Langit yang sangat mencintai Monica merasa tidak bisa melupakannya begitu saja saat Monica dinyatakan meninggal dunia dikarenakan kecelakaan yang tiba-tiba. Diluar dugaan, arwah Monica yang masih penasaran dan tidak menerima takdirnya, ingin bertemu dengan Langit. Dilain tempat, terdapat Harra yang terbaring koma dikarenakan penyakit dalam yang dideritanya, hingga Monica yang terus meratapi nasibnya memohon kepada Tuhan untuk diberi satu kali kesempatan. Tuhan mengizinkannya dan memberinya waktu 100 hari untuk menyelesaikan tujuannya dan harus berada di badan seorang gadis yang benar-benar tidak dikenal oleh orang-orang dalam hidupnya. Hingga dia menemukan raga Harra. Apakah Monica berhasil menjalankan misinya? apakah Langit dapat mengenali Monica dalam tubuh Harra?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon S.Prayogie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 20 : DEGUPAN DIDALAM DADA
..."Tentu tidak mudah merelakanmu, namun-- Apalagi yang harus kulakukan. Katakan--"...
...----------------...
67 Days
Angka itu tertera di lengan Monica yang kembali menatapnya dengan mengatupkan bibirnya. Dia menghela nafas sambil berjalan kesana kemari untuk menunggu Harra yang sedari tadi belum pulang kerumahnya. Monica terduduk disalah satu sudut kamar Harra dengan perasaan cemas. Dia takut bahwa apa yang direncanakannya tidak berhasil, Monica menggenggam erat tangannya sambil merasakan perasaan sesak yang menyelimuti dirinya.
Tiba-tiba pintu terbuka dan ditutup kembali dengan keras. Tampak Harra dengan wajah penuh amarah lalu melemparkan tasnya begitu saja ke ranjang. Dia lalu menopang tubuhnya dengan kedua tangannya di meja rias sambil menundukkan wajahnya, membuat rambut coklatnya menutup sebagian wajahnya.
"Hahh-- Hahh-- Hahh" terdengar nafas Harra yang tersengal-sengal.
Monica menyadari bahwa Harra dalam situasi yang tidak baik-baik saja. Namun apa yang membuat gadis itu seperti itu menjadi sebuah pertanyaan bagi Monica.
"Langit-- Langit-- Lihat saja, aku akan mendapatkanmu" kata Harra sambil melihat wajahnya dicermin meja riasnya.
Monica membeku mendengar apa yang dikatakan oleh Harra. Nada penuh dengan amarah. Ternyata Harra seperti ini karena Langit tapi kenapa sampai seperti ini. Monica memutuskan untuk pergi dan mencari tahu alasan atas kemarahan Harra.
Monica berdiri ditengah lobby gedung kantor Langit sambil melihat sekitar mencari sosok Langit. Monica ingin melangkahkan kakinya namun tiba-tiba lengannya ditarik oleh Afra dari belakang.
"Mau kemana lagi?" tanya Afra kepada Monica yang tampak panik.
"Mau cari Langit, sepertinya dia habis ketemu sama Harra. Harra sampai rumah dengan kondisi marah. Aku ingin tahu apa yang membuatnya sampai semarah itu" kata Monica masih mengedarkan pandangannya.
"Aku ceritakan--" kata Afra tiba-tiba yang membuat Monica langsung menoleh dan menatap Afra. Monica terkejut dengan perkataan Afra.
"Maksudnya? Kamu tahu?" tanya Monica sambil menatap Afra dengan pandangan menyelidik.
Afra mengangguk Afra berusaha mengalihkan pandangannya dari Monica dan menarik Monica kembali ke "rumah"nya.
"Kok kamu bisa tahu?" kata Monica sambil mendekat kearah Afra yang masih terdiam sambil menatap air danau.
"Tenang dulu--" kata Afra sambil menatap Monica
3 Jam yang lalu----
Harra memutuskan mendatangi Langit kembali, kali ini dia meminta pertemuan resmi dan ternyata Langit menyanggupinya. Harra masuk kedalam kantor Langit dan berdiri tepat dihadapan Langit. Langit memandangnya dengan wajah tanpa ekspresi dan mempersilahkan Harra duduk.
Harra sempat terkejut melihat ekspresi wajah Langit yang tampak tidak tertarik kepadanya. Ini pertama kali bagi Harra melihat seorang pria tidak tertarik dengan pesonanya.
Langit meletakkan teh yang sudah dibuat asistennya didepan Harra. Sambil mempersilahkan Harra.
"Mohon maaf, ada keperluan apa anda ingin menemui saya?" tanya Langit kepada Harra.
Harra menyunggingkan senyuman disudut bibirnya sambil meletakkan kembali cangkir tehnya.
