Niat menerjemahkan bahasa, berujung fucking!!
Cinta gelap seorang mafia Italia bernama Almo Da Costa pada seorang wanita sederhana bernama Luna Diaz yang berprofesi sebagai penerjemah bahasa.
Pertemuan yang tidak diinginkan harus terjadi sehingga Luna kehilangan mahkota berharganya bagi seorang wanita. Hingga 2 tahun mereka berpisah dan bertemu kembali namun hal yang mengejutkan bagi Luna adalah saat Mr. Mafia itu bertanya.
“Where is my child?”
°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°
Mohon Dukungannya ✧◝(⁰▿⁰)◜✧
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Four, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
M'sDL — BAB 25
KETERKEJUTAN KARENA AMARAH
Setelah membisikkan hal yang sangat-sangat membuat Luna geram, pria itu menjauh dan masih menunjukkan senyum licik dan nakalnya itu.
“Aku suka ekspresi mu, sexy girl!" ucap Sergio menunjuk ke arah Luna dengan memancing emosi.
Tak ada yang Luna katakan karena dia ingin melihat lebih jelas karakter pria itu terlebih dahulu. Mungkin saja suatu saat mereka bertemu lagi.
Sungguh! Kepergian Sergio membuat Luna langsung bernapas lega. “Apa mereka semua memang seperti itu?” gumam Luna berpikir bahwa Sergio saudara kandung Almo sehingga dia menyamakan kedua pria berotak mesum itu.
Sementara di ruangan pribadi Almo. Terlihat Rebecca tersenyum penuh godaan ke arah datangnya Almo. “Senang bertemu denganmu lagi!" sapa wanita cantik nan seksi itu menatap ke arah Almo yang berkerut alis dan berjalan maju.
Rebecca tak segan ikut melangkah maju hingga jarak mereka sangatlah dekat sampai wanita itu memperlihatkan jelas belahan dada hingga leher jenjangnya kepada Almo yang saat ini tengah memperhatikan nya lekat dari atas ke bawah.
“Dimana dia?" tanah Almo begitu menggoda bagi Rebecca. Jujur saja, wanita itu ingin sekali mendapatkan nya tapi sangat sulit. Entah apa yang Almo inginkan darinya agar pria itu ingin bermain satu ronde dengannya.
“Aku tidak tahu. Mungkin.... Di tempat lain!” ucap Rebecca yang dengan berani menyentuh pelipis Almo dengan kuku panjang nan cantiknya itu hingga turun ke rahang tegasnya.
Tak ada pergerakan dari Almo sampai dia meraih pergelangan tangan Rebecca.
“Berapa kali kau mencoba menggodaku?" tanya pria itu terdengar seperti sindiran kecil.
“Aku tidak menghitungnya. Mungkin aku akan berhenti saat aku sudah mendapatkan gairah mu!" ucap Rebecca mendekatkan wajahnya ke wajah Almo hingga bibir mereka begitu dekat.
Namun kedatangan Sergio membuat keduanya menoleh. Tatapan tajam Almo tertuju ke pria itu, sedangkan Rebecca mulai melepaskan tangannya dari Almo lalu duduk ke sofa dengan seringaian kecil.
“Aku pikir kau akan melarikan diri Almo!" ucap Sergio yang baru saja menghampirinya dan duduk di sofa yang sama seperti Rebecca duduki.
Pria dengan kaos hitam dan arloji berwarna silver di pergelangan tangan kirinya, kini ikut duduk di sofa singel warna hitam.
“Jangan menyamakan aku dengan kalian." Balas santai Almo yang sudah membuat Sergio menatap marah, berbeda dengan Rebecca yang masih santai-santai saja mendengar percakapan mereka berdua.
“Katakan. Ada urusan apa dia menyuruhmu datang kemari? Jika itu hanya soal wilayah, maka jawaban ku masih sama.” Jelas Almo mulai meneguk segelas wine yang baru saja pelayan tuangkan.
Sergio terdiam, namun sorot mata tajamnya masih beradu pandang dengan Almo hingga dia tersenyum miring. “Kau tidak akan bisa terus menahan wilayah itu, karena itu hanya akan menjadi milikku disaat waktu yang akan menetapkannya Almo.” Ujar Sergio percaya diri.
“Bagaimana pun juga akulah Da costa.” Balas Almo yang masih memberikan tatapan datar dengan senyuman miring.
“Benarkah? Kau tidak akan bisa mendapatkan apa yang kau inginkan sampai kau memiliki keturunan mu. Bukankah itu yang ayahmu katakan?!"
Almo terdiam dan Rebecca menoleh ke Sergio dengan penuh pertanyaan.
“Kau melupakan satu hal. Apa yang tidak bisa aku dapatkan huh?” Almo mulai bangkit dari duduknya dan hendak melangkah pergi.
Namun dengan cepat Sergio pun ikut berdiri sehingga refleks Rebecca juga ikut berdiri.
