Cerita ini mengisahkan tentang kehidupan seorang gadis yang sangat ingin merasakan kehangatan dalam sebuah rumah. Tentang seorang gadis yang mendambakan kasih sayang dari keluarganya. Seorang gadis yang di benci ketiga kakak kandungnya karena mereka beranggapan kelahirannya menjadi penyebab kematian ibu mereka. Seorang gadis yang selalu menjadi bulan- bulanan mama tiri dan saudara tirinya. Kehidupan seorang gadis yang harus bertahan melawan penyakit mematikan yang di deritanya. Haruskah ia bertahan? Atau dia harus memilih untuk menyerah dengan kehidupannya???
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SunFlower, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
#13
Ting!
Ponsel Keyla berbunyi pertanda ada pesan masuk. Ia hanya melirik sekilas yang ternyata pesan itu dari Aga yang mengingatkan dirinya bahwa besok adalah jadwalnya untuk kembali melakukan fisioterapi.
Keyla menghela nafasnya sambil menatap langit malam dari balkon kamarnya. 3 hari sudah Mahen pergi ke Surabaya. Ia kembali mengingat percakapan antara dirinya dan Mahesa kemarin.
FLASH BACK ON
Saat akan memejamkan matanya, Ponsel Keyla berdering. Ia mengerutkan keningnya saat mendapati nama Mahesa pada layar ponselnya. Cukup lama ponselnya berdering sedangkan Keyla hanya menatapnya. Ia bingung harus menjawabnya atau tidak.
Ting!
Satu pesan masuk. Dengan tangan bergetar akhirnya Keyla memutuskan untuk meraih ponselnya dan membuka pesan dari Mahesa. Pesan singkat yang cukup membuatnya merasa terkejut dan membulatkan matanya.
"Buka pintunya. Aku tahu kamu ada di dalam."
Dengan langkah ragu Keyla berjalan menuju pintu apartemen untuk membukakan pintu Mahesa.
"Kak Esa." sapa Keyla lirih setelah membuka pintu.
"Sepertinya kamu baik- baik saja. Bahkan terlihat lebih baik dari sebelumnya." Ucap Mahesa sambil berjalan masuk melewati Keyla yang berdiri mematung. Ia mendudukkan dirinya di sofa. "Setelah beberapa minggu tidak bertemu denganmu ternyata kamu tetap saja menjadi gadis bodoh." Ucap Mahesa sambil menatap sinis ke arah Keyla.
Keyla menutup pintu lalu berjalan sambil menunduk tidak berani menatap Mahesa. "Kak Esa mau minum apa?" tawar Keyla.
"Aku kesini bukan untuk minum." Jawab Mahesa. " Aku kesini untuk memintamu supaya membujuk kak Mahen untuk pulang ke rumah." Keyla mendongakkan kepalanya menatap Mahesa. "Kamu tahukan sekarang perusahaan kak Mahen sedang dalam masalah. Dan itu semua karena kamu."
"Apa maksud kak Esa?"
"Tentu saja ini salahmu." Keyla mengerutkan keningnya. "Kamu ini bodoh atau pura- pura bodoh? Apa kamu lupa orang seperti apa papa? Gara- gara kamu kak Mahen sekarang jadi menentang papa dan membuat papa marah." Mahesa menjeda ucapannya.
"Apa kamu tahu sekarang papa berniat untuk menghancurkan perusahaan milik kak Mahen." Lanjut Mahesa. Ia menatap Keyla tajam. "Cukup dengan kamu membuatku kehilangan mama." Ucap Mahesa lalu berdiri.
"Kak.."
"Aku mohon kepadamu jangan biarkan kakak kesayanganku hidup menderita karena kesialan yang ada pada dirimu." ucapnya lalu berjalan menuju pintu dan pergi.
FLASH BACK OF
Keyla kembali menitikan air matanya. Ia bingung harus bagaimana? Ia tidak ingin jauh dari kakaknya, tapi dia juga tidak sanggup jika harus melihat Mahen harus hidup menderita karena dirinya.
"Tuhan bolehkah sesekali dalam hidupku aku bersikap egois? Aku juga ingin bahagia. Aku masih ingin merasakan di sayang. Kenapa engkau membiarkan aku untuk merasakan bahagia jika hanya untuk sebentar?" Ucap Keyla lirih.
"Ah.." Keyla mendudukkan dirinya. Kedua lututnya tiba- tiba terasa lemas dan tidak kuat untuk menopang tubuhnya. "Apa lagi ini tuhan?" Ucapnya sambil memijit kakinya. Ia kembali menangis karena tidak dapat merasakan kedua kakinya. Terlalu lama menagis membuat kepalanya kembali sakit.
Ponsel Keyla kembali berdering. Ia dengan perlahan menyeret tubuhnya untuk mendekat ke arah meja lalu meraih ponselnya.
"Halo Key."
"Ga.. Tolong aku.. Sakit.." Ucap Keyla lirih.
"Key.. Kamu kenapa Key.."
