BY : GULOJOWO NOVEL KE-7 😘
"Menikahlah dengan ku, aku pastikan ayah mu bisa melihat lagi."
Gluk!
"Dan jika kamu bisa membangunkan milik ku, maka aku akan memberikan apapun yang kamu inginkan."
Gluk!
Lagi-lagi Kirana, gadis yang akrab dengan panggilan Kiran itu menelan ludahnya berkali-kali saat mendengar ucapan dari bosnya yang menurut rumor yang beredar di kantor tempatnya bekerja, bosnya itu mengidap impoten.
Apakah Kirana akan menerima tawaran bosnya itu dengan iming-iming yang dijanjikan?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon GuloJowo, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
PART 17
"Kemarilah!" Ujar Arsen menatap tajam ke arah Kirana yang menundukkan kepala. Mau tidak mau meski dengan tubuh yang bergetar dan juga jantung yang berdegup dengan kencang, Kirana menyeret langkah kakinya untuk menghampiri bosnya itu.
Kirana berdiri tepat di depan meja kerja Arsen seraya menunduk ketakutan. Sedangkan sekretaris Niko masih berdiri di tempatnya semula yaitu di dekat pintu masuk.
"Bagaimana? Apa sudah ada uangnya?" Arsen merendahkan nada bicaranya. Namun pandangannya masih menatap lekat ke arah gadis yang ada di depannya saat ini.
Kirana menggeleng. "Maafkan saya Tuan. Saya tidak punya uang sebanyak itu." Kirana memberanikan diri membuka suaranya. "Kalau boleh saya meminta sedikit keringanan dari Tuan. Saat ini uang yang ada di dalam tabungan saya hanya sekitar 20 jutaan. Jika Tuan berkenan, saya akan mencicil sisanya. Bagaimana kalau tuan memotong gaji saya saja?" Kirana berusaha bernego dengan bosnya. Meskipun sebenarnya takut namun Kirana tidak memiliki pilihan lain.
Arsen masih diam saja mendengarkan apa yang dikatakan oleh Kirana tanpa menyelanya sedikitpun. "Berani juga gadis ini bernegosiasi dengan ku." Ucap Arsen namun hanya di dalam hatinya.
Braakk!
Arsen langsung bangkit dari duduknya seraya menggebrak mejanya. "Berani sekali kamu bernego dengan ku!" Suara Arsen mulai meninggi. "Memangnya siapa kamu? Hah! Lancang sekali!" Jari telunjuk Arsen langsung menuding ke arah Kirana.
Kirana yang terkejut sampai memundurkan tubuhnya ke belakang. Sekretaris Niko pun terlihat mengelus dadanya beberapa kali. Mungkin sekretaris Niko juga ikut terkejut.
Arsen mendorong keras kursinya ke belakang hingga kursi itu terjengkang. Kemudian Arsen melangkah mendekati Kirana yang semakin gemetaran. Arsen langsung mencengkram dagu Kirana seperti biasanya. "Baiklah kalau kamu tidak mau membayar kerugian yang sudah kamu buat. Padahal uang segitu tidak ada apa-apanya dibanding kerugian yang harus ditanggung oleh perusahaan." Cengkraman di dagu itu semakin kuat hingga membuat Kirana meringis. "Ada penawaran menarik jika kamu memang tidak bisa membayar ganti rugi."
Mendengar itu sekretaris Niko bukannya senang malah semakin ketar-ketir dibuatnya. Sekretaris Niko takut bosnya itu memiliki rencana lain yang nantinya malah akan membuat Kirana semakin dirugikan.
"Ap-apa itu Tuan?" Sahut Kirana cepat. Kirana berharap penawaran dari bosnya itu akan meringankannya. Namun sayangnya realita tak seindah ekspektasi.
"Menikahlah dengan ku." Ujar Arsen tersenyum smirk.
Gluk!
"Ap-apa?" Jelas saja Kirana terkejut dengan ucapan bosnya itu. Bukan hanya Kirana, namun juga sekretaris Niko yang sejak tadi berdiri di dekat pintu.
Pupus sudah harapan sekretaris Niko untuk mendekati Kirana. Memangnya dia berani melawan bosnya itu? Tidak bukan?
"Ya, jika kamu mau menikah dengan ku maka aku anggap lunas." Senyum smirk kembali tersungging di bibir Arsen.
"Tap-tapi...." Belum juga Kirana melanjutkan ucapannya, Arsen sudah melepaskan cengkramannya di dagu Kirana dengan kasar hingga membuat Kirana terhuyung.