“Maksudmu memaksa seorang wanita untuk kau jadikan pabrik pembuatan bayi?! Dan kau akan membunuhnya jika dia menolak dan setelah dia melahirkan nya!" ucap Sergio yang langsung menebak dengan tepat sasaran.
Tentu saja langka Almo terhenti. Bukankah itu menandakan bahwa Sergio baru saja menemui seseorang di Mansion nya.
Pria bermata hijau itu berbalik dan menatap tajam nan dingin. “Siapa yang kau maksud?” tanya Almo langsung ke intinya.
Sergio masih berani menunjukkan seringaian liciknya itu. “Kenapa? Apa tebakan ku benar?! Almo Da Costa tidak punya hati, bukankah malang sekali nasib wanita itu kan. CK, ssshhh— lebih baik kau cari wanita seperti Rebecca, dia akan siap memberimu seorang anak dengan cuma-cuma. Dan kau bisa memberikan wanita itu kepadaku agar aku bisa merawatnya dengan baik!”
“ENZO!!" panggil Almo dengan suara keras nan besarnya hingga Rebecca sendiri terkaget dan Sergio langsung terdiam namun masih menatap dengan menantang.
Mendengar suara bosnya yang begitu marah besar, tentu saja enzi langsung datang.
“Seret mereka keluar atau aku tidak akan bisa menahan diriku.” Pinta Almo yang akhirnya memilih pergi. Dia tak bisa membunuh Sergio karena Lorella dan alasan lainnya yang membuatnya mencegah amarahnya sendiri setiap kali berhadapan dengan Sergio sialan itu.
Enzo menatap ke arah Sergio dan Rebecca, hendak memerintahkan anak buah Almo. Sergio menatap tak terima. “Jangan menyentuhku, atau aku akan memotong tangan kalian." Ancam Sergio hingga dia melangkah pergi dengan perasaan marah karena tolakan Almo mengenai wilayah yang Lorella katakan.
Rebecca pun juga ikut pergi hingga Enzo hanya menatap ke arah perginya kedua orang tadi.
Sementara Almo yang masih kalut dalam amarahnya, pria itu mendatangi Luna yang saat itu baru saja bangkit dari duduknya sampai tangan Almo sengaja menjatuhkan vas di atas meja hingga pecah dan membuat Luna kaget.
Pria itu mendorongnya sembari mencengkram leher Luna dan memojokkannya ke dinding hingga wanita itu menahan rasa sakit di pahanya karena dipaksa berjalan mundur dengan tiba-tiba.
“KENAPA KAU BISA BERTEMU DENGANNYA HAH?!” sentak Almo dengan amarah meluap.
“AKU TIDAK TAHU!! DAN AKU TIDAK BISA PERGI KARENA LUKA INI DAN ITU SEMUA KARENA MU." Sentak balik Luna yang masih mencoba melepaskan tangan Almo dari lehernya.
Sungguh! Luna sendiri juga merasa panik saat Sergio datang. Mau kabur pun tak bisa dan kini pria itu malah marah-marah tak jelas.
Sadar akan luka Luna, Almo melepaskannya berbalik membelakangi nya. “MASUKLAH KALIAN YANG BERJAGA! CEPAT!" pinta Almo berteriak marah hingga Luna yang berdiri di belakangnya pun ikut berdegup kencang.
Tentu, satu anak buah Almo datang. Dia adalah pria yang berjaga di depan sekaligus yang mempersilahkan Sergio masuk tanpa izin.
“Maaf Tuan Almo." Ucapnya penuh penyesalan sambil menundukkan kepala.
Tanpa pikir panjang, Almo langsung meraih botol wine dan memukulkan nya ke kepala pria itu dua kali hingga dia tewas dalam sekejap saat darah bercucuran karena beling yang tertancap di kepalanya.
Kedua mata Luna terbelalak kaget melihat pemandangan mengerikan itu. Dia tak bisa berkata-kata hingga refleks mundur selangkah dengan degupan kencang dan tubuh yang gemetar.
“Ap-apa... Apa yang— " napasnya naik turun tak karuan saat Almo menoleh ke arahnya dengan tatapan dingin penuh amarah yang tertekan hingga darah pun ikut menetes di telapak tangannya.
Luna menatap takut hingga wajahnya pucat pasih. “Sekarang mau percaya, bahwa aku tidak main-main dengan perkataan ku. Camkan itu baik-baik." Ucap Almo hingga dia melangkah pergi untuk memenangkan pikiran sejenak.
Sementara Luna mulai menangis melihat pria bersimbah darah itu hingga dia terduduk di lantai dengan kedua tangannya yang menyatu dan meremas dress-nya tepat di depan dadanya yang berdegup kencang.
monic kesel pakai bingiittt 😀😁😆
monic pastinya kecewa krn ada gangguan ketika menggoda Almo 😀😁🫢🤭
kita lht reaksi monic ketika melihat luna Diaz 🙂😁🫢🤭
tunjukan luna bahwa km adalah istri sah Almo 😀😁😆🤣🫢🫢
Resiko hidup sama mafia, spot jantung