"Sakit Ga.. " Rintih Keyla.
"Key tunggu jangan tutup telefonnya. Aku segera kesana." Ucap Aga dengan suara bergetar. Ia benar- benar merasa khawatir.
Keyla masih bisa mendengar suara Aga. Ia memejamkan kedua matanya untuk menahan rasa sakit di kepalanya. Cukup lama ia berusaha untuk tetap sadar hingga ia mendengar suara pintu apartemen yang terbuka kasar dan semuanya benar- benar menggelap.
.
.
Keyla terbaring lemah, kondisinya semakin memburuk. Bahkan ini hari kedua ia belum sadarkan diri.
Dr. Ferdi memasuki ruangan rawat Keyla.
"Bagaimana dok?" tanya Aga.
Dr. Ferdi menatap Aga dengan raut wajah yang sulit diartikan. "Melihat dari hasil pemeriksaan yang kemarin sudah saya lakukan menunjukkan bahwa penyakit yang di derita Keyla semakin memburuk."
"Apa maksud dokter? Bahkan Keyla sudah melakukan apa yang dokter katakan, bahkan dia selalu meminum obatnya." Jelas Aga.
"Saya sendiri masih belum bisa memastikan apa yang memicu penyakit ini cepat berkembang. Kita hanya bisa mengetahuinya saat Keyla sadar nanti. Apa tidak ada pihak keluarga yang bisa di hubungi?" Tanya dr. ferdi. "Saya sudah berulangkali menyarankan kepada Keyla untuk segera memberitahu keluarganya tentang kondisinya saat ini."
"Kakaknya masih berada di luar kota dok." Jawab Aga sambil menatap Keyla.
"Orang tuanya."
"Saya tidak berani memberitahu keluarganya jika tanpa persetujuannya." Jawab Aga. dr. Ferdi pun hanya diam mendengar ucapan Aga.
Aga menghela nafasnya saat ponsel Keyla kembali berdering.
Aga meraih tangan Keyla lalu menggenggamnya erat. "Kapan kamu akan membuka kedua matamu Key? Ayo bangun. Kak Mahen menghubungimu terus Key. Aku bingung harus menjawabnya atau tidak." Ucap Aga. Aga menundukkan kepalanya lalu meletakkan keningnya di atas tangan Keyla. Ia memejamkan matanya. "Aku mohon."
.
.
"Bagaimana kondisi Keyla?" Tanya Feli.
Aga mendongakkan kepalanya. "Seperti yang kamu lihat." Ucap Aga lirih.
"Apa maksud kamu seperti yang kamu lihat? "Ucap Nico emosi. Aga hanya terdiam. Feli menghampiri Nico lalu mengusap punggungnya.
Setelah merasa Nico sedikit lebih tenang, Feli menghampiri Aga. Ia tahu sahabatnya itu juga sedang tidak baik- baik saja. Feli berjongkok untuk mensejajarkan dirinya dengan Aga. Ia meraih tangan Aga untuk di genggamnya.
"Ga. Kami berdua tahu Keyla saat ini sedang tidak baik- baik saja. Apa kamu masih tidak ingin memberitahu kami?" Feli sengaja menjeda ucapannya. "Kami berdua juga sahabat Keyla kalau kamu lupa. Aku dan Nico juga berhak tahu bagaimana kondisi Keyla karena kita juga sayang dan peduli." jelas Feli.
Aga menangis. "Keyla menderita Syringomyelia Fel." Aga semakin menundukkan kepala sambil menahan isakkanya.
"Syringomyelia?" Feli mengulang ucapan Aga. Ia mengerutkan keningnya karena merasa asing dengan penyakit ini.
"Penyakit ini menyerang otak dan sum- sum tulang belakang." Ucap Aga.
"Penyakit seserius ini kalian menyembunyikannya dari kami." Tanya Feli sedikit emosi karena ia tahu selama ini keluarga Keyla tidak pernah ada yang peduli kepada sahabatnya itu. Feli menitikan air matanya saat menatap Keyla yang terlihat semakin kurus. Ia tidak bisa membayangkan Keyla yang meringkuk sendirian sambil menahan rasa sakit yang di rasanya.
"Aku sendiri baru mengetahui hampir 2 bulan ini. Tapi selama itu aku pura- pura tidak tahu dan hanya mengikuti Keyla diam- diam saat dia ada jadwal untuk melakukan fisioterapi. "Jelas Aga.
"Apa kak Mahen tahu?" Tanya Nico.
Aga menggelengkan kepalanya. "Keyla tidak ingin kak Mahen tahu..."
"Dan kamu menyetujuinya." Potong Nico.
"Aku tidak bisa apa- apa. Keyla memintaku berjanji untuk merahasiakan ini. Jika aku menolak maka dia tidak akan melanjutkan pengobatannya." Ucap Mahen dengan nada putus asa.
Ponsel Keyla berdering mengalihkan perhatian mereka bertiga. Mereka hanya menatap ponsel Keyla sampai panggilan itu berakhir.