"Sebelumnya-- Saya berterima kasih karena anda sudah menyempatkan waktu kepada saya" kata Harra sambil tersenyum.
Langit mengangguk dan menunggu perkataan Harra selanjutnya.
"Saya pernah melihat profil anda sebelumnya. Hmm-- Bukankah anda pernah terjun ke dunia balap motor profesional?" tanya Harra sambil menatap wajah Langit.
Langit tersenyum dan menyandarkan punggungnya.
"Iya-- Masa muda saya. Sebelum disibukkan dengan urusan perusahaan. Kenapa anda bertanya tentang itu?" tanya Langit kepada Harra.
"Saya melihat beberapa artikel dan merasa tertarik dengan kepribadian anda. Sehingga saya bermaksud menjadikan anda Brand Ambassador brand kami. Namun, itu berarti anda harus kembali ke dunia balap motor" kata Harra secara terang-terangan.
Langit terdiam sambil menatap Harra tajam. Dia berusaha mencari maksud dari setiap perkataan Harra.
Langit menyunggingkan senyuman lalu memajukan badannya, tangannya tergenggam dengan siku yang menopang dilututnya. Matanya menatap Harra tajam. Saat itu jantung Harra tiba-tiba berdetak. Pesona Langit menariknya tanpa dia sadari.
"Mohon maaf mengecewakan anda. Tapi saya sudah memutuskan berhenti dari dunia balap motor" kata Langit sambil tersenyum.
Harra terdiam sejenak. Menatap mata Langit dengan lekat dan memperhatikan setiap bagian dari wajah Langit yang ada didepannya.
"Kalau boleh saya tahu apa alasannya?" kata Harra lalu dia menyunggingkan senyuman dan melipat kedua tangannya.
"Sangat jarang saat seseorang menolak penawaran kami" lanjut Harra.
"Berarti saya masuk dikategori orang yang jarang itu" kata Langit sambil meminum kopinya.
"Karena Pak Hendra?" tanya Harra tiba-tiba.
Langit menghentikan minumnya dan terdiam. Lalu dia meletakkan kembali gelasnya dimeja. Langit menatap Harra kembali namun kali ini pandangan mata Langit tampak berubah. Sorot mata yang mempesona itu menjadi tatapan tajam yang menyimpan amarah.
"Sejauh apa anda menyelidiki saya?" tanya Langit dengan nada tajam.
"Bukankah wajar bagi sebuah perusahaan melihat background story seseorang yang ingin direkrutnya?" kata Harra kembali berusaha menenangkan dirinya karena sedikit terintimidasi dengan tatapan tajam Langit.
Langit menggelengkan kepalanya dan menarik nafas dalam.
"Saya pikir anda hanya seorang wanita yang berasal dari keluarga kaya raya, namun ternyata anda lebih dari itu" kata Langit sambil menatap Harra.
"Bukankah kita sesama pebisnis sudah saling memahami bagaimana cara menjalankan bisnis kita" Harra menaikkan pundaknya saat menjawab Langit.
"Bukankah saya juga harus tahu tentang anda sebelumnya. Seperti anda yang mencari tahu tentang kehidupan saya" kata Langit melemparkan kata-kata yang mengejutkan Harra.
"Manoharra Della Agatha. Haruskah saya memanggil anda Nona Agatha? Bolehkan saya sedikit curiga dengan penawaran anda yang tampak tidak masuk akan di telinga saya. Mencari seorang Brand Ambassador perusahaan otomotif besar dan memberikan penawaran untuk seorang mantan pembalap yang namanya saja belum tercatat di lintasan balap Asia. Bukankah sesuatu yang harus saya cari tahu terlebih dahulu?" kata Langit sambil memandang Harra.
Harra tercekat mendengarnya. Dia sendiri tidak memiliki jawaban pasti akan hal itu. Namun, dirinya merasa yakin dengan pilihannya. Seperti sebelum-sebelumnya, dia selalu mendapatkan apa yang dia inginkan bahkan suatu hal yang tidak mungkin bisa digapai orang lain. Dia akan tetap akan mendapatkannya.
"Bagaimana kalau saya katakan-- Bahwa saya tertarik kepada anda secara pribadi" kata Harra tiba-tiba yang membuat Langit terkejut. Harra menyunggingkan senyumannya saat dia melihat perubahan ekspresi Langit.
Langit terdiam mendengarnya. Sosok wanita misterius didepannya yang berbicara begitu mudahnya semua hal yang ingin dikatakannya. Wanita yang memiliki karakter unik, sosok wanita yang belum pernah ditemui oleh Langit. Namun, ada hal lain yang membuat Langit terdiam dan membeku. Sorot mata coklat Harra, sorot mata itu adalah sorot mata yang pernah dilihatnya. Dibalik perkataan tajam Harra, namun sorot mata Harra terlihat kerinduan dan kesedihan.
