun."
"Jangan cuka melamun, Om. Ental kena sambit hantu lumah cakit. Haha..."
Arthur pun tertawa riang tanpa sadar bersama Aaron. Keduanya asyik tertawa bersama. Padahal di luar sana Devina dan Reno tengah kebingungan mencari Aaron yang mendadak hilang.
"Kamu gimana sih! Jaga Aaron saja enggak becus!" omel Devina pada Reno.
"Maaf, Dev. Tadi mendadak perutku mulas. Aku suruh Aaron duduk tak jauh dari pintu depan toilet. Pas aku keluar, dia sudah enggak ada di tempat semula. Aku pikir Aaron ke parkiran mobil. Ternyata di sini juga enggak ada," jawab Reno apa adanya.
"Kamu cari di luar. Biar aku yang cari ke dalam rumah sakit," titah Devina.
Reno pun mengiyakan tanpa banyak membantah Devina. Sebab ia tahu jika dirinya juga salah melepaskan Aaron tanpa pengawasan orang dewasa. Ia tahu saat ini Devina tengah marah padanya. Keduanya pun segera berpencar mencari keberadaan Aaron. Padahal yang dicari tengah asyik bermain mobil-mobilan di kamar Arthur.
☘️☘️
"Om, aku pulang dulu. Mama pasti udah selesai sama Pak doktel ganteng,"
"Pak dokter ganteng?" tanya Arthur entah mengapa ia mendadak tak suka mendengarnya. Padahal ia belum mengenal atau bertemu orang tua Aaron terutama ibu kandung bocah menggemaskan ini.
Entah mengapa sejak kehadiran Aaron tanpa sengaja ke kamarnya, sakit perut yang menderanya berangsur pulih dengan cepat. Aaron bagaikan obat mujarab baginya. Bahkan kini Arthur tampak lebih bersemangat dan terus tersenyum seperti orang yang tengah sehat dan bugar, bukan seperti sedang menjadi pasien rumah sakit.
"Iya, Om. Pak doktel yang peliksa Mama, olangnya ganteng. Tapi_" ucapan Aaron pun menggantung.
"Tapi kenapa?" sela Arthur yang penasaran.
"Kata Mama masih ganteng Papa. Cuma Aaron endak tahu Papa itu ganteng apa jeyeek," jawab Aaron yang terdengar sendu di ujung kalimatnya.
"Loh, memangnya Papa Aaron ke mana? Apa enggak anterin Mama ke dokter di rumah sakit ini?" cecar Arthur dengan lembut seraya mengelus pucuk rambut Aaron.
"Mama bilang, Papa lagi kelja di tempat yang jauh sekali. Tempatnya enggak ada sinyal. Jadi Aaron endak bica telepon Papa. Memangnya tempat sepelti itu di mana, Om? Mahal endak kalau beli tiket pecawat buat pelgi ke cana?"
Seketika tangan Arthur menggaruk-garuk kepalanya yang sebenarnya tak gatal. Ia pun bingung menjawab pertanyaan Aaron yang barusan.
Aaron pun tak pernah mengenal sosok ayah kandungnya yang disampaikan oleh Devina. Sebab tak ada terpajang fotonya di mana pun baik di kediaman Arjuna dan Bening maupun kediaman Binar dan Dion. Di apartemen yang ada di Singapura pun Aaron tak pernah mendapati foto sang Papa.
Faktanya, keluarga besarnya yang melepaskan semua foto mantan suami Devina. Dion mengatakan pada Devina agar tidak menyebutkan perihal Arthur maupun menunjukkan foto lelaki yang berstatus mantan suami pada Aaron.
"Kalau Pluto itu jauh endak Om dari cini?" tanya Aaron tiba-tiba.
"Kok jadi Pluto?" Arthur mendadak heran dan justru balik bertanya pada Aaron.
"Kata teman-temanku di cekolah, meleka suka ledekin kalau Papaku tinggal di Pluto."
"Mereka cuma bercanda. Jangan didengerin. Papa Aaron pasti segera pulang kok. Aaron banyak-banyak berdoa sama Tuhan biar Papa cepat pulang. Jadi bisa kumpul lagi di rumah bareng-bareng Mama dan Aaron,"
"Aaron tiap hali udah beldoa cama Tuhan, Om."
"Aaron doanya bagaimana ke Tuhan?" tanya Arthur.
Aaron menengadahkan kedua tangannya di depan dada seperti orang yang akan berdoa.
"Tuhan, enggak lama lagi kan Aaron ulang tahun yang ke-5. Aaron endak mau hadiah apapun, Tuhan. Mainan dan uang Aaron udah banyak dali Mama, Kakek Opa juga Nenek Oma. Aaron cuma mau Papa pulang. Peluk Aaron lima menit aja. Aaron udah bahagia kok. Aaron juga mau tunjukin ke teman-teman di cekolah kalau aku juga punya Papa kayak meleka," celoteh Aaron yang terdengar sendu dan menyayat hati Arthur.
