Sky Rain terlalu gengsi untuk mengatakan jika dirinya mencintai sekretarisnya. Dia selalu beralibi, jika perasaannya pada janda seksi itu hanya sekadar penasaran saja.
Meski sudah cukup kentara perhatiannya, bahkan selalu menjadi seseorang yang ikut memisahkan hubungan Lala dengan lelaki- lelaki lain.
Pun, Sky masih tak mau mengakui jika dirinya
memiliki sebongkah ketulusan di hatinya. Malahan, Sky terus menunjukkan kesan jika dia hanya menginginkan seksinya Lala.
"Di luar sana banyak sekali personil Teletubbies yang mengantri untuk aku kencani, Lala!"
Lala menggerutu pelan. "Aku lebih suka kerja lembur dari pada menerima ajakan kencan boss mesum, galak, playboy, narsistik!"
Follow IG: Pasha_Ayu14 untuk tahu visual para tokoh Pasha yang menggemaskan ya!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pasha Ayu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
MKB bab 8
Siang kemarin Sky sendiri yang memberikan card lock pada Lala. Dominic menemui bukti ketidak setiaan Raffa, termasuk bukti transaksi di aplikasi booking sugar Baby.
Memang Sky tak menyuruh mengawasi Lala, tapi sebagai teman yang sudah lima tahun lebih menjadi kolega di kantor, tentu Dominic berinisiatif untuk mencegat kesialan Lala.
Dari riwayatnya, Raffa sudah beberapa kali memesan Sugar Baby. Bahkan, pria itu dijuluki sebagai sultan di komunitas ruang booking tersebut.
Sering menawari harga mahal bagi yang bersedia memuaskan miliknya sesuai dengan kebutuhan fetish tertentu. Sejauh ini, Raffa hanya menunjukkan ketertarikan pada yang masih ABG.
Sky yakin, semua itu terjadi karena kejenuhan Raffa bersama Lala yang sudah bukan gadis muda lagi. Sekadar mencari rasa yang diinginkan dan tidak ada di diri Lala.
Sebuah tempat temaram, musik DJ berdentum kebat- kebit, aroma alkohol menguar, mata Sky menyorot pada satu wanita seksi yang sudah cukup mabuk.
"Minggir, kau!"
Di tengah lantai pole dance atau tarian tiang, Lala mengacau, Lala bahkan menyuruh penari tiang turun dari tempat agar dia bisa menggantikannya. Sky berdecak, perempuan gila itu benar- benar membuatnya resah.
Malam ini Dominic sedang sibuk dengan urusan pribadinya, maka Sky sendiri yang harus menyusul Lala di sini atau, wanita bodoh itu akan pulang dalam keadaan tidak berbusana.
Lihat saja, Lala bahkan menaiki tiang dan menjadi pusat perhatian karena rok span miliknya mulai tersingkap ke mana- mana. Bukan tarian, Lala justru bergerak seperti dewa mabuk di atas sana.
Terkadang bertingkah seperti dia sedang karaoke, terkadang menangis. Yang pasti, Sky mulai rikuh dengan kelakuan sekretarisnya.
Sudah ada beberapa pria yang agaknya ingin membawa pulang Lala. Pria- pria itu sedang berdiskusi sambil mengarahkan matanya kepada Lala.
Tak mau terekspos, Sky menyematkan masker hitam di wajahnya, memakai topi yang senada sebelum dirinya menghampiri Lala yang masih berjoget tak keruan.
Lala sempat ngeyel ketika Sky menariknya turun, tapi kemudian mau setelah dengan terpaksa Sky menggendong wanita itu.
Lala terus meracau memukuli punggung Sky yang tak urung membawa sekretaris kesayangannya keluar dari diskotik.
Seseorang di luar membukakan pintu, kali ini Sky memasukkan Lala di kursi bagian depan, sementara dirinya yang menyetir. Sky juga tak lupa memakaikan sabuk pengaman Lala.
Hal yang tidak pernah Sky lakukan terhadap Lala, entah kenapa malam ini dilakukan oleh duda yang bahkan sudah bertekad untuk tidak akan pernah menikah lagi.
Mobil Sky perlahan jalan. Pengawal masuk ke mobil lain dan mengiringinya. Sementara Lala masih dalam kondisi meracau tak keruan.
"Raffa akan menyesal selingkuhi aku yang mandiri dan tidak banyak menuntut! Raffa akan menyesal, lihat saja!" serapahnya.
