Di tahun 70-an, kota ini penuh dengan kejahatan yang berkembang seperti lumut di sudut-sudut gedung tua. Di tengah semua kekacauan, ada sebuah perusahaan detektif swasta kecil tapi terkenal, "Red-Eye Detective Agency," yang dipimpin oleh Bagas Pratama — seorang jenius yang jarang bicara, namun sekali bicara, pasti menampar logika orang yang mendengarnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Khairatin Khair, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
26
Beberapa bulan setelah kejatuhan Bayangan dan penangkapan Adrian, kota mulai pulih dari ketakutan yang pernah menguasainya. Berita tentang runtuhnya jaringan Bayangan menjadi topik hangat, dan warga kota mulai menaruh harapan baru pada masa depan yang lebih terang.
Di kantor Red-Eye Detective Agency, Bagas dan Siti kembali menangani kasus-kasus sehari-hari yang lebih ringan. Mereka menerima permintaan dari orang-orang yang membutuhkan bantuan dalam kasus pencurian, pengkhianatan, dan misteri keluarga. Kasus-kasus ini mungkin tidak seberat perjuangan mereka melawan Bayangan, namun mereka tetap menanganinya dengan dedikasi yang sama.
Suatu pagi, saat Siti sedang merapikan berkas-berkas di meja, Bagas masuk dengan membawa koran. Wajahnya tenang, namun tampak penuh dengan perasaan puas.
“Siti, lihat ini,” kata Bagas sambil menunjukkan sebuah artikel di halaman depan. Artikel itu menampilkan foto Adrian dengan judul besar: “Jaringan Bayangan Terakhir Telah Runtuh”.
Siti membaca artikel itu dengan senyuman. “Akhirnya, Pak. Semua yang kita lakukan tidak sia-sia. Kota ini punya kesempatan untuk hidup lebih aman sekarang.”
Bagas mengangguk, tetapi ia tetap berpikir dalam-dalam. “Benar, Siti. Tapi kita harus selalu siap. Akan ada bayang-bayang lain yang datang, mungkin bukan dalam bentuk yang sama, tapi mereka pasti akan muncul lagi.”
Siti mengangguk setuju, menyadari bahwa tugas mereka sebagai detektif tidak akan pernah berakhir.
---
Masa Depan Baru
Beberapa hari kemudian, Red-Eye Detective Agency menerima undangan dari pihak kepolisian untuk menghadiri acara peringatan dan penghargaan. Bagas dan Siti diundang sebagai penghargaan atas jasa mereka dalam mengungkap jaringan Bayangan. Saat acara itu tiba, mereka mengenakan pakaian terbaik mereka dan menghadiri pertemuan di gedung pemerintahan yang penuh dengan pejabat dan warga kota yang bersyukur atas upaya mereka.
Ketika nama mereka dipanggil untuk menerima penghargaan, tepuk tangan bergemuruh di ruangan. Wajah-wajah yang dulu ragu pada mereka kini memandang dengan penuh rasa hormat dan kagum. Bagas dan Siti berdiri di depan, menyadari bahwa perjuangan mereka telah membuat perbedaan yang nyata.
Seorang pejabat senior memberikan penghargaan itu sambil berkata, “Dengan keberanian, integritas, dan tekad yang kuat, Bagas dan Siti berhasil mengembalikan keamanan dan kepercayaan di kota ini. Kita berutang pada mereka.”
Bagas dan Siti tersenyum dan mengucapkan terima kasih, namun dalam hati mereka sadar bahwa ini bukan tentang penghargaan atau pengakuan—ini adalah tentang menjalankan tugas yang telah mereka ambil sejak awal.
---
Kembali ke Rutinitas
Setelah acara penghargaan, hidup Bagas dan Siti perlahan kembali normal. Mereka tetap menerima klien baru, bekerja dengan tenang, dan menikmati hari-hari yang jauh lebih ringan. Namun, mereka tak pernah melupakan ancaman yang pernah ada, dan bagaimana pekerjaan mereka sebagai detektif telah mengubah hidup banyak orang.
Suatu sore, ketika mereka sedang menutup kantor, seorang pria tua masuk dengan wajah penuh kekhawatiran. Pria itu meminta bantuan mereka untuk mencari cucunya yang menghilang tanpa jejak. Bagas dan Siti mendengarkan dengan seksama, meskipun kasus ini jauh berbeda dari ancaman Bayangan, mereka menangani kasus ini dengan keseriusan yang sama.
“Pak, menurut saya, ini alasan kita melakukan semua ini. Setiap orang punya cerita, punya masalah yang butuh bantuan. Dan kita di sini untuk membantu mereka,” ujar Siti dengan senyum kecil.
Bagas menatap rekan setianya dan mengangguk. “Kau benar, Siti. Ini adalah jalan kita, dan kita akan terus melakukannya, apa pun yang terjadi.”
---
Penutup: Jejak yang Tertinggal
Malam itu, setelah mereka menyelesaikan berkas kasus terbaru, Bagas dan Siti menutup kantor mereka dan berjalan keluar. Mereka menatap kota yang kini terasa lebih damai, dengan lampu-lampu jalan yang bersinar menerangi setiap sudut yang pernah dihantui oleh bayangan.
“Pak, pernahkah Anda berpikir tentang semua yang kita lalui? Rasanya seperti mimpi buruk yang akhirnya berakhir,” ucap Siti sambil memandang langit malam.
Bagas tersenyum, wajahnya menunjukkan rasa bangga dan kepuasan. “Ya, kita telah melalui banyak hal. Tapi ingat, Siti, apa yang kita lakukan bukan hanya soal melawan Bayangan. Ini tentang menjaga harapan orang-orang agar tidak hilang. Kita mungkin tidak bisa menghapus semua kegelapan, tapi kita bisa memberi mereka sedikit terang.”
Siti tersenyum, merasa bahwa perjalanan mereka telah membentuknya menjadi pribadi yang lebih kuat dan tangguh. “Saya senang bisa melalui semua ini bersama Anda, Pak.”
Bagas menepuk pundak Siti dengan hangat. “Dan aku beruntung memiliki partner sepertimu, Siti. Selama kita ada di sini, kota ini akan selalu memiliki harapan.”
---
Semangat.