Arsen kembali mendudukkan tubuhnya di atas kursi kebesarannya. Pandangannya masih menatap tajam ke arah Kirana yang sepertinya sedang berpikir.
Ya, Kirana masih berfikir mempertimbangkan ucapan bosnya yang mengajaknya menikah. Apa dirinya tidak sedang bermimpi? Tapi kalau memang dirinya saat ini sedang bermimpi, tidak mungkin kan cengkraman tangan bosnya di dagunya itu terasa sakit?
Arsen yang tidak sabar saat melihat Kirana berpikir, segera mengeluarkan senjata yang menjadi kelemahan Kirana.
"Menikahlah dengan ku, aku pastikan ayah mu bisa melihat lagi."
Degh!
Kirana langsung menatap ke arah Arsen. Darimana bosnya itu bisa tahu kalau ayahnya saat ini tidak bisa melihat? Apa sekretaris Niko yang mengatakannya kepada bosnya itu? Kirana langsung mengalihkan pandangannya menatap ke arah sekretaris Niko yang diam membeku di dekat pintu. Pandangan sendu keduanya bertemu. Namun pandangan itu segera terputus saat suara Arsen kembali terdengar.
"Bagaimana? Apa kamu tidak ingin ayah mu bisa melihat lagi? Aku pastikan setelah acara ijab kabul, ayah mu akan langsung berangkat ke luar negeri bersama sekretaris ku untuk menjalani pengobatan."
Kirana bimbang, namun dirinya tidak punya pilihan. Jika harus membayar ganti rugi jujur saja Kirana tidak mampu. Namun pilihan yang kedua juga sulit untuknya. Akan tetapi iming-iming yang dijanjikan oleh bosnya itu sangat menggiurkan baginya. Kapan lagi ayahnya itu bisa segera sembuh jika menunggu dirinya mengumpulkan uang sedikit demi sedikit? Apa memang ini jalan yang harus Kirana tempuh agar ayahnya itu bisa melihat kembali? Tapi kenapa semua ini terasa berat untuknya?
"Terakhir aku tanya sekali lagi! Dan setelah ini tidak akan ada kesempatan lagi!" Suara Arsen terdengar mengeram. Mungkin dirinya kesal karena sudah dibuat menunggu oleh Kirana. "MAU MENIKAH DENGAN KU ATAU TIDAK?!"
"I-iya Tuan, saya mau!" Akhirnya keputusan itulah yang Kirana ambil. Demi ayahnya. Ya, demi ayahnya. Dia tidak peduli dengan nasibnya nanti. Yang terpenting ayahnya bisa segera melihat kembali.
Bahu sekretaris Niko langsung merosot saat mendengar keputusan yang diambil oleh Kirana. Pupus sudah harapannya. Perasaan itu langsung layu sebelum berkembang.
"BAGUS!" Lagi-lagi senyum smirk tersungging di bibir Arsen. "Sekarang kemasi barang-barang mu dan ikut pulang bersama ku. Aku akan memperkenalkan mu kepada kedua orang tua ku."
"Se-sekarang Tuan?" Tanya Kirana.
"Aku tidak suka mengulang ucapan ku untuk kedua kalinya!" Arsen mulai mengeram.
"Ba-baik Tuan!" Kirana langsung berlari keluar meninggalkan ruangan.
"Tuan," Panggil sekretaris Niko melangkah mendekati meja kerja bosnya setelah kepergian Kirana. "Apa ini tidak keterlaluan?" Sekretaris Niko mengutarakan keberatannya akan sikap bosnya itu kepada Kirana. Jujur saja dalam hati sekretaris Niko berharap bahwa semua ini hanya permainan bosnya. Karena Arsen pernah bercerita kepadanya bahwa dirinya sering di jodoh-jodohkan oleh mamanya. Dan sekretaris Niko berpikir bahwa Kirana hanya akan dijadikan alat oleh Arsen untuk menghentikan aksi perjodohan itu.
"TUTUP MULUT MU DAN JANGAN PERNAH IKUT CAMPUR URUSAN PRIBADI KU JIKA AKU TIDAK MEMINTANYA!" Teriak Arsen mendelik ke arah sekretarisnya itu.
Sekretaris Niko pun kembali mengatupkan bibirnya rapat. Ahh ya sudahlah, memang dirinya bisa apa? Mungkin memang dirinya tidak ditakdirkan berjodoh dengan Kirana.
*****
*****
*****
Jangan lupa Like Komen dan Votenya, saweran kopi dan bunganya juga boleh ☕🌹 Tonton iklannya ya setelah membaca, terimakasih 🙏
Terimakasih
rasain luuu