Kalung Boss Sky yang kemarin ditaksir dengan nominal setengah milliar, rupanya untuk mem-booking sugar Baby. Mengingat itu, Lala menangis histeris.
Sky tertawa seringai, segitu depresinya Lala hanya karena lelaki macam Raffa. Sky terus memutar bola mata meremehkannya.
"Raffa tega sekali! ... Padahal karena itu, Boss ku yang mesum, sialan, diktator, bastard itu memotong gaji ku!" Penuh dengan dramatis, Lala menyumpahi Sky yang meliriknya tajam.
"Huhu, ... Nasibku tidak pernah bisa baik! ... Kenapa aku harus bertemu dengan orang- orang yang buruk!" tambah Lala.
"Tidak," ralat Lala lirih. "Ada Dominic yang paling baik di antara yang lain. Yah, ... Andai dia menyukai ku, aku mau menjadi istrinya."
Sky meremas setir karena racauan Lala terlalu menyebalkan. "Sayangnya Dom tidak menyukai ku, ... dia malah menyukai Mbak Widya yang usianya sudah lebih tua!"
Lagi, Lala tergelak- gelak menangisi nasib sialnya. "Pak sopir!" Lala menarik lengan Sky yang dia anggap sopir taksi.
"Ini sisa uangku." Lala menyodorkan uang receh, kembalian dari bartender yang kasihan karena dirinya mengaku tidak membawa cukup uang untuk naik taksi.
"Antar aku ke rumah, ya! Jalan merdeka yang tidak bisa memerdekakan aku!" Lala menarik jaket Sky yang diam saja.
"Jawab aku Pak sopir!"
"Hmm!" Sky bergumam, sialan memang, sekretaris yang dia bayar malah merepotkan, bahkan menyerapahi keburukan dirinya selama ini.
Lala kembali fokus pada penderitaan yang belum usai juga. "Kenapa lelaki di dunia ini diciptakan hanya untuk menyakiti wanita?!"
Sky mulai mengorek telinga yang cukup pengang karena teriakan Lala. Ternyata begini sikap asli wanita itu, konyol sekali.
"Termasuk Boss Sky yang otoriter! ... Dia sering membuat ku sakit hati. Andai aku punya banyak uang, aku tidak suka menjadi bawahan lelaki arogan sepertinya!"
Lala tertawa samar yang lebih terdengar miris oleh seorang Sky. "Sekarang aku harus apa? ... Kalung setengah milliar ku tidak akan bisa kembali lagi!"
Lagi, Lala memukuli pahanya sendiri secara geram dan menyesal. "Padahal setengah milliar bisa untuk pengobatan ibu!"
Seketika Lala mengingat, bagaimana ibunya sudah cukup berharap akan pernikahan yang ternyata akan gagal kembali. "Ibu pasti sedih sekali... huaaaa!"
Bam! Terakhir, Lala bergerak frontal hingga membentur kabin depan mobil dan membuatnya pingsan karena terlalu pusing.
Sky mendesis geram, wajahnya mengernyit cukup kuat, membayangkan rasa sakit di kepala Lala dia yang ngilu. "Kau ini berisik sekali."
Sky membawa sebelah tangannya, membawa kepala Lala agar bersandar tenang. Sambil menyetir, Sky melirik wanita itu sesekali.
Ternyata kasihan juga setelah wajah Lala diam dan sendu. "Kau terlalu naif memilih calon suami," gumamnya, lalu membuka masker hitam di wajahnya.
Sebenarnya Sky tertarik pada wanita ini, tapi dia pernah mengatakan pada almarhumah Leona jika dia akan tetap setia meski maut memisahkan.
Ajakan kencan yang kemarin dia tawarkan untuk Lala itu, anggap saja hanya jajan, dan Sky tidak meyakini jika itu pengkhianatan.
Sky memasuki halaman rumah lain miliknya yang lebih dekat dengan lokasi bar. Alasan dia membawa Lala ke sini karena tak ada satu pun keluarganya.
Tak mungkin Lala dipulangkan dalam kondisi mabuk atau ibu Lala yang sedang dirawat perawat khusus akan berpikir macam- macam padanya yang sebetulnya ingin juga macam- macam.
Sky keluar dari mobil, berjalan memutar dan membuka pintu Lala demi meraih tubuh lunglai wanita itu. Beuh, Tuhan, bibir Lala terkuar aroma sampanye yang kuat.
"Tuan!" Satu penjaga yang biasanya hanya menjaga hunian kosong ini menyatroninya.
"Buka pintunya, kami akan menginap."