Deg...
Seketika hati Arthur begitu terenyuh mendengar untaian doa serta permohonan Aaron pada Tuhan barusan di depannya. Seakan ada batu besar yang menghimpit sanubarinya. Perih.
"Ayo, Om anterin. Mama pasti lagi cariin kamu," ajak Arthur begitu bersemangat untuk mengantar Aaron sekaligus ingin melihat kedua orang tua malaikat kecil yang begitu menggemaskan tersebut.
"Ndak ucaah, Om. Kan Om lagi cakit. Aku bisa pelgi ke tempat Mama kok. Aaron kan anak hebat," Arthur tersenyum bangga pada Aaron.
Tiba-tiba pintu ruangan kamar Arthur terbuka dan menampilkan seorang suster lalu masuk ke dalamnya.
"Loh, Aaron ternyata di sini?"
"Iya, Akak Sustell cantik. Hehe..." jawab Aaron menyengir tanpa dosa di depan suster yang ia kenal. Sebab Aaron memang beberapa kali pernah menemani Devina ke rumah sakit tersebut untuk kontrol rutin. Sebagian dokter dan suster banyak yang telah mengenal Aaron. Bocah tampan yang pintar dan menggemaskan.
"Mama kamu tadi nyariin. Ayo, suster antar Aaron ke Mama."
"Siap, Sus."
"Biar saya saja, Sus." Arthur memberikan penawaran.
"Pak Arthur harus banyak istirahat biar cepat sembuh. Saya kenal kok dengan ibunya. Biar saya saja yang antar Aaron ke Mamanya,"
"Iya, Om. Aaron cama Akak Sustell cantik aja. Om cakep bobo aja bial cepet cembuh," celoteh Aaron.
"Baiklah, hati-hati ya Aaron. Sampai jumpa lagi,"
"Daa, Om cakep." Aaron melambaikan tangannya pada Arthur yang masih berada di atas ranjang. Suster dan Aaron akhirnya keluar dari kamar Arthur.
Beberapa menit kemudian, Arthur baru tersadar akan sesuatu.
"Loh, ini kan mobil-mobilan Aaron. Ya ampun kenapa ketinggalan di sini? Kasihan anak itu pasti cari mainannya ini," gumam Arthur yang seketika sedih bercampur cemas. Khawatir Aaron tantrum. Sebab ia pernah beberapa kali mengetahui anak-anak klien bisnisnya yang suka tantrum jika kehilangan mainan kesayangannya.
Seketika Arthur memutuskan turun dari ranjang dan mencabut infusannya secara paksa. Darah pun menetes di tangannya. Ia segera mengambil salah satu kaos sing_let tipis miliknya dari dalam tas yang dibawa Lisa ke rumah sakit. Lalu Arthur membalut ke tangannya tersebut agar darahnya berhenti dan tidak menetes lagi.
Ceklek...
Pintu ia buka dengan cepat. Arthur bergegas berjalan ke arah lobby rumah sakit sambil tangannya membawa mobil mainan milik Aaron. Arthur celingak-celinguk mencari keberadaan Aaron di tengah lalu-lalang orang-orang yang berada di area lobby rumah sakit serta IGD.
Seketika langkah kaki Arthur berhenti begitu pun pandangannya, saat melihat sosok wanita yang tengah menggendong Aaron. Dengan penuh senyum, wanita itu menggendong dan membawa Aaron keluar dari rumah sakit. Wanita yang telah lama ia rindukan dan masih sangat dicintainya.
Mantan istri sekaligus cinta pertamanya yang tak mampu ia lupakan hingga detik ini. Sudah lima tahun Arthur tak melihatnya. Bahkan keberadaan Devina pasca bercerai darinya, ia pun tak tahu. Bagai hilang tanpa jejak yang tertiup angin. Mengerahkan seluruh daya yang ia miliki mencari Devina namun hasilnya nihil.
Akan tetapi kini seakan semesta menjawab doa-doanya. Ya, Arthur berdoa pada Tuhan bahwa ia ingin bertemu dengan mantan istrinya itu dan meminta maaf. Ia tak peduli jika Devina mencintai Reno. Sebab ia begitu mencintai mantan istrinya itu dan tak bisa digantikan oleh wanita manapun.
Cinta Arthur masih sangat besar untuk Devina Putri Ananta. Bahkan cinta itu semakin besar dan menggunung tinggi pasca perceraian yang terjadi pada mereka lima tahun silam.
"Devina," gumam Arthur lirih.
Deg...
Bersambung...
🍁🍁🍁
Tebus semua kesalahanmu dengan membahagiakan mereka
pasti sangat....sangat... mengharukan....