Langit berusaha menyadarkan dirinya dan berdiri sambil memasukkan tangan kedalam saku celananya.
"Mohon maaf saya sudah bertunangan" kata Langit dengan tidak melihat Harra.
"Tunangan? Saya tidak melihat seorang wanita pun disekitar anda kecuali Viona yang adalah kakak anda" kata Harra tidak mengerti dengan perkataan Langit.
"Saya rasa percakapan ini sudah diluar konteks dan anda terlalu masuk kedalam kehidupan pribadi saya" kata Langit sambil memandang Harra yang masih terduduk di sofa tamu kantornya.
Harra tersenyum lalu berdiri, melangkahkan kakinya lebih dekat dengan Langit.
"Bagaimana kalau saya memang berniat membicarakan kehidupan pribadi anda? Bukankah saya harus tahu cerita seseorang yang ingin saya rekrut dan lebih baik langsung dari sumbernya" kata Harra setengah berbisik didepan wajah Langit.
Langit tersenyum sinis dan memalingkan wajahnya.
"Usia anda saya rasa masih dibawah saya, saya tidak berminat menjadi pion dalam permainan anda. Jika tidak ada lagi yang perlu kita bahas, anda bisa silahkan keluar dari kantor saya. Karena masih ada banyak pekerjaan penting yang harus saya selesaikan dibanding dengan percakapan ini" kata Langit sambil menjulurkan tangannya kearah pintu.
Harra terdiam sambil menatap Langit. Bibirnya terkatup tidak bisa menjawab perkataan tajam Langit. Hatinya terasa sesak dan sakit mendengarnya. Sebuah penolakan yang tidak pernah diterima oleh Harra sebelumnya.
Harra segera mengambil tasnya dan memalingkan badannya. Dengan segera keluar dari kantor Langit meninggalkan Langit yang masih kebingungan dengan sosok wanita itu.
langit terduduk di sofa sambil melonggarkan dasi dan membuka 1 kancing kemejanya.
Dia berusaha bernafas dan menurunkan emosi yang sedari tadi ditahannya saat berbincang dengan Harra.
Namun satu hal yang mengganggu pikirannya, sorot mata Harra. Sorot mata yang pernah dikenal baik oleh Langit sebelumnya, sorot mata yang selalu menyambutnya dan dirindukannya. Sorot mata Monica.
...----------------...
Monica terdiam sambil memeluk kedua kakinya. Dia termenung sambil melihat air danau yang tampak tenang. Afra yang ada disampingnya menepuk pundak Monica, merasa tidak enak dengan perubahaan perasaan hati Monica.
"Harra emang gitu orangnya--" kata Afra dengan tiba-tiba.
"Kayak kamu kenal dia aja" kata Monica menjawab Afra dengan nada marah.
"Aku kan emang--" Afra menghentikan perkataannya saat kepalanya berdenyut keras kembali. Rasa sakit yang sama seperti kemarin. Afra lalu memegang kepalanya dan meringkuk ketanah.
Monica yang melihatnya merasa panik melihat Afra yang terlihat kesakitan.
"Kamu kenapa sih? Kok gini lagi?" tanya Monica sambil memegang tubuh Afra yang menegang menahan sakit.
Afra berteriak sambil meremas rambutnya lalu menghilang begitu saja didepan Monica. Monica kebingungan dan mencari Afra kesana kemari.
"Dia kenapa sih? Selalu gitu kalau bahas soal Harra, aneh" Monica bergumam tak mengerti apa yang sedang terjadi pada Afra.
Lalu dia kembali berjalan kepinggir danau dan kembali menatap air danau itu. Sepanjang cerita Afra, entah kenapa Monica bisa merasakannya. Degupan jantung Harra, tarikan nafas Harra. Monica bisa merasakan semuanya. Dan satu hal yang dia sadari, Harra tertarik dengan Langit. Bukan hanya perkataan dimulutnya saja, namun hati Harra sudah merasakan ketertarikan kepada Langit. Monica bisa mengetahuinya, Monica bisa merasakannya. Degupan yang dulu juga pernah dirasakannya saat pertama kali menatap mata Langit.
Monica terdiam sambil menggigit bibirnya, memang ini yang dia mau tapi dia belum bisa begitu saja merelakannya.
Monica membenamkan wajahnya di tangan yang terlipat dikedua lututnya.
Hatinya mendadak terasa perih, dadanya sesak. Namun dia tidak bisa melakukan apapun.
Tanpa Monica sadari benang merah di jari kelingkingnya menyala, namun kali ini warna benang merah tidak sepadat sebelumnya, tampak sedikit samar.
Ditempat lain, benang merah yang lain juga menyala menghubungkan 2 kelingking yang mereka berdua tidak sadari satu sama lain.